ดาวน์โหลดแอป
46.15% UnReach / Chapter 12: 12. Akal bulus Michael

บท 12: 12. Akal bulus Michael

"Michael?!" aku kembali meronta dan akhirnya berhasil bangun, melepaskan diri dari Michael yang masih terlentang di dalam bathtub.

Susah payah menariknya bangun. kini ia terduduk di samping bathtub dan memegangi kepalanya.

"Maaf Maria, Tadi aku merasa sangat pusing. kepalaku terbentur." Michael bangkit dari duduknya, masih memegangi kepala.

Tentu saja aku cemas. Aku meraih kepalanya dan menyibak sebagian rambut yang terurai dari ikatan, pelipis Michael memar. Itu pasti terjadi saat ia jatuh ke dalam bathtub.

Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas ke dapur, meraih kantung kompres dan mengisinya dengan air hangat. Berlari-lari ke kamar mencari pakaian pamanku yang lain. Aku bisa menemukannya, sebuah jeans hitam panjang dan kaos putih polos.

"Maria, jangan lari lagi. Aku merasa Dejavu. Ini seperti acara komedi jaman dulu. Kau tahu?" Michael terkekeh melihatku mendekat dengan terburu-buru.

"Jangan bercanda. Pokoknya, ganti dulu pakaianmu lalu langsung letakkan pakaian basahmu di dalam mesin cuci, aku akan mencucinya segera. Lalu kompres kepalamu dengan ini." Michael meraih setelan pakaian yang aku bawa dan sebuah kantung kompres hangat. Ia tersenyum samar lalu berterimakasih.

Segera aku keluar dari kamar mandi agar dia bisa berganti pakaian. Aku juga harus mengganti pakaianku yang basah kuyup ini, mengepel beberapa bagian lantai yang becek akibat kelalaianku yang berlari-larian dengan baju basah.

.

.

.

Hanya butuh 5 menit bagiku untuk berganti pakaian, Lantai juga sudah aku keringkan. Hanya tinggal membuat makanan hangat untuk makan malam kami berdua yang tertunda 1 jam.

Aku membuat sup jamur ayam dalam pot keramik, memanggang roti bagelen Yang sebelumnya aku siram dengan susu. Tidak lupa menyeduh kopi hangat di dalam cangkir.

Semua itu sudah aku kerjakan, tapi Michael tak juga keluar dari kamar mandi. Aku khawatir jika terjadi hal buruk padanya. Jadi aku putuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi.

"Sebentar Maria. Aku hanya sedang membersihkan sisa-sisa pipa dan membersihkan perkakasmu." jawaban Michael dari dalam membuatku kembali sibuk dengan sup jamurku yang sudah mengeluarkan aroma sedap.

Selang 2 menit akhirnya Michael keluar dari kamar mandi, dengan cepat ia memasukan pakaian-pakaian basahnya ke dalam mesin cuci di sisi kanan pintu kamar mandi dan meletakkan sebuah kotak perkakas yang telah rapih di lantai. Juga satu kantung kecil plastik berisi potongan pipa dan bungkus lem.

"Kamar mandi sudah bersih." Jawabnya riang.

"Makan malam sudah siap." aku menimpali tak kalah.

.

.

.

Michael dengan lahap menyantap sup jamur di mangkuknya, ia berkali-kali memujiku tentang betapa enak makanan itu. Aku hanya bisa tersenyum-senyum malu. Tentu saja aku menyembunyikan senyumku itu, berusaha terlihat biasa saja.

Aku senang dia menyukainya.

"Baju dan celana pamanku ternyata pas sekali denganmu." aku menyela acara makannya yang begitu semangat.

"Ah ini milik pamanmu?" Katanya sembari melihat dirinya sendiri dan menarik kaos putih polos yang ia pakai. "Benar juga! sejak sore aku penasaran. Kemana orang tuamu?"

"Tidak ada." Aku belum selesai dengan jawabanku tapi Michael sudah salah paham.

"Aku minta maaf, aku tak bermaksud membuatmu sedih," katanya dengan wajah menyesal. Lucu sekali. Aku hampir menyemburkan sup di dalam mulutku karena tak tahan ingin tertawa. "Hei! apa yang lucu?"

"Maksudku, orangtuaku tidak tinggal disini. Kami tinggal terpisah, setidaknya hingga aku lulus sekolah. Itu karena jarak sekolah dengan rumah orangtuaku terbilang jauh." Aku menjelaskan, dan Michael hanya ber-oh ria lalu cengengesan karena salah paham tadi.

