ดาวน์โหลดแอป
97.08% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 100: Chapter 12 L'Arc Berg

บท 100: Chapter 12 L'Arc Berg

Theresa melayang mendekat dan berdiri disamping dia.

"Apa maksudnya ini?"

Aku menatap mereka.

"Astaga. Aku betul-betul gak nyangka kalau kau adalah Pahlawan Perisai, bocah."

"Aku udah bilang berkali-kali."

"Memang sih. Tapi kurasa kau gak boleh menilai buku dari sampulnya, kau tau? Bocah. Atau haruskah aku memanggilmu Naofumi?"

"Terserah kau. Mau apa kau?"

"Huh? Oh, aku ingin kau tau kalau aku gak punya masalah denganmu secara pribadi."

"Itu benar. Aku juga sama. Aku sangat menyesalkan semuanya harus kayak gini, tapi..."

Aku merasakan firasat yang sangat buruk soal ini.

Tapi aku punya keraguan terhadap sabit besar miliknya sejak beberapa waktu lalu. Sekarang kupikir aku akhirnya mendapatkan jawabannya.

"Kami harus melakukannya demi kebaikan dunia kami. Kau harus mati."

Dia bergerak sangat cepat. Sebelum aku bisa memahami apa yang terjadi, sabit miliknya diayunkan.

Tanpa berpikir, aku bereaksi. Aku menebak kemana sabitnya akan mendarat dan menyiapkan perisaiku untuk memblokirnya.

"Heh! Kau sangat cepat, bocah."

"Apa yang kau lakukan?!"

"Apa yang kau lakukan pada masterku?!"

Filo melompat naik dan menyerang mereka, tapi aku mengangkat tangan untuk menghentikan dia.

Aku gak tau kenapa aku menghentikan dia. Aku merasa kalau dia membuat sedikit kesalahan, dia gak akan selamat.

"Aku sudah bilang padamu."

Yang L'Arc katakan adalah aku harus mati demi kebaikan dunia. Apa maksudnya itu?

"Kita harus menangkap petualang ini karena menyerang Tuan Iwatani, sang Pahlawan Perisai! Semuanya! Bersiap mengeluarkan sihir seremonial!"

Mereka sudah merapal mantra dan menembakkannya kearah L'Arc.

Kalau sihir mereka sekuat yang terlihat, kami akan terkena juga.

Aku menatap sang ratu dan beliau menatapku juga.

Aku paham. Beliau tau kalau kami bisa selamat dari ledakan tersebut.

"Shooting Star Shield! Motoyasu, buruan kesini!"

Aku segera mengundang dia kedalam party.

Secara mengejutkan, dia memahami apa yang sedang terjadi dan segera menerimanya. Lalu dia berlari kedalam jangkauan skill milikku.

"Kelihatannya ini buruk."

Therese mengangkat tangannya dan permata miliknya berkilauan. Dia merapal sebuah mantra.

Apa? Anginnya meningkat, sangat kuat, dan mulai berputar disekitar kami.

"Semua kekuatan yang ada dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Pinjami aku kekuatan untuk menghancurkan mereka!"

"Ceremonial Magic Jugdment!"

Therese menyelesaikan mantranya sesaat sebelum sang ratu.

Lalu dia melepas tiara miliknya dan ada permata lain yang terdapat pada tengah keningnya.

"Shining Stone! Shooting Star Rain of Fire!"

Api sihir dihujankan dari langit. Bukan, itu gak seperti hujan. Masing-masing api itu adalah sebuah bola api raksasa.

"AAAAAAAAHHHHHH!"

"KYAAAAAAAAAAAAA!"

Sesuatu seperti meteor dihujankan dari langit dan menghantam kapal, menenggelamkan kapal tersebut.

"Raphtalia!"

"Aku baik-baik saja!"

Raphtalia, ratu, Itsuki, dan anggota partynya melompat dari kapal yang tenggelam.

Sialan. Kapal yang karam tersebut membentuk sebuah pusaran yang mana menarik orang-orang ke dalamnya.

Sang ratu mencoba menyelamatkan mereka dengan bekerja sama dengan orang lain di sebuah kapal kecil dan merapal sihir bersama mereka untuk menghilangkan pusaran air tersebut.

Seluruh situasinya berubah menjadi menguntungkan L'Arc dan Therese cuma mengeluarkan satu sihir saja!

Aku sudah melihat berbagai macam demi-human dan mahkluk lain sejak aku berada di dunia ini, tapi aku belum pernah melihat sesuatu yang seperti Therese.

Dia pasti merupakan sesuatu yang lain.

"Sial!"

"Ren! Kalau kau nggak melompat dari kapal itu, aku akan mati!"

Ren terlihat kuatir, tapi dia paham kalau rekan timnya betul—dia melompat ke air.

Dia betul-betul gak banyak berguna, kan?

"Therese!"

