Sudah tiga bulan berlalu sejak insiden Freya dan Olivia menjadi tawanan mafia. Selama itu pula, mereka tidak diberi misi yang langsung terjun ke lapangan. Mereka hanya mendapat misi untuk mencari berbagai informasi, ataupun melacak keberadaan seseorang.
Selama itu pula, mereka mendapat banyak pelatihan intens, seperti : memanah, memakai pistol, membidik, memakai bumerang, kacamata sensor, chip, dll. Mereka juga banyak mendapat latihan fisik untuk meningkatkan ketahanan dan kelincahan pergerakan mereka. Kini, tubuh mereka sudah tampak berotot dan memiliki abs.
"Liv, aku bosan nyari infomasi mulu, mecahin teka-teki, dll. Mau ga sih kamu kalo kita melaksanakan misi yang langsung ke lapangan lagi?" Tanya Freya.
"Iya bener Frey, udah matang juga kan persiapan kita baik fisik maupun mental." Balas Olivia.
"Lagian kita juga udah banyak nyusun strategi mengatasi berbagai rintangan misi kedepannya." Balas Freya mendukung opini mereka.
Setelah memutuskan untuk kembali mengambil misi yang terjun ke lapangan, mereka pun segera bersiap-siap, dan menjumpai Kepala CIA. Mereka sudah bosan untuk berlatih terus tanpa merealisasikan latihan yang ada. 3 bulan sudah sangat cukup bagi mereka untuk berjuang lagi seperti agen yang sesungguhnya.
"Permisi pak" Ucap mereka bersamaan.
"Yaa Eagle Tim… Ada apa? Kalian bukannya masih harus berada di ruang latihan ya? Kok malah menjumpai saya?" Tanya Kepala CIA secara beruntun.
"Begini pak, semua pelatihan dan persiapan yang kami lakukan selama 3 bulan ini, menurut kami sudah cukup matang dan pantas untuk kami mengambil misi langsung yang terjun ke lapangan." Jelas Freya.
"Kami juga telah menyusun berbagai strategi pak. Selain itu, risiko dari berbagai misi sudah kami perhitungkan dan kami telah mengambil berbagai langkah untuk meminimalisirnya." Sambung Olivia.
"Lagian pak, kami juga sudah mendapat berbagai saran dan masukan dari berbagai agen professional CIA lainnya, dan fisik maupun mental kami sudah tidak perlu bapak ragukan." Tutur Freya.
"Sebentar, hahahaha kalian ini sangat bersemangat mendapat misi baru. Bukan saya menghalangi kalian untuk menambah pengalaman. Namun, saya takut Freya terluka seperti kemarin, karena…" Kepala CIA segera menghentikan ucapannya, ia benar-benar takut ketahuan bahwa Freya dititip menjadi agen CIA karena suatu alasan.
"Lho... kok ga disambung pak? Emang saya kenapa? Saya ada salah ya pak?" Jawab Freya takut.
"Iya pak? Freya keknya baik-baik aja deh pak." Jawab Olivia yang curiga ada masalah dengan Freya.
"Oh bukan.. saya hanya sedang berpikir misi apa yang akan kalian dapat selanjutnya. Emang strategi yang kalian susun berkaitan dengan misi apa saja?" Tanya Kepala CIA berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Kan kami sudah sering diberi tugas pak, baik melacak, mencari informasi, menyusup database,dll. Nah pastinya segala tugas itu berkaitan dengan misi yang diemban oleh agen lainnya." Balas Olivia.
"Oleh karena itu, sambil menyelesaikan tugas tersebut, kami juga menyusun strategi jika kami yang melaksanakan misi tersebut." Sambung Freya.
"Melihat semangat kalian yang membara, saya akan memberi misi kedua kalian. Namun, kali ini misinya sangat rumit. Kebetulan Eagle Tim datang, misi ini berkaitan dengan penyelamatan Wakil Presiden kita yang sedang ditawan oleh gangster terbesar yang memiliki akses ke berbagai wilayah dunia. Kalian tidak hanya berdua, beberapa agen CIA dan pastinya dari FBI juga mengerahkan bantuan untuk menyelesaikan misi ini." Jelas Kepala CIA panjang lebar.
