ดาวน์โหลดแอป
40% Unmei no Hito / Chapter 2: CPR

บท 2: CPR

24 Desember 2011

Malam itu, pertama kalinya aku bertemu dengannya.

Seseorang yang ditakdirkan untukku.

****

Aku sangat terkejut, secara otomatis aku panik dan berteriak, "KYAAAAAAAAAAAAAAAA-!!"

Mendapati seseorang yang jatuh berlumuran darah tepat disebelah kotatsuku.

"Te-tenanglah nona!" teriaknya parau, "Maaf aku menakutimu, a-aku bukan orang jahat!" ia mencoba meraih tanganku seperti zombie (mayat hidup) yang merangkak di tanah, dengan kulit yang begitu pucat wajah lebam dan darah segar yang menetes dari tangan kanannya. Di dahi sebelah kirinya terdapat darah yang terus mengalir menutupi matanya.

"Eh?" Aku menoleh memalingkan pandangan ke arah lain, padahal aku kasihan melihatnya tapi, aku sangat ketakutan.

"Aaaakkkh!" erangnya kesakitan.

"Ku-mo-hon, per-ca-ya-lah ...," ucapnya terbata-bata mengingat betapa parahnya luka yang dirasakan ditubuhnya.

Aku berusaha mendekatinya.

Kemudian ia meringkuk di lantai, aku segera membaringkan tubuhnya. Tangannya bersimbah darah seperti terkena sabetan katana (pedang jepang). Dahinya sedikit robek mungkin tergores serpihan kaca, mukanya lebam seperti sudah dipukuli oleh seseorang.

"Kasihan sekali dia." Aku tidak tega melihatnya, mataku berkaca-kaca namun enggan untuk menangis. Padahal tadinya aku begitu bersemangat memainkan game demi mendapatkan gacha.

'Apa mungkin dia adalah gacha di malam natalku?' Aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan. Syukurlah dia mendarat di dekat kotatsuku. Aku melepas futon dan meletakkan meja kotatsu dengan heater di atas tubuhnya, jadi tubuhnya yang begitu dingin akan segera hangat dengan cepat.

".... Sepertinya, aku harus menelepon-"

"Jangan ...," ucapnya pelan dengan nafas memburu, Ia memejamkan mata dengan penuh ekspresi kesakitan. "Ja-ngan telepon siapa pun!" tambahnya.

"Ta-tapi kan, dengan penuh luka seperti ini kamu harus mendapatkan perawatan di rumah sakit."

"Jangan." Jawabnya singkat sambil menggeliat kesakitan.

"Ti-ti-tiba-tiba kau datang mendarat seenaknya di rumah orang membuat kaget dengan keadaan seperti ini. Lihat! Kau juga merusak kaca jendelaku." Aku melontarkan omonganku dengan rasa kekesalan. Sebenarnya aku kasihan melihat orang kesakitan dan tidak tega juga tapi, aku malah memarahi orang sakit.

"Pokoknya aku harus telepon ambulans atau polis-"

Aku yang tengah memencet ponsel dengan memasukkan nomor polisi kemudian tangan kirinya yang penuh percikan darah itu menepis tanganku dan membuat ponselku terpental ke balkon.

"Hei kau-!"

"Cukup! (Dia terbangun membuka mata menatap wajahku) Diamlah dan turuti aku (mata kita saling memandang, wajahnya begitu dekat)."

Aku terdiam sejenak.

"Baiklah. Apa yang harus kulakukan?" Harusnya aku menolongnya! Betapa bodohnya aku melontarkan pertanyaan seperti ini padanya.

"Izinkan aku tinggal di sini untuk sementara waktu, dan rawatlah aku ...." Kata pria itu yang seenaknya saja keluar dari mulutnya. Tiba-tiba pandangan pria itu menciut, bibirnya begitu pucat dia dengan lesunya badannya terjatuh di lantai.

'BRUUUK!!'

"Hei! Kau-"

Nafasnya memburu begitu cepat, kuperiksa denyut nadinya teratur.

Dia pingsan!!

Aku ke dapur sebentar memasak air untuknya. Kemudian membawa peralatan medis yang tersedia di kotak P3K di rumahku.

Perban, obat merah, handuk untuk lap dan tisu.

Segera kutuangkan air yang sudah mendidih itu ke dalam baskom. Lalu aku membawanya ke dekatnya. Sepertinya dia pingsan akibat kekurangan darah, wajahnya begitu pucat.

Aku menyingkirkan meja kotatsu dan duduk di dekatnya untuk membersihkan lukanya.

Aku membersihkan luka di tangannya yang bersimbah darah itu dengan air hangat kemudian pelan-pelan mengusapnya dan memberi obat merah pada luka-lukanya. Aku masih ingat, cara mengompres luka seperti ini. Dulu adikku sering terluka karena sering dibully oleh teman-temannya. Mungkin dengan cara ini aku bisa menolongnya.

Aku segera membalut lukanya yang sudah diobati dengan obat merah itu menggunakan perban. Aku berusaha menghentikan pendarahannya.

Nafasnya normal, namun detak jantungnya lemah (aku memeriksanya di denyut nadi tangannya), sepertinya ia masih pingsan.

....

Aku segera membereskan air yang ada di baskom tadi kemudian mengembalikan peralatan P3K ke tempat semula. Tak lupa juga mencuci handuk yang terkena darah tadi.

