Delvis seperti sudah bisa menebak apa yang terjadi, dia memilih untuk segera pergi dari hadapan mereka, tanpa perduli dengan Zalfa yang mungkin sedang bingung dengan sikapnya.
Dia mendengar Zalfa memanggil namanya, tapi Delvis membiarkannya. Dia belum tahu, bagaimana harus menyikapi semua ini, padahal hal ini, sudah masuk ke dalam listnya juga. Dia hanya belum siap, kala Zalfa sudah tidak lagi membutuhkannya.
Dia terbiasa dengan Zalfa yabg selalu merengek, meminta bantuannya, menangis di bahunya dan keras kepala wanita itu. Delvis sudah sangat hafal, dia selayaknya Abang yang menjaga adik perempuan satu-satunya. Dan kini, Delvis tidak akan mendengar semua itu, karena Zalfa sudah memilih seseorang yang akan menjadi tempatnya berbagi suka dan duka.
"Abang gak bicara apa-apa dengan Bang Delvis kan?" tanya Zalfa panik. Dia ingin mengejar Delvis, tapi ditahan oleh Dewan juga abangnya. Mereka bilang, Delvis zedang banyak pikiran.