ดาวน์โหลดแอป
52.94% Unpredictable Thing / Chapter 9: Part 9

บท 9: Part 9

Clemira kini sedang berada di ruang televisi menonton acara televisi.

Ketika tengah asyik menonton seraya ngemil, tiba-tiba saja Alvan menghampiri dirinya dengan berdiri di depannya.

Perbuatan Alvan membuat Clemira mendongak. Dan menggigit cemilannya perlahan.

Clemira sedikit mengendus.

"Wangi banget. Mau ke mana sih bang?" tanya Clemira.

"Makan malam dong," ucap Alvan dengan senyum serta memainkan kedua alisnya.

Clemira langsung memanyunkan bibirnya.

"Makan malam sama siapa? Masih juga hari senin udah kegatalan aja," ucap Clemira protes.

"Ya Allah dek. Kamu pasti mikirnya abang mau dinner bareng pacar atau gebetan abang kan? Ngaku hayo," ucap Alvan berjongkok di depan Clemira dengan senyum yang sangat manis.

"Lah terus sama siapa dong kalau bukan pacar atau gebetan abang?" tanya Clemira.

"Ya sama kamu dong. Kita kan belum makan malam adikku tercinta," ucap Alvan dengan gemas seraya mengacak rambut Clemira.

Clemira melongo mencari jam dinding.

"Dah jam delapan males deh bang ke luar. Capek," ucap Clemira menolak.

"Ayo dong. Kamu gak lihat abang udah keren banget kayak gini?" tanya Alvan menunjukkan penampilannya dengan berdiri.

"Ya udah abang aja yang ke luar. Ntar pulangnya bawa makanan untuk Cle," ucap Clemira.

"Mana bisa gitu. Gak mau dong abang. Kalau kamu mau ya kita harus pergi berdua. Ayo dong dek abang udah laper banget lho ini," ucap Alvan.

"Males bang. Cle capek banget lho bang. Abang aja ya yang ke luar. Cle di rumah aja. Ntar ceplok telur aja deh," ucap Clemira.

"Kamu tuh kebiasaan deh kalau gak telur ya mie instan. Cari penyakit aja. Udah buruan ganti baju kita pergi dinner sekarang." ucap Alvan sedikit mengangkat tubuh Clemira agar bangkit dari posisi duduknya di sofa.

"Ihhh abang maksa banget sih. Udah ah Cle gak mau ganti baju. Males. Biar ntar pulangnya bisa langsung tidur." ucap Clemira.

"Ya udah gak apa-apa tapi kamu ambil jaket supaya gak kedinginan," ucap Alvan.

Clemira pun mengangguk.

"Ambilin bang. Cle mager. Itu di belakang pintu kamar Cle," ucap Clemira.

"Manja banget sih. Ya udah iya bentar abang ambilkan ya," ucap Alvan.

Clemira pun mengangguk.

"Makasih abangku sayang. Muach " ucap Clemira memberikan kiss dengan tangannya pada Alvan.

Alvan hanya geleng kepala lalu beranjak dari hadapan Clemira untuk mengambilkan jaket milik Clemira.

...

Alvan memasuki kamar Clemira dan mengambil jaket Clemira sesuai dengan petunjuk dari Clemira.

Saat akan ke luar, ekor matanya tak sengaja melirik sebuah lemari kaca milik Clemira.

Alvan menghampiri lemari kaca tersebut dan membukanya.

"Clemira gak pernah berhijab. Hijab ini baik untuknya. Tadi kan dia sudah pakai celana panjang, ini aku juga udah bawain jaket untuk dia. Sekalian aja deh aku ambilkan hijab untuk dia. Semoga aja dia mau pakai," gumam Alvan.

Setelah mengambil salah satu jilbab dari dalam lemari kaca tersebut, Alvan lalu ke luar dari kamar Clemira dan menemui Clemira kembali di ruang televisi.

"Cle, ini jaketnya." ucap Alvan memberikan jaket tersebut pada Clemira.

Clemira tersenyum lalu meraihnya.

"Makasih abang," ucap Clemira lalu memakainya.

Alvan pun mengangguk dengan sedikit kaku.

"Udah ayo bang," ucap Clemira.

"Sebentar Cle. Pakai hijab dulu ya," ucap Alvan.

Clemira terdiam sejenak selama beberapa saat menatap hijab yang kini berada di tangan Alvan.

