Suara tapak kaki dari tujuh ratus kuda terdengar di jalanan yang berdebu, angin masih berhembus sedikit kencang, tapi kehangatan dari sinar matahari memberikan kenyamanan.
Itu menghabiskan waktu sekitar lima belas menit sebelum mereka sampai di tempat pembantaian.
Baru-batu besar yang sudah mereka luncurkan ke arah tempat ini, tersebar dimana-mana tapi bukan itu pemandangan yang membuat Senja mengerutkan alisnya.Tapi jumlah banyak dari orang-orang yang mati menutupi tanah, memberikan warna merah cerah dan aromanya hampir tak tertahankan.
Senja dapat merasakan empedunya seperti naik ke tenggorokan dan ia mencoba dengan keras untuk meneguk liurnya, menjaga rasa mualnya tetap berada di ujung tanduk. Senja turun dari kudanya dan berjalan dengan lesu di antara mayat-mayat dan bebatuan.Darah menodai sepatunya.