Aku masuk ke ruangan Argat dengan menahan semua hinaan. Argat mendekatiku dan tatapannya berubah menjadi khawatir saat melihatku tidak baik-baik saja. Bahkan saat Argat hendak memegang tanganku, aku malah menghindar dan berdiri menatap ke jendela. Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku.
"Ada apa? Katakan saja padaku. Jangan membohongiku."
Karena aku tidak kunjung berbalik untuk menghadapnya, Argat memutar tubuhku supaya mau melihatnya. Aku tidak begitu terkejut karena bagaimanapun Argat akan tetap memaksa untuk mengetahui semuanya. Kelemahanku ada pada dirinya dan kali ini terjadi lagi. Tiba-tiba mataku berair. Aku mendongak selama beebrapa saat untuk mencegah air mataku keluar.
"Jangan berusaha mencegahnya," ucap Argat yang tahu kalau aku sedang menahan air mataku.
"Katakan padaku ada apa?" tanya Argat lebih menuntut.