Pikirannya melayang mengingat kenangan bersama sang ibu.

#Flashback On

Clemira bersama keluarganya kini sedang berkemah di halaman rumah mereka.

"Cle, pakai hijabnya ya nak. Aurat!" teriak ibunya seraya berjalan mendekat ke arahnya.

Saat itu Cle masih duduk di bangku Sekolah Dasae (SD).

Clemira pun mengangguk menuruti ucapan ibunya. Ibunya lalu memakaikan hijab tersebut pada Clemira.

"Anak mama cantik sekali. Jangan lupa untuk selalu memakai hijab ya nak ketika kamu sedang ke luar rumah atau menemui seseorang yang bukan mahram kamu," ucap ibu Clemira.

#Flashback Off

Tes!

Air mata Clemira mengalir begitu saja saat mengingat moment itu.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Alvan saat melihat Clemira menangis.

Clemira langsung menubruk dada bidang Alvan dan memeluk Alvan.

"Cle kangen sama mama bang. Hiks," ucap Clemira.

Alvan mengeratkan pelukan tersebut dan mengusap lembut punggung Clemira. Sesekali ia mengecup puncak kepala Clemira dengan mata yang berkaca-kaca.

'Abang juga sangat merindukan mama dan papa Cle. Rindu sekali.' ucap Alvan di dalam hatinya.

"Iya sayang gak apa-apa. Abang mengerti kok. Weekend nanti kita pergi ke makam mama dan papa ya. Kita kirim doa langsung untuk mereka di sana. Gimana?" tanya Alvan.

Clemira mendongak menatap wajah Alvan.

"Memangnya abang gak sibuk? Clemira gak mau ngerepotin abang. Cle bisa kok datang sendiri ke makam," ucap Clemira.

"Enggak dong. Setiap weekend pokoknya semua waktu abang itu khusus untuk adik abang tersayang," ucap Alvan tersenyum.

Clemira kembali memeluk tubuh Alvan.

"Terima kasih karena telah menjadi kakak sekaligus papa untuk Cle. Cle sayang banget sama abang. Jangan pernah tinggalin Cle ya bang," ucap Clemira.

"Iya sayang. Abang gak akan pernah meninggalkan kamu. Cup," ucap Alvan mengecup puncak kepala Clemira.

'Semoga selamanya Tuhan mengizinkan abang untuk bisa selalu berada di dekat kamu dan menjaga kamu dek. Abang sayang kamu.' ucap Alvan di dalam hatinya.

.....

Liora mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar.

"Kenapa lo harus pulang kalau lo cuma mau membuat gue menderita?! Kenapa bang?! Gue benci sama lo!" teriak Liora pada seorang lelaki yang usianya berada di atasnya.

Lelaki tersebut tersenyum miring.

"Mana uangnya?! Buruan lo kasih uang ke gue sebelum gue obrak-abrik rumah ini! Cepat!" seru lelaki tersebut.

"Kalau lo mau uang, lo temui papa! Minta sama dia! Jangan sama gue!" ucap Liora dengan lantang.

"Udah berani ya lo sama gue sekarang! MANA UANGNYA SIALAN?!" ucap lelaki tersebut dengan penuh penekanan dan teriakan.

Liora menutup telinganya dengan tubuh yang gemetar hebat dan air mata yang terus mengalir begitu deras.

"Gue benci sama lo! Gue benci! Kenapa Tuhan harus memberikan kakak ke gue kalau gue hanya penderitaan yang gue terima karena memiliki kakak seperti lo?! Kenapa TUHAN?!" geram Liora.

Lelaki tersebut tersenyum miring.

"Perempuan cupu kayak lo itu gak pantes untuk bahagia. Sama sekali gak pantes!" ucapnya dengan sedikit mendorong tubuh Liora.

...

Pesanan Rizan baru saja tiba di mejanya.

"Dari pada gue stress lebih baik gue makan di sini. Nyantai. Capek banget memikirkan masalah-masalah itu. Ogah dah," gumam Rizan.

Rizan lalu mulai menyantap makanannya dengan tenang dan sesekali melihat ke sekelilingnya.

"Bagus juga nih tempat. Asyik juga makan di tempat outdoor begini. Asal jangan hujan aja," gumam Rizan.

...


ความคิดของผู้สร้าง
Nurliza_Karen_Nita Nurliza_Karen_Nita

Yuk dukung Author❤️

next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C9
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