"Aku tau, aku hanya perlu menjauhkan mereka!"

"Kekuatan yang terkandung dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Lindungi mereka dari hujan api! Shining Stone, Silent Ocean!"

Huh? Saat Therese menyelesaikan sihir miliknya, pusaran air itu lenyap. Sang ratu menatap L'Arc, sepenuhnya bingung.

"Aku nggak membutuhkan kematian yang tak diperlukan."

"Tapi kau mau membunuhku? Logika macam apa itu?!"

"Bukannya kami mau membunuhmu. Tapi kami harus melakukan apa yang harus dilakukan—aku gak mau orang lain terlibat."

"Terus kenapa kau mau membunuhku?!"

"Kurasa kami berhutang banyak padamu. Tapi aku sudah bilang kami melakukannya demi menyelamatkan dunia kami!"

"Apa maksudnya?! Bukankah ini duniamu? Gimana bisa itu membantu orang dengan membunuh seorang pahlawan di tengah gelombang?!"

"Astaga, aku bahkan gak tau itu?"

"L'Arc tidaklah ahli dalam menjelaskan sesuatu."

"Diam, Therese. Baiklah, aku beritahu kau, Naofumi. Dunia kami itu sama seperti—dunia lain."

"....."

Apa yang dia bicarakan?

Mungkinkah sama seperti kedengaran?

Nampaknya itu terlalu berlebihan. Itu mungkin gak benar— namun...

Saat gelombang yang sebelumnya, kami bertemu dengan seorang musuh bernama Glass. Kalau yang dikatakan L'Arc memang betul, maka apakah dia dan Glass berasal dari tempat yang sama? Apakah mereka musuh?

"Sama seperti yang dikatakan cewek ini. Ada banyak sekali pahlawan palsu yang berpura-pura menjadi dirimu. Semua orang yang menyebut diri mereka sendiri seorang pahlawan pasti bohong. Butuh waktu yang lama untuk menemukanmu, Naofumi."

"Apa?!"

"Apa yang kau katakan?!"

"Ya! Kami adalah para pahlawan!"

Para pahlawan yang lain berdiri.

"Oh? Apa kalian bertiga berpura-pura menjadi Pahlawan juga? Ha! Yang betul saja!"

L'Arc menatap ketiga pahlawan yang lain dan tertawa terbahak-bahak.

"Kalian pasti bercanda! Kalian bertiga sangat lemah! Kalau kalian mau berpura-pura menjadi pahlawan, kalian harus lebih kuat dari itu—seperti Naofumi ini."

"Apa?!"

"Kau mau menguji aku?!"

"Motoyasu, tunggu!"

Tapi Motoyasu mengabaikan aku dan berlari kearah L'Arc sambil mengacungkan tombaknya.

"Sudah kubilang, kami gak mau membunuh siapapun yang gak perlu. Kami cuma perlu membunuh pahlawan."

L'Arc mengayunkan sabitnya.

"Bentuk pertama, Wind Slice!"

Dia cuma mengayunkan sikunya, tapi sebuah tornado besar muncul dan menghempaskan Motoyasu.

"AHHHHHHH!"

Motoyasu terlempar ke udara seperti sebuah boneka dan jatuh ke laut, dia mengambang menghadap keatas.

Dia mengalahkan Motoyasu dengan satu serangan?

"Apa mereka masih bertarung sendiri?"

"Sepertinya begitu. Itu buang-buang waktu, tapi kurasa kita harus menyingkirkan mereka juga."

"Kurasa begitu."

L'Arc dan Therese bersiap bertarung, lalu menyerbu.

"Shining Stone, Explosive Thunder Rain!"

Sama seperti sebelumnya, petir menyambar sabit milik L'Arc, mengisinya.

"Combo Skill, Lightning Firework!"

Dia memutar-mutar sabitnya, membentuk sebuah piringan yang berputar cepat. Tembakan cahaya yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan darinya—tembakan itu mengarah pada orang-orang yang ada disekitar kapal yang tenggelam.

Aku menggunakan Shooting Star Shield dan berlari untuk melindungi barisan belakang.

Raphtalia dan Filo berdiri dibelakangku, didalam jangkauan penghalang pelindung.

"Apa....."

"Bagaimana bisa mereka melakukannya?"

Untungnya ratu dan para prajuritnya berhasil segera masuk kedalam jangkauan skillku, jadi mereka selamat. Tapi para pahlawan lain, dan hampir semua petualang serta para pelaut, terkena tembakan cahaya itu.

"Sial...."

Sebenarnya serangannya gak terlalu kuat, tapi jangkauannya sangat luas.

Aku gak tau siapa L'Arc itu, tapi serangan miliknya merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Kami harus bertahan.

"Aku berusaha memastikan untuk tidak membunuh kalian semua. Jika kalian menggangu pertarunganku dengan Naofumi, aku gak akan menahan diri lagi."

