ดาวน์โหลดแอป
17.36% The Dangerous Love Zone / Chapter 33: The Dangerous Love Zone - 30

บท 33: The Dangerous Love Zone - 30

Azami yang saat ini sedang berada di roftop kafe terus memperhatikan ponselnya dengan begitu serius. Sampai-sampai dirinya tidak menyadari jika saat ini Julian, Kuroo dan Haruko sedang memperhatikan dirinya sambil menikmati menu makan siang mereka masing-masing.

Julian, Kuroo dan Haruko kini saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, memberi kode siapa salah satu dari mereka yang akan menegur Azami terlebih dulu. Karena yang mereka lihat saat ini, menu makan siang Azami sama sekali belum tersentuh sedikit pun.

Setelah berdebat melalui tatapan, akhirnya Julian memutuskan dirinya yang akan mengintrupsi Azami dari aktivitasnya memainka ponsel.

"Ekhm, Azami?" Panggil Julian yang saat ini sudah berdiri tepat dibelakang Azami dan menepuk pelan sebelah pundak rekannya tersebut.

Azami yang namanya di panggil dan punggungnya di tepuk pun sedikit tersentak kaget, lalu menolehkan kepalanya kebelakang.

Julian yang sudah melihat Azami menolehkan kepala kearahnya pun, mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Lebih baik, kau menghabisi makan siang mu terlebih dulu, Azami. Karena sebentar lagi waktu istirahat kita akan habis."

Azami mengerutkan dahinya sebentar lalu menolehkan kepalanya kearah meja dan mendapati menu makanannya masih belum tersentuh.

"Ya tuhan, aku lupa. Terimakasih Julian sudah mengingatkan ku." Ucap Azami yang di respon kekehan oleh Julian, Kuroo dan Haruko.

Julian tetap mengulaskan senyum kecil diwajahnya dan kini berjalan kembali ke kursinya. Sedangkan itu Azami kini mulai melahap emnu makan siangnya dengan sedikit terburu.

"Jangan terlalu terburu-buru Azami-san, nanti kau bisa tersedak." Tegur Kuroo yang merasa khawatir jika Azami akan tersedak.

Azami hanya bisa menganggukan kepalanya saja, karena saat ini rongga mulutnya sudah penuh dengan makanannya.

"Memang apa yang sedang kau lihat di ponsel mu, Azami? Sampai-sampai kau melupakan menu makan siang mu." Kali ini Haruko yang memilih membuka suara, bertanya kepada Azami.

Azami terdiam sesaat untuk mencerna makanan yang berada di mulutnya. "Ah, aku sedang memperhatikan desain interior milik teman ku semasa kuliah yang kebetulan berada di dalam projek yang sama dengan ku."

"Uhm, jadi kau merupakan mahasiswa desainer, Azami? Atau jurusan fashion?" Tanya Julian yang tertarik dengan masa-masa kuliah Azami.

Azami menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan yang Julian berikan kepadanya. "Bukan, aku merupakan mahasiswa jurusan informatika yang tertarik dengan desain interior."

Julian, Kuroo dan Harukoo membeo bersamaan mendengar perkataan Azami.

"Jadi itu alasan mengapa kamu sekarang ini ingin melanjutkan pendidikan mengenai bisnis?" Tanya Julian lagi yang dibenarkan oleh Azami.

"Ya, maka dari itu aku memilih melanjutkan pendidikan lagi dalam ilmu bisnis."

Julian, Kuroo dan Haruko menganggukan kepala mereka bersamaan.

"Berarti jika kita ingin mengubah desain interior kafe ini, kita tidak perlu mencari perancang desain interior diluar lagi! Kita sudah memiliki Azami-san yang memiliki pengalaman dalam bidang desain interior!" Seru Kuroo yang membuat Julian dan Haruko terkekeh.

"Ya, kau benar Kuroo-kun. Dan Azami, apa kau tidak merasa keberatan jika kita akan menggunakan pengalaman mu untuk mengubah desain interior kafe?"

Azami menaikan sebelah alisnya saat mendengar perkataan Julian."Tentu, kenapa aku harus merasa keberatan? Jika aku masih mampu menanganinya, maka aku akan melakukanya."

"Yes! Kalau begitu nanti aku harus memberitahukan Goshi-san. Karena sepertinya dalam waktu dekat ini, Goshi-san sedang merencanakan untuk mengubah suasana kafe."

Azami menganggukan kepalanya. "Kalian tidak perlu sungkan meminta bantuan kepadaku."

Julian, Kuroo dan Haruko pun menganggukan kepala mereka bersamaan. Dan setelahnya, mereka bergurau membicarakan beberapa hal lain sampai akhirnya jam makan siang mereka selesai dan mereka pun kembali bekerja melayani para pelanggan.

***

Drrtt.. Drrttt.. Drrrttt..

Yuta yang sedang duduk di sofa ruang bersantai sambil membaca sebuah buku, mengerutkan keningnya heran melihat sebuah ponsel di atas meja yang sedang berdering menandakan adanya panggilan masuk.