Sambil menunggu pria ini terbangun, aku melanjutkan bermain gameku. Aku benar-benar tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan gacha di malam natal yang menyedihkan ini.

Jam menunjukkan pukul 23.19

"Dia masih belum terbangun juga ..." gumamku sembari melanjutkan game yang telah kupasang di tv, namun aku begitu kepikiran "Bagaimana jika pria ini tidak bangun juga?"

Apa jangan-jangan dia akan mati!?

Apa yang harus kulakukan ....

Apa aku harus menambahkan CPR untuknya ...!?

*Selamat Anda Menang*

Akhirnya aku dapat seluruh gacha juga.

Waktu cepat berlalu, sudah 25 Desember jam 00:05

"Dia masih belum bangun juga?"

Aku periksa kembali denyut nadi di tangannya, "Nafasnya normal, denyut nadinya lemah, sepertinya ia masih pingsan." Pikirku sambil melihat bibir dan wajahnya yang begitu pucat.

"Apa aku harus melakukan CPR padanya?" mataku hanya tertuju pada bibirnya, tapi aku tidak memiliki pengalaman sama sekali melakukan hal seperti ini.

Bukankah melakukan hal itu sama seperti ciuman?

"Bagaimana jika dia terbangun saat aku melakukan itu?" pikiranku menjadi liar dan mulai berpikir aku menciumnya

"Tidak! Tidak! Tidak!" gumamku sembari mengambil sapu kemudian membersihkan serpihan kaca di dekat balkon.

Aku mengambil ponselku yang keluar jendela di balkon. Ponselku menjadi dingin karena terkena salju ....

Aku melepas heater dan duduk di dekatnya, mengecek ponselku menscroll naik turun seperti orang gabut.

"Apa yang harus kulakukan?" masih dengan pertanyaan yang sama.

Apa aku harus menelepon keluargaku? Atau teman-temanku? Atau polisi? Atau memanggil dokter atau menelepon rumah sakit? Aku bingung.

Tak ada chat masuk sama sekali.

Apa aku harus mengupdate di sosial media?

Aku membuka google, mencari beberapa cara menyadarkan orang pingsan lama ....

[8 Tips pertolongan pertama pada orang pingsan]

1. Percikan air dan bau bawang tak manjur.

2. Topang tubuh mereka.

3. Survei area pingsan.

4. Cek respon korban.

5. Telepon bantuan dan lakukan CPR.

6. Jangan gerakkan korban.

7. Jangan bergerombol.

8. Minuman manis.

....

"Baiklah aku akan mencobanya satu-satu."

Yang pertama percikan air, aku mengambil air dari wastafel lalu menyipratkannya ke wajahnya. Alhasil tidak mempan. Aku membawa bawang dan kucoba letakkan ke depan hidungnya namun tidak mempan juga.

Yang kedua, topang tubuh. E,e-to apa aku harus menopang kepalanya di pahaku? Aku merasa sangat malu melakukan hal seperti ini tapi, semoga saja ini dapat membantu menyadarkannya.

Aku mengekpos pahaku, membaringkan kepalanya di atas pahaku.

Kemudian cara ketiga, survei area pingsan. Di mbah google di jelaskan 'Ketika Anda melihat seseorang yang sudah tergeletak pingsan, segera survei daerah di sekitarnya dengan cepat dan jangan membuang waktu. Bisa jadi mereka pingsan akibat gigitan beracun, gas beracun, panas yang berlebihan, atau ada hal-hal yang membahayakan seperti aliran listrik yang terbuka.'

"Jangan membuang waktu ya ...? Hmm ... aku akan memeriksa denyut jantungnya." Secara otomatis aku meletakkan kepalaku di atas dadanya.

Keempat, cek respon korban. Hmm, berkali-kali aku memegang pergelangan tangannya namun ia masih belum juga bangun. Kali ini kucoba mencubit pipinya ....

Alhasil tidak mempan juga.

Kelima, telepon bantuan dan lakukan CPR.

Siapa yang harus aku telepon tengah malam begini!? Mungkin aku memanggil Akane-san saja ya. Baiklah aku telepon Akane-san!

Aku mencari kontak Akane-san yang ada di ponselku, "Maaf Akane-san aku mengganggumu." Gumamku dengan nada khawatir Akane-san akan marah.

....

Gawat!! Tidak diangkat, Akane-san pasti sudah tidur.

"Kali ini aku harus melakukan CPR!"

Aku tersipu malu, wajahku memerah. Sebelum melakukan hal itu kuperiksa lagi denyut nadinya.

Semakin lemah, nafasnya juga turun, berarti aku harus ....

Aku mulai dengan memompa dadanya (tidak kuat, dan tidak mempan)

Denyut nadinya mulai tak terasa! Gawat!

Aku benar-benar harus ....

Melakukan pernapasan mulut ke mulut!!

Aku mulai mendekatkan wajahku ke depan wajahnya, perlahan aku memegang hidungnya kemudian aku mulai mendekatkan bibirku yang sehabis makan takoyaki ke bibirnya dan-

Tiba-tiba dia terbangun tepat setelah aku menempelkan bibirku pada bibirnya.

****

Apa yang sebenarnya kulakukan ini!?

Aku ... mencium orang untuk pertama kalinya.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C2
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