Aku berbalik untuk melihat kerusakannya. Kebanyakan orang tampak mereka terkena paralys. Untungnya mereka berada di atas kapal, jadi mereka nggak tenggelam.

"Kekuatan semacam itu.... Siapa mereka...?"

Sang ratu mulai merapal sihir.

"Tunggu, ratu. Jika sihir itu tidak cukup kuat untuk membunuh kami, lebih baik anda tidak menggunakannya. Tampaknya mereka hanya tertarik padaku."

"Itulah Naofumi yang kukenal! Seorang yang bisa berpikir cepat!"

"Lucu sekali—kau pikir kau memahami aku hanya dalam beberapa hari saja?"

"Menghabiskan sedikit waktu bersama dengan seseorang sudah cukup untuk memperoleh sedikit pemahaman kepribadiannya."

L'Arc tampak percaya diri. Dia menunjuk padaku.

"Kau pasti punya alasan kenapa kau mencuri item dari orang yang telah dikalahkan, Naofumi. Kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan tindak kejahatan tanpa alasan."

"Akhirnya, ada seseorang yang betul-betul memahami dirimu, tuan Naofumi."

"Jangan katakan itu. Kamu membuatku merasa suram."

Mereka memang gak salah. Mereka memang gak salah, tapi....

"Sialan! Mereka menghianati kepercayaanku!"

Aku benci dihianati. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kurasa mereka gak pernah menjanjikan sesuatu padaku.

Mereka menolak tawaranku untuk terus bersama. Kurasa kami adalah musuh yang secara gak sengaja jadi teman.

Ha! Miris sekali.

"Apinya udah hampir padam. Raphtalia, Filo, kita mengenal mereka berdua, tapi kita harus mengalahkan mereka!"

"Itu akan sulit, tapi ayo lakukan, tuan Naofumi!"

"Umm.... Kalau mereka mau bertarung maka aku akan menunjukkan apa yang aku bisa!"

"Ini adalah pertarungan yang sama kayak pertarungan yang lainnya."

"Sama pertarungan yang lainnya? Jadi kau mau bermain adil? Aku lebih menganggapnya sebagai sebuah strategi."

"Sama sepertimu, Naofumi. Majulah! Aku datang ke dunia ini untuk menghabisimu!"

"Shining stones, explosive lightning rain!"

Sama seperti ketika mereka mengalahkan inter-dimensioanal whale, sihir milik Therese menyambar sabit L'Arc.

Dia memutarnya, lalu mengayunkannya pada kami.

"Combo skill! Electric great circle!"

Aku mengasumsikan bahwa skill itu akan menembus perhalang Shooting Star milikku, jadi aku mengangkat perisaiku untuk memblokir serangan tersebut.

Aku benar. Penghalangnya hancur dan skill milik L'Arc menembusny, mengarah lurus padaku.

"HAAAAAAAA!"

Lingkaran cahaya yang berderak menghantam perisaiku dan menghasilkan percikan api yang berhamburan ke segala arah.

Perisainya cukup kuat untuk menghentikannya, tapi kalau skill itu menghantam di sudut yang buruk, akan ada masalah besar yang akan kuhadapi.

"Hei, hei! Kau mampu menghentikan Electric Circle-ku—nggak buruk!"

Aku memakai Soul Eater Shield, dan serangan baliknya, pemakan jiwaSoul Eat, diaktifkan, menyerap kekuatan L'Arc.

"Apa? Apa itu? Gak terlalu sakit."

Tapi dia terkejut dan membuang kewaspaan. Itu seperti dia gak bisa memahami serangan macam apa yang dia hadapi.

Soul Eat merupakan sebuah serangan balik yang aktif setiap kali aku berhasil memblokir serangan musuh.

Perisai itu bergerak dan mencuri kekuatan sihir musuh.

Kalau musuhnya adalah seorang pahlawan, aku penasaran apakah itu akan mengurangi SP mereka.

Itu gak memberikan damage fisik secara langsung, tapi memberi damage secara gak langsung.

Kalau musuh ahli sihir, mereka akan menyadari sihir mereka akan semakin menurun efektivitasnya.

"Heh, kau harus melakukannya lebih baik lagi dari itu."

"Aku tau itu. Kau bahkan gak terdorong mundur. Therese!"

"Shining stones, karma fire!"

Therese mengeluarkan sebuah sihir dan menembakkannya padaku. Sihir itu menghasilkan sesuatu yang kayak gelombang lava raksasa, dan itu mengarah kearahku.

Aku gak yakin apakah aku bisa menahannya.

"Lebih baik jangan lupa pada kami!"

"Aku jugaaaaaaaa!"

Raphtalia dan Filo melompat maju dari barisan belakang dan mereka berdua mulai menyerang L'Arc dengan ganas.

"Ha!"