"Begitu rupanya. Kau tinggal sendirian, apa kau tidak takut?"

"Tidak, karena ada pamanku," jawabanku tanpa sedikitpun keraguan.

"Jadi pamanmu juga tinggal disini?"

"Tidak. tidak tinggal denganku, tapi dia tinggal di lingkungan Yang sama denganku saat ini."

Michael mengangguk-angguk tanda mengerti dengan apa yang aku katakan. Lalu menyesap kopi hangatnya yang masih mengepulkan uap panas.

"Makan malam yang luar biasa enak!" pujinya sambil tersenyum padaku, "Terimakasih Maria!"

"Jangan sungkan, seharusnya aku meminta maaf dan berterimakasih padamu. Kau banyak membantuku dan menolongku, Michael. Kau jadi sering terluka sejak dekat denganku. Aku harap kepalamu baik-baik saja." Aku menunduk. Ini seperti sebuah ungkapan perpisahan.

"Hanya memar. Pusingnya juga sudah hilang." Dia meraba pelipisnya. "Kalau begitu Maria, aku harus segera pulang dan menyerahkan cincin pernikahan pada Jhonatan." Ia bangkit dari kursi dan tersenyum padaku. Lagi pula sebentar lagi 9 malam, Memang seharusnya ia segera pulang.

Tunggu! pakaiannya! Aku berlari ke arah belakang, menuju ruangan laundry. Meraih kaos dan celana Michael yang telah mengering. Melipatnya lalu membawanya pada Michael. Tak boleh ada lagi barang yang tertinggal! Lalu setelah ini, aku akan menghapus nomor kontak Michael.

"Michael, pakaian pamanku itu tak usah dikembalikan. lagi pula dia juga tak pernah memakainya." Aku menyerahkan pakaian Michael yang telah aku lipat dengan rapih.

"Begitu ya.. Baiklah. Aku pamit pulang ya," Michael berjalan pelan menuju ruang tengah aku mengikutinya, "Kunci pintumu setelah aku pulang." katanya lagi sembari memakai jaketnya, Ia mengaduk isi tasnya dan mengeluarkan sebuah benda berukuran segenggam tangan. Menyerahkannya padaku.

"Maria, itu adalah electric gun. Berguna untuk melindungimu dari para kriminal dan ini agar kau mudah melarikan diri." setelah sebuah electric gun aku terima, ia memberikan lagi sebuah semprotan merica di tanganku yang satu lagi.

Aku termenung, kenapa ia memberikan ini padaku, apakah ia sangat mengkhawatirkan aku?!

"Terimakasih banyak." Walau sebenarnya masih bingung dengan tujuannya, tapi aku sangat berterimakasih karena telah dibekali alat-alat anti kriminal.

Dengan sebuah lambaian ia bergegas pergi keluar rumah. Menaiki motor dan memakai helmnya, aku memastikan dia tak meninggalkan helm satu laginya. Dan fyuh! dia sudah menggantungnya di bawah stang.

Motornya sudah melaju keluar dari komplek lingkunganku.

Aku menghela nafas. Tak ada yang tertinggal. Tak ada alasan bagiku untuk kembali ke sana dan mengembalikan barang apa pun milik Michael.

Aku kembali ke dapur untuk membersihkan piring kotor, namun saat sampai di ambang pintu, pandanganku tertuju pada permukaan meja makan. Sebuah ponsel berwarna hitam metalik tergeletak begitu saja.

Itu bukan ponselku, itu ponsel milik Michael?!

Astagaaaa!!! teledor sekali dia!!

***

Termenung menatap ponsel milik Michael lama-lama, berpikir untuk menjauh darinya ternyata sesulit ini.

Kalau ponsel, mana mungkin aku biarkan dan tak mengembalikannya kan? Pasti dia berpikir bahwa ponselnya jatuh di jalan. Panik. Kasihan sekali kan..

Tapi begitu aku pikirkan lagi, Michael sangat mencurigakan. Ia menyerahkan sebuah alat perlindungan diri padaku, lalu ponselnya tertinggal di rumahku. Bukankah itu sangat berhubungan? Ia memberikan sebuah alat perlindungan, karena ia tahu aku akan ke daerah tempatnya tinggal. Tempatnya para preman terlihat sangat menguasai.

Tentu saja alasannya adalah aku harus mengembalikan ponsel miliknya!


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C12
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