Di sebuah desa kecil dan terpencil disinilah pahlawan kecil kita tinggal dan belajar. Ia tinggal bersama adik perempuannya shou-yi, ayahnya yaitu mantan jenderal Luo-yi dan ibunya shi-shingji. Setiap pagi Rifa-yi selalu cepat bangun dan membantu orang tuanya menggembala ternak sapi hingga petang. Dan di setiap malam ia dan adik perempuannya selalu diajak ayahnya ke tempat berlatih yang tersembunyi di dalam gua dengan menyusuri sungai dan melewati hutan belantara. Di gua itu tersimpan banyak senjata perang yang sakti namun masih tersegel. Ayah Rifa-yi selalu berpesan "lakukan gerakan yang tangkas, rapi dan teratur... dan terampillah dalam melakukannya". Selama ini si bapak mantan jenderal yakni bapak Luo-yi hanya mengajarkan rahasia menangkis dan menghindar kepada anaknya dan cara melepaskan diri dari penguncian namun hanya dasar yang diajarkan untuk penyerangan. Suatu waktu Rifa-yi memberanikan diri dan bertanya kepada ayahnya.
Rifa-yi: " Ayah, kenapa ayah tidak mengajari kami rahasia untuk menyerang?"
Luo-yi: "Menyerang itu mudah... yang sulit itu ketika kita harus bisa melindungi diri kita dari serangan di berbagai arah... selebihnya itu serangan, tangkapan, dan penguncian bisa kalian kembangkan sendiri".
Mendengar hal itu Rifa-yi hanya kebingungan, di pikirannya pasti ada celah daru sebuah gerakan tangkisan dan pastinya ada rahasia cara penyerangannya.
Suatu waktu saat Rifa-yi menggembala sapi dengan Ayahnya dan dengan santainya duduk di bawah pohon rindang, ia dihampiri oleh seorang pedagang. Luo-yi yang tidak jauh dari sana melihat orang itu dan juga menuju ke tempat Rifa-yi yang asik santai.
Pedagang: "Berapa harga sapi besar itu yang kau jualkan untukku?" (sambil menunjuk seekor sapi besar, gemuk, berisi dan kokoh) (Tiba-tiba Luo-yi datang)
Luo-yi: "Maaf tuan, dia hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa... akulah pemilik ternak ini".
Pedagang: "Oh iya, aku sedang di utus sang raja untuk membeli sapi yang besar untuk pengesahan nama sang putri" (Luo-yi terkejut, dan langsung melakukan persetujuan harga dengan sang pedagang)
Merasa dilayani dengan baik, si pedagang kemudian memberikan Luo-yi undangan untuk datang ke upacara pengesahan nama sang putri.
Pedagang: "telah menjadi hajatku memberikan ini kepada anda, datang lah dan mari bersama mendoakan sang putri".(sambil memberikan sebuah gulungan undangan)
Luo-yi: "terima kasih tuan"
Pedagang: "ini untuk mu... pelajarilah isinya dan praktek kan". (sambil memberikan buku yang sangat tebal lengkap dengan pena dan tintanya kepada Rifa-yi)
Rifa-yi: "Terima kasih tuan..." (meraih buku sambil menunduk seraya memberikan hormat)
Pedagang: "aku pamit dulu semoga hari kalian menyenangkan" (pedagang itupun pergi membawa sapi besar yang telah ia beli)
Saat sang ayah kembali melakukan pekerjaannya Rifa-yi kemudian membuka buku pemberian sang pedagang. Di dalam buku itu terdapat gambar seekor naga dan seseorang yang sedang membuat jurus, lembar demi lembar memperlihatkan gerakan tangkisan dan penyerangan. Namun ketika membuka lembaran tengah memperlihatkan 9 batu sakral naga yang memiliki kelebihan masing-masing. Saat mau membuka lembar berikutnya tiba tiba Rifa-yi dipanggil oleh ayahnya karena sudah petang.
Sesampainya di rumah setelah makan malam si bapak Luo-yi ini memberi tahukan kepada Rifa-yi agar belajar mandiri dan berlatih sendiri. Rifa-yi malah tambah bingung 😕 ges... ia mengiyakan ucapan ayahnya dan pergi berlatih bersama adiknya. Sesampainya di dalam gua Rifa-yi memperlihatkan buku pemberian sang pedagang kepada adiknya.
Rifa-yi: "Shou-yi, kemarilah aku ingin menunjukkan sesuatu kepada mu".
Shou-yi: "wooww... apakah itu?" (berlari menghampiri Rifa-yi)
Rifa-yi: "tadi, pedagang yang membeli sapi ayah memberikan ku sebuah buku" (menunjukkan buku)
Si adik yang tidak sabaran langsung membuka halaman bergambar naga dan seseorang yang sedang membuat jurus. Tanpa basa-basi si Shou-yi langsung mempraktekkannya. Rifa-yi malah dialihkan pandangannya oleh pusaka senjata senjata di dalam gua. Rifa-yi melihat sebuah pedang yang terdapat sebuah batu yang mirip dengan batu sakral naga. Pedang itu tertancap di atas sebuah batu.