L'Arc menjauh dari serangan mereka. Jaraknya sangat tipis.

Mereka terus menyerang. Terkadang dia menghindari, terkadang memblokir, dan terkadang dia menepis senjata mereka.

Apa mereka menunjukkan gerakan mereka?

Therese terus merapal mantra sihir. Aku menggunakan perisai untuk menyerbu ke depan, mendorong mundur L'Arc agar aku bisa memblokir sihir-sihir itu.

Tapi saat sihir itu menghantam aku, sihir tersebut terbelah dan berbalik.

Sesaat, kupikir aku mendengar suara kecil yang mengatakan "maaf".

"Apa itu?"

"Aku tau. Kau nggak mau melawan dia."

Therese tampak sangat sedih. Dia berbicara pada gelang miliknya.

Itu adalah gelang yang aku buat untuk dia.

"Therese! Gunakan sihir itu pada dia!"

"Ya, aku tau!"

Apa yang mereka bicarakan?! Therese berpaling untuk mengeluarkan sesuatu kearahku.

Itu mulai terlihat seperti satu-satunya cara untuk keluar dari situasi ini sudah jelas. Kami harus menang.

Selain itu, mereka bukanlah dari dunia ini, dan mereka datang kesini secara khusus untuk membunuhku.

Kalau itu benar, maka gak mungkin aku kabur dari pertarungan ini, dan kalau memang gak ada cara untuk kabur maka ada banyak orang disini yang harus kulindungi. L'Arc dan Therese mengatakan mereka gak mau melukai orang lain, tapi gak mungkin bagi mereka untuk kabur.

"Raphtalia! Filo! Aku akan menyerbu dia untuk membuka celah—kalian berdua seranglah saat ada kesempatan!"

"Baik!"

"Oke!"

Aku mengarahkan tatapanku pada L'Arc. Aku harus mencari cara untuk menahan dia.

"Air strike shield! Second shield!"

Aku memanggil dua perisai, satu di punggungnya dan yang satunya di perutnya—aku ingin membatasi pergerakannya.

Cara normal untuk menggunakan skill tersebut adalah dengan memanggil sebuah perisai untuk memblokir serangan musuh—lalu kau bisa menggunakan Change Shield untuk beralih ke sebuah perisai yang memiliki kemampuan serangan balik untuk menghasilkan damage.

Tapi saat kau bertarung melawan seseorang, atau musuh yang bisa bergerak dengan cepat, ada cara lain untuk menggunakan skill tersebut. Dan itu adalah dengan mengeluarkan perisai-perisai dengan cara seperti itu untuk membatasi pergerakan musuh.

Strategiku adalah untuk mempertimbangkan tentang bagaimana dia akan menghindari serangan. Aku melihat dia melangkah mundur, jadi aku mengeluarkan sebuah perisai di belakang dia untuk mencegah dia mundur.

Kalau dia mencoba melompat ke belakang, dia akan menabrak perisai itu, tapi gimana kalau ada perisai lain didepan dia yang memblokir dia bergerak ke depan?

Itulah rencanaku.

"Huh?"

L'Arc mencoba menghidari serangan Raphtalia dan Filo, tapi saat dia mencoba bergerak, ada suara dentuman yang mengindikasikan dia gak akan bisa bergerak.

"Sekarang!"

"Hyaaaaaaaa!"

"Rasakan ini!"

Raphtalia menebas dengan pedangnya dari kanan. Filo mengayunkan cakarnya dari kiri.

"Floating Scythe!"

Tangan L'Arc yang kosong tiba-tiba memegang sabit lain, sebuah sabit misterius yang tampak mengambang. Dia menggunakan bilahnya untuk menangkis serangan Raphtalia lalu mendorong Filo mundur menggunakan gagangnya.

"Nyaris sekali. Naofumi, sekarang aku paham apa yang kau maksudkan dengan membuat strategi. Aku menyadari Pahlawan Perisai gak punya banyak serangan, tapi kurasa aku harus lebih berhati-hati padamu."

"Kami belum selesai! HAAAAAAA!"

Raphtalia menjauh dan menikam ke depan lagi.

Sebuah sabit seperti tombak, penggunanya memblokir serangan menggunakan gagangnya. Yang mana itu akan sangat sulit untuk memblokir serangan tikaman.

"Aku gak akan kalah!"

Filo menekuk lengannya dan mengangkat kakinya, mendorong mundur gagang sabit yang telah memblokir serangannya yang sebelumnya.

"Gak semudah itu!"

L'Arc melompat ke udara, dan serangan Raphtalia serta Filo mengarah ke ruang diantara kedua perisai dimana dia berdiri barusan.

"Therese? Masih belum siap juga?!"

"Sudah siap!"

Therese mengangkat tangannya dan mulai merapal mantra.

"Kekuatan yang terkandung didalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexandrite. Aku adalah temanmu. Hancurkan perlindungan kokoh mereka! Shining Stone! Peotection Shatter!"