Mereka berdua pun mengangguk mengerti dan dalam hatinya mereka semangat. Namun, tetap saja mereka tidak menyangka misi kedua yang mereka terima langsung sekejam ini. Mereka harus banyak mengatur segalanya dan minimalisir risiko yang ada. Apapun yang terjadi, misi kedua ini harus mereka buktikan bahwa mereka layak menjadi agen elit khusus CIA.
"Siap pak, kami akan segera mencari informasinya dulu. Baru kami akan kabari berbagai agen yang kami pilih. Sepertinya Tempo Tim cocok untuk membantu kami." Tutur Aidan yang baru saja mendapat misi penyelamatan Wakil Presiden oleh Kepala FBI.
Adapun ketua dan anggota Tempo Tim yaitu, Gavin, Leonard, Arsen, Dave, dan Kai.
Aidan dan Darren memang sadar bahwa CIA dan FBI merupakan institusi di Amerika yang memiliki tujuan yang sama untuk memperkuat pertahanan dan ketahanan negara tersebut. Namun, divisi mereka saja yang berbeda. Hal ini membuat mau tidak mau pasti berbagai misi mereka akan saling bekerjasama. Meski begitu, tetap saja mereka hanya diberitahu nama Tim, tanpa memberi tahu nama anggota Tim tersebut, atau sekedar kode agennya.
"Aidan… sepertinya aku masih bingung, karna 3 titik yang aku lacak dari kemarin, posisinya setiap beberapa jam mengalami perubahan. Seolah mereka ingin mengecoh kita agar tidak mampu mengetahui keberadaan yang sebenarnya." Jelas Darren.
"Ya.. sepertinya kita butuh bantuan Tempo Tim mencari letak yang sebenarnya dulu, supaya operasi besok berjalan lancar." Balas Aidan.
Mereka pun dengan sigap menjumpai Tempo Tim yang berisi lima agen professional FBI. Selama berjalan di koridor, mereka juga menyusun strategi penyelamatan Wapres tersebut.
Kemudian, sesampainya di ruang Tempo, mereka segera melakukan diskusi oleh seluruh agen. Mereka juga sebenarnya kewalahan melacak, namun salah satu agen berhasil mendapat titik utama yang merupakan bangunan tua.
Namun, struktur ruangan dari bangunan tersebut terkesan aneh. Karena, di dalam dan luar bentuknya sangat berbeda. Memang tidak tampak secara keseluruhan, paling karna di perbesar saja. Setelah mereka menurunkan salah satu alat perekam dekat pohon di bangunan tersebut menggunakan truk pembuang sampah, mulailah mereka mendapat banyak informasi yang tepat dari suara yang cukup jelas terekam.
"Sepertinya Wapres kita ga seberguna yang dipikirkan." Ucap seseorang.
"Dih iya nih, gimana kalau kita ancam aja Kepala FBI atau CIA. Pasti mereka sibuk menutup media hilangnya Wapres." Sahut yang lain.
"Keuntungan yang bisa kita dapat mengancam mereka bisa mencapai seratus triliun dollar lah. Ini kan Wapres, kecuali… mereka mau berita tersebar. Kalau kita sebar nih ya, kredibilitas semua agen itu pasti anjlok." Jelas yang lain.
"Bener tuh HAHAHAHHAHAHA" Mereka tertawa bersamaan.
Sambil mendengar ocehan para gangster, Tim FBI sudah saling bertukar pikiran mengenai strategi penyelamatan tersebut. Mereka sudah memutuskan bahwa penyelamatan ini membutuhkan bantuan pihak SWAT. Bagaimanapun, para gangster ini jumlahnya cukup banyak dari suara yang terdengar tadi, belum lagi jika mereka sudah berkumpul dari berbagai wilayah di dunia.
"Gimana kalau kita jumpai pihak CIA dulu, bagaimanapun kita harus berdiskusi dan membuat kesepakatan dengan mereka." Ucap salah satu anggota Tempo Tim.
"Baiklah, kalian saja yang menjumpai mereka, karena Delta Tim masih harus mengurus berbagai hal lainnya." Ucap Kepala CIA mengoordinir kerjasama mereka.
"Siap pak!" Jawab mereka semua serentak.
