Bimo masih memeluk erat aku, berulang kali mengecup pucuk kepalaku, aku balas memeluknya, aku sadar ini adalah terakhir kali aku bisa menghirup aroma tubuhnya sedekat ini, terakhir kali aku bisa menangis dalam peluknya seperti ini.
Setelah ini semua, aku tidak tau apa yang akan terjadi dalam hidupku, setidaknya saat itu aku tidak tahu akan jadi apa diriku di masa depan setelah berpisah dari Bimo. Dia yang banyak mengajarkan hal berharga hingga aku bisa menjadi Raya yang seperti sekarang ini kau tau.
Dia mengurai pelukannya, terasa berat bagi kami, takdir memang luar biasa. Kenapa sesulit ini? Meski sudah kubuang sedikit harga diriku, rasanya tetap tidak cukup untuk membuat takdir melepas kami.
"Ray, kamu ... harus senang, harus bahagia, harus jadi lebih dari Raya yang sekarang di depan mataku. Maaf dan makasih untuk semua hal yang sudah kamu toreh dalam di hidupku. Aku gak akan pernah lupa dengan itu. Kamu orang yang terbaik yang pernah hadir di hari-hariku."