Sebuah cahaya yang berkedip-kedip terbang kearahku. Aku gak akan membiarkannya mengenaiku!

Aku melompat ke samping untuk menghindari sihir itu. Sihir tersebut terbang melewati aku lalu berbalik dan terus mengejar seperti sebuah misil kendali.

"Tuan Naofumi!"

"Aku baik-baik saja! Fokus saja pada seranganmu! Kamu gak punya waktu buat mengkhawatirkan aku!"

"Dia betul. Tapi Naofumi, kau betul-betul harus waspada juga!"

"...."

Dia memblokir serangan Raphtalia dan Filo.

Tapi aku merasa seperti mereka hampir menembusnya. Kalau mereka dekat, maka ada satu hal terakhir yang bisa kucoba.

Aku terus menghindari sihir milik Therese sambil merapal mantraku sendiri.

"Gak semudah itu! L'Arc!"

Cahaya dari sihir miliknya semakin kuat, lalu meledak dan sepenuhnya melahapku. Aku merasa cahaya itu meresap masuk kedalam diriku.

Aku gak bisa menjauh darinya.

Aku merasa seperti sihir itu menguras tenagaku.

Aku segera membuka menu untuk memeriksa statusku. Dan statistik defense milikku berkedip seraya angkanya menurun.

Mereka menyadari seberapa tingginya defenseku, dan mereka berusaha menurunkannya dengan sihir support.

"Sumber dari segala kekuatan, aku adalah sang Pahlawan Perisai! Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Dukung mereka! Zweite Aura!"

Aku harus merespon dengan sihir support milikku sendiri. Aku mengeluarkan Aura pada Filo dan Raphtalia, meningkatkan statistik mereka!

Sihir itu juga mempengaruhi aku, meningkatkan defenseku, secara efektif membuat sihir mereka tak efektif. Bukan cuma itu, tapi sihir itu juga meningkatkan semua statistikku yang lain disaat yang bersamaan.

"Maaf saja, tapi mantra milik kalian gak mempan padaku."

"Kurasa kau benar, bocah. Therese!"

"Raphtalia, kamu fokuskan seranganmu pada Therese. Filo, tetap bersamaku! Kita akan menghadapi L'Arc!"

"Oke!"

"Dimengerti!"

Kali ini aku akan menahan dia secara langsung dan menyuruh Filo menggunakan serangan terbaiknya pada dia.

Dia cuma bisa menargetkan aku, dan aku cuma perlu menghindari serangannya.

"Ini bagus. Mulai terasa agak sakit!"

L'Arc tertawa riang, seolah dia betul-betul menikmatinya. Dia mengayunkan sabitnya kearahku.

Therese menghindari serangan-serangan Raphtalia dan mengeluarkan sihir. Saat dia gak bisa menghindar, gelangnya bersinar dan sebuah penghalang sihir muncul untuk memblokir pedang milik Raphtalia.

"Naofumi, bukankah kau menikmati ini juga?"

"Aku gak punya waktu buat menikmatinya!"

Tapi dia ada benarnya. Aku berusaha keras dalam pertarungan hingga aku gak betul-betul punya waktu untuk mengingat kenapa kami harus bertarung.

Memang kayak gitulah pertarungan langsung. Itu bukan tentang berdiri dibelakang, berpikir, dan menyusun strategi—itu adalah tentang berdiri didepan musuh, melawan secara langsung.

L'Arc. Pria itu misterius.

Aku tau dia adalah musuhku, tapi aku gak bisa membenci dia.

Apa itu berarti aku masih menahan diri?

Apa ini cara berpikirnya seorang pengecut?

Aku gak bisa menertawai orang lain yang masih menganggap dunia ini seperti sebuah game. Kami gak seharusnya menikmati pertarungan, namun....

Aku ingin tau. Aku ingin tau siapa yang akan menang.

Dia terus menyerangku dengan sabit itu. Terkadang aku menghindar dan terkadang aku memblokirnya dan dihujani percikan api. Semua itu sangat mengesankan.

Aku gak punya cara untuk menyerang dia. Jadi aku melakukan apa yang bisa kulakukan—aku meraih pergelangan tangannya dan menahan dia.

"Filo!"

"Yup!"

Filo menyilangkan tangannya dan cakar miliknya dilapisi angin. Dia menembakkannya pada L'Arc.

"Wind Claw!"

"Oh!"

Ada suara tebasan, dan dua garis merah muncul di pipi dan tangan L'Arc.

Tebasan itu gak dalam. Tapi aku masih menahan dia!

"Lumayan! Akan kubalas! Spirit Scythe! Protection Break!"

Sabit miliknya bersinar terang, dan ujungnya menyentuh bahuku.

Cuma begitu saja.