Tempo Tim segera bergegas menuju markas utama CIA. Sedangkan Delta Tim segera kembali ke lab melanjutkan apa yang seharusnya mereka urus sebelum bertempur menyelesaikan misi penyelamatan Wapres tersebut.
Setelah semua beres, baik dari FBI dan CIA, telah ada kesepakatan yang terbentuk. Selain itu, mereka juga akan berangkat secara bergantian, agar tidak dicurigai oleh masyarakat atau para gangster tersebut. Misi kali ini memang cukup berat bagi mereka, karena menyangkut Wapres dan gangster terbesar di dunia.
"Kita masuk dari jalur belakang atau samping bangunan tersebut saja?" Tanya Aidan.
Delta Tim memang menjadi Tim pertama yang berangkat. Kemudian disusul Tempo Tim, sedangkan 2 Tim dari CIA menyusul. Tidak hanya mereka, tim SWAT juga ikut membantu dalam operasi penangkapan, karena jumlah mereka yang terbilang cukup banyak kurang lebih 70 orang terlatih. Hal itu membuat tidak mungkin agen CIA dan FBI saja mampu menangani mereka.
"Sebaiknya kita menyusup dibalik pohon tersebut lebih dahulu." Balas Darren.
"Baiklah, tapi jangan sampai kita menimbulkan suara sekecil apapun, karena lokasi pohon itu sangat dekat dengan bangunan tersebut." Ucap Aidan.
Setelahnya, mereka berjalan sedikit jinjit, agar rumput dan dedaunan yang mereka injak tidak menimbulkan suara yang ribut. Untungnya, dedaunan tersebut tidak kering, sehingga tidak membuat mereka terlalu was-was. Setelah sampai di dekat pohon tersebut, mereka pun mau tidak mau harus berjongkok agar tertutup oleh batang pohon yang cukup besar.
Delta Tim yang terlebih dahulu sampai, harus menunggu Tempo Tim sekitar sejam. Hal ini dikarenakan berbagai kendala dan akses ke wilayah tersebut sangat minim. Selain itu, mereka juga harus bisa berbaur dengan sekitar agar tidak dicurigai oleh para gangster tersebut. Kedatangan Tempo Tim yang mulai membuat kegaduhan hampir mengusik para gangster yang berjaga di wilayah bangunan tersebut.
Hacihhh!!!
"Berisik tau!" Ucap Darren sambil memukul Kepala Leonard.
"Shutttt" Sahut Aidan.
"Pelan-pelan ngomongnya!" Balas Gavin sambil berbisik dan melotot.
Mereka semua pun menganggukkan Kepala masing-masing.
"Gimana?" Celetuk Kai berbisik disertai bahasa tubuhnya.
"Gimana Apanya?" Jawab Dave bingung.
"Kita sebaiknya tidak membuang waktu berkumpul dan menunggu mereka." Sahut Aidan yang mengerti maksud pertanyaan Kai.
"Karena kita sudah dua Tim, lebih baik kita laksanakan rencana A terlebih dahulu, jangan lupa memakai alat pelacak masing-masing." Jelas Gavin.
"Udah pada pake speaker sensor kan?" Tanya Darren memastikan yang dibalas anggukan mereka semua.
"Baiklah, Delta Tim masuk dari bagian belakang, Kai dan Leonard bagian samping kanan, Dave dan Arsen dari samping kiri, Aku mantau dari sini." Tutur Gavin.
"Baik, kalau begitu kamu yang sampaikan ke CIA dan SWAT yang akan datang mengenai kelanjutannya nanti." Balas Aidan.
Mereka pun melakukan rencana A tersebut. Dengan berbagai keahlian bela diri yang mereka miliki, setidaknya setengah dari para penjaga gangster telah tewas tanpa menimbulkan berbagai keributan.
Delta Tim telah berhasil masuk ke dalam bangunan tersebut, setelah melewati sonar inframerah yang mampu memotong tubuh mereka.
Gavin yang menunggu di dekat pohon tersebut langsung dapat mengetahui keberadaan Eagle Tim. Freya dan Olivia segera ikut berjongkok sambil mendengar berbagai rencana yang sudah sebagian dilakukan oleh FBI.
Mereka memutuskan untuk menunggu satu tim CIA lagi, agar mereka segera bergerak maju.