Kini telah larut malam, Luo-yi kemudian datang kedalam gua. Alangkah terkejutnya Luo-yi melihat anak perempuannya si Shou-yi yang memperagakan jurus terlarang pembuka segel pintu persembunyian naga. Dan Luo-yi juga kaget melihat Rifa-yi hendak meraih batu naga pada pedang. (oalaahh... nakal nakal ternyata 😭).
Luo-yi puuunn... menceramahi kedua anaknya dan mengambil buku pemberian sang pedagang.
Keesokan harinya dan maassiihh... pagi pagi sekali sang Luo-yi bergegas untuk melakukan perjalanan menuju ke istana raja. Eh... belum berangkat Rifa-yi udah bangun.
Rifa-yi: "Ayah mau kemana?" (sambil mengusap matanya)
Luo-yi: "Ayah mau ke istana raja". jawab sang ayah dengan jujur.
Rifa-yi: "Ayah, aku mau ikut"
Belum sempat menjawab si Shou-yi pun terbangun dan keluar dari kamarnya.
Shou-yi: "Aku juga mau ikuutt!!!"
Tiba-tiba saja si istri tercinta bapak pun datang.
shi-shingji: "bawalah mereka, biar aku yang jaga rumah".
Rifa-yi dan Shou-yi: "Yaaaayy...!!!"
Lou-yi: "baiklah tapi kalian jangan nakal yah... Rifa-yi! kamu pergi dulu ambilkan makanan untuk sapi".
Rifa-yi:"Baik ayah"
Sesampainya di kerajaan... Mereka bertemu dengan sang pedagang yang membeli sapi. Luo-yi kemudian mengembalikan buku pemberian sang pedagang.
Luo-yi:"Anakku masih muda, ini terlalu berbahaya untuk mereka". (memberikan buku)
Pedagang:"Kalau begitu kamu saja yang melakukannya mantan jenderal ku..."(Sambil membuka topi dan kacamatanya) dan ternyata dia adalah sang Raja.
Luo-yi:"Tu...tuan..." (jongkok untuk hormat)
Raja:"Tidak usah...".( menepuk bahu Luo-yi)
Tiba-tiba saja seorang prajurit memberikan laporan bahwasanya ada penyerangan dari arah timur kerajaan dimana Luo-yi dan anaknya dari daerah tersebut.
Luo-yi:"Shi-shingji!, Rifa-yi, Shou-yi kalian disini dulu... Tuan Aku permisi dulu"(kemudian langsung pergi)
Raja:"Tu.. Tunggu... yahh...".
Melihat ayahnya pergi Rifa-yi kemudian berlari mengejar ayahnya namun ditahan oleh Raja.
Rifa-yi:"tunggu...ayaahh...!!!"(ngamuk namun di tahan oleh raja)
Shou-yi:"Ayaahh... jangan pergi..." (menggenggam tangan raja)
Namun Rifa-yi terlepas dari genggaman raja yang kemudian berlari mengikuti ayahnya. Tapi tetap saja tidak bisa mengejar ayahnya yang kemudian semakin menjauh.
Rifa-yi:"Ayah... hiks.. aku ikuut...". (menangis melihat ayahnya pergi). kasian banget...
Kemudian seorang prajurit datang lagi menghadap Raja.
Prajurit:"Raja! jenderal Lee sedang terluka parah".
Raja:"Kerahkan pasukan elit dibantu dengan pasukan pemanah... Buat pertahanan ketat"
Prajurit:"Baik tuan!".
Sang Raja kemudian menitipkan Rifa-yi dan Shou-yi di sebuah kuil di atas bukit. Di kuil itu ada seorang kakek-kakek tua Bangka.
Raja:"kutitipkan kedua anak ini di sini... mereka adalah anaknya Lou-yi." (memberikan buku kepada kakek tua Bangka itu dan langsung pergi).
Kakek tua Bangka ini menggaruk-garuk kepalanya kebingungan dan melihat kedua anak di depannya yang masih meneteskan air mata.
Kakek:"..."(Terdiam sejenak)
Rifa-yi dan Shou-yi menyapu kedua matanya. Tiba-tiba si kakek menggendong Shou-yi.
Kakek:"Cucucuuu.... Kullu.. kulluu..."
Membuat Shou-yi tertawa dan Rifa-yi juga berhenti menangis.
Kakek:"Ayo masuk! kita makan malam bersama". BTW si kakek tua Bangka ini adalah gurunya Luo-yi dulu. gitu ges ceritanya.
Oky sudah dulu gess... Capek ngetik...😅🙏