Tapi rasa sakit yang tajam menjalar di seluruh tubuhku, dan tanganku melepaskan pegangannya dengan sendirinya.

"Sial..."

"Apa?!"

L'Arc melompat menjauh, menghindari serangan kedua dari Filo.

"Yah, kayanya kami sudah menemukan apa yang mempan terhadap Pahlawan Perisai."

"Tuan Naofumi!"

Raphtalia meneriakkan namaku, meski dia sedang bertarung dengan Therese.

Aku memegang bahuku untuk menekan pendarahan. Aku harus mendapatkan sihir penyembuhan secepatnya.

"Kau menatapku seolah kau gak paham apa yang barusan terjadi."

"Nggak sepenuhnya."

Aku bisa memikirkan beberapa penjelasan.

Itu pasti sebuah serangan yang mengabaikan pertahanan.

Glass melakukan sesuatu yang mirip ketika kami bertarung saat gelombang yang sebelumnya. Itu adalah satu dari sedikit cara untuk melukai seseorang yang memiliki tingkat pertahanan yang tinggi.

Serangan-serangan jenis itu menimbulkan damage yang tak sesuai dengan tingkat pertahananmu.

Kalau aku menghadapi sesuatu seperti itu, maka aku harus membuang pilihan memblokir serangan. Satu-satunya cara untuk menghindari luka adalah menghindar.

Kemungkinan yang lain tidaklah bagus.

"Sebuah serangan yang mengabaikan pertahanan."

"Tepat, bocah. Tingkat pertahanan milikmu sekarang sudah gak berguna."

Saat Glass menyerang kami, aku menggunakan Shield of Rage, yang mana memiliki tingkat pertahanan yang tinggi, jadi sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi.

Aku cuma tersentuh oleh ujung sabitnya, tapi dia menimbulkan damage yang serius. Kalau dia mengenaiku dengan serangan penuh, aku gak akan bisa lolos cuma dengan goresan saja.

Haruskah aku ganti perisai dengan tingkat pertahanan yang lebih rendah?

Kalau aku melakukannya, aku gak akan bisa memblokir serangan-serangan biasa miliknya. Ini bukanlah pilihan yang bagus. Tetap saja, ada kelemahan pada serangan-serangan yang mengabaikan pertahanan.

Aku gak betul-betul tau senjata macam apa yang dia gunakan, tapi kayaknya itu mirip dengan senjata legendaris milik pahlawan—dan senjata-senjata legendaris memiliki skill-skill serangan.

Kalau serangan yang tadi adalah salah satu dari serangan tersebut, maka serangan itu pasti punya waktu cooldown atau menggunakan SP miliknya.

Tapi aku baru saja menyerang dia dengan Soul Eat, jadi harusnya dia gak punya banyak SP yang tersisa. Aku mengasumsikan dia gak akan bisa menggunakan serangan barunya berulang kali.

"Kau mungkin memutuskan untuk gak memblokir seranganku yang selanjutnya."

"Ya, gak ada peraturan yang mengatakan aku gak boleh menghindar."

Jadi Pahlawan Perisai bukan berarti bahwa aku harus menggunakan perisaiku sepanjang waktu.

Kalau dia cuma menyerangku, lebih bijak untuk memprioritaskan menghindari serangan-serangannya.

"Tapi aku mungkin gak perlu begitu. Kurasa serangan yang mengabaikan pertahanan milikmu itu punya sebuah kelemahan yang besar."

Aku setengah menggertak untuk melihat gimana reaksi dia.

Aku gak tau apakah dia akan menjawabku dengan jujur, tapi aku mencoba menganalisa serangan tersebut.

"Serangan itu gak efektif terhadap skill pertahananku yang gak langsung, seperti Air Strike Shield dan Second Shield."

Itu mungkin akan menembus skill tersebut.

Tapi gak masalah, selama aku gak kena secara langsung. Jadi aku masih punya cara untuk memblokir serangan itu.

Kalau dia bisa menggunakan skill itu dengan cepat, dari waktu ke waktu, maka aku harus bertahan dengan perisai yang memiliki tingkat pertahanan yang lebih rendah.

Chimera Viper Shield punya serangan balik yang akan meracuni musuh—itu mungkin akan berhasil.

"Tepat. Itu cuma bekerja kalau aku mengenaimu secara langsung."

"Kau gak perlu memberitahuku sisanya."

Dia gak perlu membeberkan rencananya. Itu sama saja bunuh diri.

Aku gak butuh dia melakukan sesuatu seperti itu. Aku cuma perlu berinisiatif dan melihat apa yang terjadi.

Selain itu, aku masih harus mengawasi Raphtalia dan Filo. Filo terus menyerang L'Arc, tapi L'Arc sangat lincah, menghindari semua serangan Filo dengan cukup mudah. Kalau L'Arc menggunakan serangan jarak jauh, maka aku harus menghadangnya dan melindungi mereka berdua.