Yuta yang tidak terlalu yakin siapa pemilik ponsel tersebut pun menolehkan kepalanya kearah para rekannya yang sedang berkumpul di ruang bersantai. Kecuali Juza, Goshi, Hiro, Daichi, Yuri dan Azami yang tidak berada diruang bersantai.

"Hei, apa kalian tahu siapa pemilik ponsel ini?" Tanya Yuta sambil mengangkat ponsel yang masih bergetar menandakan adanya panggilan masuk.

Para anggota gangster yang berada diruang bersantai pun saling melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Coba kau lihat lockscreen ponsel itu Yuta-san, siapa tahu kau menemukan petunjuk." Ujar Reki dan disetujui oleh rekannya yang lain.

"Baiklah, aku akan melihatna." Balas Yuta yang langsung menggeser layar ponsel tersebut. Beruntung panggilan telepon tadi sudah berheti.

Kedua alis Yuta saling bertaut satu sama lain saat melihat foto yang menjadi tema lock screen di ponsel itu. "Hei, lockscreen ini merupakan foto kita semua saat sedang merayakan keberhasilan Yuri menjadi seorang siswa lagi."

Para anggota gangster yang sudah kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing, kini kembali menolehkan kepala mereka kearah Yuta yang menunjukan foto lockscreen ponsel tersebut.

Saat mereka sedang berfikir mengenai siapa pemilik ponsel tersebut, kini lockscreen ponsel itu sudah berubah dan menunjukan adanya panggilan masuk dengan nama kontak ' Paman Kise'

Ctak!

Para anggota gangster yang melihat Tenma menjetikan jarinya pun, kini memfokuskan tatapan mereka kepada pria itu.

"Aku tahu! Ponsel itu milik Azami-kun. Beberapa hari ini aku melihat Azami menerima pesan dan telepon dari pamannya yang bernama Kise."

Yuta menaikan sebelah alisnya. Menatap Tenma tidak yakin. "Apa kau yakin Tenma?"

Tenma pun menganggukan kepala yakin. "Ya, aku sangat yakin. Coba saja panggil Azami kesini."

Meski masih merasa sedikit tidak yaki, tetapi Yuta tetap memanggil Azami yang sedang berada di dapur dan memberikan ponsel milik pria itu yang kembali berdering. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting, hingga orang dengan nama kontak 'Paman Kise' terus menghubungi Azami.

"Ah, terimakasih Yuta-san. Kalau begitu aku akan mengangkat telepon ini dulu."

Setelahnya Azami berjalan meninggalkan ruang bersantai untuk menjawab panggilan masuk dari Kise.

Sedangkan itu, Yuta yang masih berada di ruang bersantai, terdiam ditempatnya memikirkan siapa kemungkinan orang yang menghubungi Azami saat ini. Karena berdasarkan data yang dirinya dapat, Azami tidak memiliki kenalan yang bernama Kise.

Helaan nafas, Yuta hembuskan. Ini benar-benar sangat mengganggu dirinya. Apa mungkin data yang dirinya dapatkan masih kurang dari lengkap mengenai latar belakang Azami dan keluarganya? Entahlah. Yuta kini kembali memfokuskan dirinya untuk lanjut membaca buku yang sedang dibacanya tadi.

"Uhm, Tenma-san?" Panggil Azami saat dirinya sudah kembali keruang bersantai dan membuat Tenma yang namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya.

"Ya, Azami-kun. Ada apa?"

Azami berjalan mendekat kearah Tenma. "Ehm, apa aku boleh meminjam motor mu sebentar Tenma-san? Aku ingin menemui kenalan ku malam ini."

Tenma, Yuta dan para anggota gangster lain mengerutkan dahi mereka heran saat mendengar perkataan Azami. Meski saat ini mereka sedang berpura-pura fokus dengan aktivitas yang sedang mereka lakukan.

"Oh, kau ingin meminjam motor ku? Tentu saja boleh." Jawab Tenma sambil terkekeh.

"Ya, aku ingin menemui kenalan ku yang kebetulan saat ini sedang berada di Yokohama." Balas Azami yang direspon anggukan kepala oleh Tenma.

"Baiklah, nanti jika sudah selesai kau gunakan, kunci motor ku kau simpan dulu saja. Kemungkinan nanti kamu akan membutuhkannya lagi."

Azami membulatkan matanya terkejut. "Apa aku boleh meminjam motor mu lagi, Tenma-san?"

Dengan pasti Tenma pun menganggukan kepalanya. "Tentu saja boleh. Tidak ada yang melarangnya Azami-kun."

Seulas senyum kecil pun terulas di wajah Azami."Terimakasih Tenma-san. Kalau begitu aku pergi sekarang."

Tenma kembali menganggukan kepalanya. "Baik, berhati-hatilah di jalan saat malam seperti ini."

"Tentu saja. Kalau begitu aku pergi dulu." Balas Azami yang kemudian langsung pergi dari ruang bersantai meninggalkan para anggota gangster yang kali ini sudah saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, memperhatikan Azami yang berjalan menuju pintu utama dengan terburu.

"Sepertinya Azami memiliki urusan sangat penting dengan orang itu." Ujar Julian yang disetujui oleh para rekannya.

"Semoga saja tidak ada masalah yang akan terjadi."


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C33
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