"Tempatnya ga seperti yang kubayangkan." Tutur Darren dengan setengah berbisik.
"Bener juga, kek rumah biasa yang baru ditinggalin, masih bersih lagi. Tapi aku merasa ada yang aneh." Ungkap Aidan.
"Bentar… ngerasa gak dari tadi kita berjalan pelan melewati ruang yang sama terus?" Tutur Darren.
"Astaga bener… pasti ada jalur lain ke berbagai ruangan disini." Balas Aidan.
Cklekkk
Mendengar suara tersebut, seketika mereka berdua merapat kearah dinding di ruangan tersebut.
"Ada perkembangan?" Ucap seseorang.
"Sepertinya tidak tuan, namun saya merasa ada yang salah, beberapa sensor di ruang belakang dan samping rusak." Balas seseorang.
"Ah mungkin kita memakai barang yang lama, lagian tidak mungkin FBI dan CIA sampai kesini. Mobilitas kita sangat cepat dan tersebar diberbagai titik." Jawab Seseorang sambil tersenyum smirk melihat ada bayangan kaki di dekat bangku ruangan tersebut.
Setelah mereka berdua pergi, Delta Tim segera masuk perlahan keruangan tersebut. Namun, mereka hanya mendapati ruangan kosong.
"Tunggu… Apa mereka sudah tau keberadaan kita?" Tanya Darren.
"Tidak mungkin, cari dahulu teka-teki ruangan ini." Ucap Aidan.
Setelah sejam berkutat diruangan tersebut, akhirnya mereka berhasil masuk ke ruang bawah tanah. Bau ruangan tersebut sangat amis memaksa mereka untuk menutup hidung dengan berbagai perlengkapan yang ada.
Uhukkk Uhukkk
Mereka segera berjalan pelan mengikuti arah suara tersebut. Untungnya, suara tersebut berasal dari Wapres yang harus mereka selamatkan. Darren langsung berjaga ke pintu menuju ruang bawah tanah, ia juga mengabari semua Tim agar mulai merapat ke tempat mereka dengan alat pelacak ditubuh mereka. Hal itu membuat semua Tim segera melakukan perintah Darren.
Srrrrttttttt
"Sampai juga kalian. Alpha, Charlie, Ben, dan segala pasukan, segera menuju markas utama." Ucap seseorang dengan lantang. Cukup waktu 3 menit pasukan mereka telah berkumpul. Namun, pasukan penyelamat belum juga tiba.
"Gimana? Lebih baik kalian menyerah saja. Jadilah tawanan dan hubungi pasukan kalian untuk membayar dengan harga yang sesuai." Ucap seseorang sambil menyayat lengan Aidan dan yang lainnya menyiksa ikut menyiksa mereka.
Hening beberapa saat. Tiba-tiba semua titik menuju ruangan bawah tanah ditutup oleh semen ulah para gangster. Hal ini memaksa pasukan CIA membom jalur tersebut.
"Segera Berpencar!" Ucap ketua gangster.
Mereka tidak lupa untuk membawa ketiga tawanannya.
"Pasti ada jalur lain!" Ucap Freya yang semakin emosi karena secepat kilat mereka kehilangan jejak. Untungnya, Gavin memberi arah melalui alat pelacak yang ada ditubuh Aidan dan Darren. Kemudian, mereka segera menyusul.
"Mereka memang luar biasa menyiapkan segala strategi diluar akal sehat gangster biasanya." Tutur Sena, ketua SWAT.
"Namun, kita lebih luar biasa dari mereka." Balas Gavin, disertai senyum smirknya.
Setelah setengah jam berpencar agar lebih efektif, mereka pun mulai mendapat jejak Aidan dan Darren sedikit demi sedikit. Hal itu karena kapan pun Aidan merasa cemas ia pasti meninggalkan tanda, ia tahu bahwa orang lain akan segera menemukannya.
"Ahk! Sialan!" Umpat Aidan yang terus berusaha mencari cara melepas borgol ditangannya. Lain halnya dengan Darren yang masih pingsan karena dibius.
Srettttt Sretttt Srettttt
Suara nyaring yang memekikkan telinga itu berasal dari bor kecil yang digesekkan seorang gangster ke dinding besi. Aidan pung berpura-pura pingsan, ia sudah cukup tahu diri tidak dapat melawan gangster yang datang. Ia juga mengatur napasnya, agar tidak terlalu kuat didengar si gangster tersebut.