"Ayo lakukan lagi!"

L'Arc mengayunkan sabitnya. Bilahnya bersinar.

Itu artinya dia menggunakan serangan yang mengabaikan pertahanan!

Aku bersiap dan menghindarinya.

"Astaga!"

"Sekarang!"

Filo menunduk rendah dan mengayunkan cakarnya yang bersinar dibelakang L'Arc.

"Hya!"

"Argh! Sial. Serangan yang bagus. Gak kusangka kau menghindari seranganku."

"Sudah pasti kan? Kenapa juga aku harus memblokir semua serangan? Cuma ada satu tugas asli bagi seorang pengguna perisai, kau tau apa yang aku bicarakan?"

Aku cuma harus melakukan satu hal—melindungi. Kalau perisainya sumber masalahnya, maka aku cuma perlu menghindari serangan.

Aku bukanlah dinding party yang gak berotak. Kau gak butuh seseorang untuk melakukan sebuah tugas seperti itu.

"Ini semakin dan semakin bagus! Naofumi, aku merasa seperti semakin lama aku melawanmu, semakin kuat aku jadinya."

"Ha! Leveling di tengah pertarungan? Jangan bercanda. Kau bukanlah pahlawan."

Mungkin menganggap aku menemukan cara lolos dari serangan terbaiknya, L'Arc mengubah equipmentnya dan mulai menggunakan skill lain.

"Bentuk pertama, Wind Blade! Bentuk kedua, Sky Blade!"

Dua tornado muncul, keduanya berbentuk pusaran angin ganas yang meruncing kebawah.

Angin itu sangat kuat hingga aku merasa angin itu mungkin akan menghempaskan aku, tapi aku bisa bertahan.

Apa dia pikir dia akan mengalahkan aku dengan serangan normal kayak gitu?

Aku berganti memakai Chimera Viper Shield dan memblokir serangan itu.

"Huh? Kau mengganti perisaimu?"

"Ya, yang sekarang punya serangan balik!"

Chimera Viper Shield versi Awakened punya efek serangan balik bernama Snake Fang (besar).

Ukiran ular pada perisai menjadi hidup dan menggigit L'Arc.

"Huh! Ini... racun!"

L'Arc melompat mundur karena serangan tersebut dan mencengkeram kepalanya, terhuyung-huyung karena efek racunnya.

Saat dia terhuyung-huyung, Filo mendaratkan beberapa serangan telak, meskipun serangan itu gak cukup kuat untuk mengalahkan dia.

"Master! Aku akan menggunakan sebuah serangan yang kuat, jadi lebih baik kau jaga jarak!"

"Dimengerti!"

"Sial. Itu licik."

Sebuah botol obat keluar dari sabit miliknya. Dia mengambilnya dan meminumnya. Kemungkinan itu adalah penawar racun.

Tapi ada sesuatu yang lain. Ada botol lain! Soul-Healing Water! Dia mengetahui rencanaku.

Tapi itu cukup untuk memastikan satu hal: L'Arc punya SP.

Berpergian bersama Raphtalia, aku menyadari bahwa orang normal gak tau apa itu SP.

Bagi kebanyakan orang, Soul-Healing Water gak lebih dari membantu mereka berkonsentrasi—tapi bagi para pahlawan, itu adalah sesuatu yang lain.

Itu artinya L'Arc adalah seorang pahlawan atau sesuatu yang setara.

"Master!"

Filo telah selesai mempersiapkan serangannya. Yang harus kulakukan adalah memberi dia peluang.

"Raphtalia!"

"Baik!"

Dia segera mengetahui apa yang kumaksudkan. Dia mulai merapal mantra. Aku ingin dia untuk membuat Therese gak bisa mengganggu pertarungan kami, tapi saat untuk mengkhawatirkan sesuatu seperti itu sudah lewat.

Therese menyadari bahwa Raphtalia telah berhenti menyerang, dan dia menggunakan kesempatan itu untuk segera mengeluarkan sihir support.

Tapi Raphtalia bisa mengayunkan pedangnya meski dia sedang merapal mantra.

"Ah! Kau sangat hebat!"

"Aku nggak punya pilihan lain, aku harus menyerang dan merapal mantraku disaat yang bersamaan ketika melawan seseorang sepertimu!"

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Sembunyi! First Hiding!"

"Hiding Shield!"

Skill kombo kami bisa menghasilkan sebuah perisai tak terlihat. Aku memasangnya dimana aku membutuhkannya.

"Change Shield! Second Shield!"

"Lihat ini!"

L'Arc yang gak bisa melihat dimana perisai itu berada, mengayunkan sabitnya .

Dia menyerbu kearah kami!

"Apa?!"

Pelindung lututnya menabrak perisai tak terlihat itu.

Dan aku telah mengubahnya menjadi Two-Headed Black Dog Shield—yang memiliki efek khusus Dog Bite!

Perisai itu berubah bentuk menjadi seekor anjing dan menggigit L'Arc kuat-kuat. Dia gak bisa bergerak.

"Spiral Strike!"

Filo menggunakan teknik yang dia gunakan untuk mengalahkan Inter-Dimensioal Whale. Dia melesat kearah L'Arc yang gak bisa bergerak.

"Sial! Kayaknya ini buruk!"

L'Arc memindahkan sabitnya ke tangannya yang bebas dan mulai memutarnya. Dia bisa menghentikan serangan Filo.

Dia pasti memggunakan skill defensif, karena serangan Filo kayaknya gak menimbulkan damage.

"..."

Tapi Filo terus berputar-putar, melakukan serangan demi serangan. Perlahan-lahan, dia bisa menembus pertahanan L'Arc.

"Itu gak cukup!"

Efek Dog Bite habis. Perisainya lenyap, dan L'Arc melompat menjauh dari jangkauan serangan Filo.

Tapi aku gak akan membiarkan dia lolos semudah itu.

"Shield Prison!"

Skill perisai terkuat ketiga yang kumiliki, setelah Air Strike Shield, adalah Shield Prison.

Kau bisa menggunakannya untuk menahan musuh di tempat atau untuk melindungi dirimu sendiri. Itu cocok untuk menahan seseorang yang terus menerus menghindar.

"Ugh! Sialan kau Naofumi!"

Dengan aktifnya Shield Prison, dia gak bisa menghindari serangan Filo lagi. Serangannya mendarat.

"ARGH!"

Apa? Dia memblokir serangan Filo dengan tangan kosong!?

Meski L'Arc gak cukup kuat untuk memblokir sepenuhnya, serangannya terhenti. Dia mengalami pendarahan, tapi gak tumbang.

"Sial. Lumayan juga."

Tangannya terluka. Dia menekan lukanya dengan tangan satunya dan mengacungkan sabitnya.

"Kurasa itu gak cukup!" Kata Filo.

"Filo-chan. Itu adalah serangan yang menakjubkan. Aku gak pernah menyangka kau bisa sampai sejauh ini."

"L'Arc!"

Therese berteriak memanggil dia. Raphtalia terus menekan dia tanpa henti hingga dia gak bisa mengeluarkan sihir support pada L'Arc. Raphtalia sangat mengesankan. Therese terus menembakkan sihir pada Raphtalia, tapi setiap kali Raphtalia gak bisa menghindari sihirnya, dia akan menepis sihir tersebut menggunakan bilah pedangnya.

Dan Therese pasti sangat kuat juga—dia mampu bertahan terhadap serangan-serangan Raphtalia, dan dia cuma mengandalkan sihir miliknya.

Kalau aku harus melawan mereka berdua bersamaan, kurasa aku gak bisa menang.

"Kau tau, aku betul-betul berpikir aku bisa menang. Tapi kayaknya aku gak punya apa yang dibutuhkan untuk mengalahkanmu, Naofumi."

Dia masih bersikap seperti lebih tangguh dari aku.

Aku takjub dia bisa mengesampingkan pertarungan sesaat untuk berbicara.

Aku menatap ke laut dimana Motoyasu yang gak sadarkan diri mengambang. Ren dan Itsuki gak bisa bertarung. Orang-orang geblek. Apa yang akan mereka lakukan kalau mereka di posisiku?

Gak kayak gini game'ku! Kau seharusnya kalah dalam pertarungan ini! Aku yakin mereka akan mengatakan sesuatu yang bodoh kayak gitu.

Kalau L'Arc atau Therese bisa menggunakan sebuah sihir penyembuh atau obat, maka kami harus mengulanginya dari awal lagi.

Terus gimana?

Aku sedang berpikir gimana caranya mengakhiri pertarungan ini, lalu cipratan air yang kuat meledak didepan kami, dan sebuah bayangan muncul.

"Butuh waktu berapa lama lagi kalian?"

"Kau?!"

Seorang pengunjung tak terduga mendarat diantara kami. Aku gak bisa mempercayai mataku.

Itu masuk akal. Aku sendiri sudah mulai bertanya-tanya. Aku merasa pasti ada suatu hubungan.

Orang yang berada didepanku sangatlah kuat. Aku gak punya kesempatan saat kami bertarung sebelumnya.

Dia punya wajah yang cantik, rambut hitam panjang, dan kulit pucat. Dia memakai sebuah kimono, memegang kipas yang terlipat, dan cara bertarungnya seperti tarian, seperti seni. Dia menghilang kedalam retakan saat gelombang yang sebelumnya.

Dia tampak sama persis seperti yang kulihat terakhir kali. Dia memancarkan hawa kekuatan yang mengintimidasi ke seluruh area. Dia menatap kearahku.

Itu adalah Glass.

****


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C100
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