"Lemah juga mereka, sudah setengah jam masih pingsan ternyata. Dih… Gini agen intel negara?" Ucap si gangster kemudian berjalan mendekat kearah Kepala Aidan.
"Kalo ini dibor, mungkin otakknya bisa diambil buat produk di Black Market." Kata si gangster tersebut, yang hampir membuat Aidan tersulut emosinya.
Gedebug!
Setelah memukul dinding di sebelah Kepala Aidan, ia pun pergi dari ruangan tersebut. Jujur saja Aidan merasa lega, tanpa ia tahu bahwa sebenarnya lebih deg-degan Darren yang tidak diborgol, namun tidak mampu berbuat apa-apa.
Seluruh tim yang berpencar ternyata tidak saling menjaga satu sama lain. Hal ini membuat Freya terpisah dari Olivia dan timnya. Namun, Freya tidak merasa takut sedikitpun, ia tahu 3 bulan melatih fisiknya sudah cukup menjadikan keahliannya seperti gangster. Freya pun mengendap-endap dengan sangat waspada memerhatikan sekitarnya. Tiba-tiba…
Blam!
"Eh, Freya mana?" Tanya Olivia berbisik.
"Bukannya disini?... Eh mana dia? Tadi aku yakin posisinya disini, kan barengan tadi." Jawab Gavin yang mulai sadar Freya menghilang dari tim mereka.
"Ahk! Kenapa pada mencar sih!"Balas Leonard.
"Si Freya ga punya pelacak lagi. Tadi disuruh pake, dia bilang beri ke yang lain aja." Ucap Olivia.
"Aduh gimana nih." Celetuk Kai.
"Yaudah kita fokus aja, aku yakin Freya bisa jaga diri. Pasti bisa, 3 bulan cukup bagi kami untuk latihan fisik dan mental." Terang Olivia. Kemudian mereka pun melanjutkan pergerakan.
Duar!!! Duar!!! Duar!!!
Tiga tembakan sekaligus, entah darimana asalnya. Seluruh tim yang berpencar menjadi berkumpul kembali. Tanpa disangka tembakan itu berasal dari ruang bawah tanah. Mereka pun segera menuju lokasi tembakan. Disana, Aidan dan Darren sudah tampak memar disekujur tubuhnya, sedangkan pak Wapres masih dalam kondisi aman. Mereka pun segera bergegas untuk menyelamatkan tiga orang tersebut.
"Hahaha.. Kalian pikir segampang itu, HAH? Ternyata pasukan kalian tak seberapa… Dih! Gini katanya yang mau nyelamatin Wapres dan Agen elit khusus FBI?" Tanya Ketua Gangster dengan sedikit menyindir mereka.
Tiba-tiba semua ruangan terkunci dari segala sisi, sedangkan si gangster yang lari segera dikejar oleh Gavin. Untungnya, Aidan segera menembak gangster tersebut. Ketua Gangster pun menjadi objek pelampiasan emosi mereka, sekaligus agar mau membuka mulut untuk melepaskan mereka dari ruang bawah tanah tersebut.
Tettt Tetttt Tettt
"Semua lokasi menuju ruang bawah tanah sudah kami kunci. Sebaiknya anda segera keluar dan tidak usah memperpanjang urusan disana. Biarlah segala rahasia dan urusan dengan kedua agen selesai sampai disini." Ucap seseorang diseberang telepon.
"Tidak… kali ini aku tidak akan melepaskan mereka dengan begitu mudahnya. Mereka hanya akan menjadi penghambat kedepannya."Jawab ketua Gangster.
"Baiklah, akses kesana akan kami buka selama 5 menit. Keluar atau tidak sama sekali." Jawabnya yang langsung memutus sambungan telepon.
Tanpa berpikir panjang, semua tim bergegas mencari jalan keluar. Mereka tidak tahu, bahwa itu adalah pengalihan rencana dari para gangster. Setelah semua berhasil keluar dengan selamat. Mereka melupakan satu orang yang sangat berharga.
"Dimana Aidan?" Tanya Gavin.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.