บท 222: Permitaan Absurd Ibu Hamil

Proyek Pembangunan

Aliysia masih tertawa dengan Ghava, tanpa menoleh ke belakang sehingga ia tidak bisa melihat wajah melas suaminya yang dicueki, bahkan kini berdiri di sisinya pun hanya diberikan cengiran tanpa dosa.

Apakah ini bawaan bayi? Kalau begitu dua kiddo sangat menyayanginya.

"Sayang, aku masih harus mengecek lainnya sama Pak Man. Maaf ya, kalau aku seperti cuekin kamu," ujar Vian dengan wajah tidak enak saat ada di hadapan istrinya.

Dicuekin? Sebenarnya aku yang sedang dicuekin, lanjutnya dalam hati.

Aliysia menggelengkan kepala, masih dengan memasukkan buah ke dalam mulutnya. Sedangkan Ghava sudah duduk santai layaknya di warung kopi, melihat iparnya dengan ekspresi tanpa beban.

"Tidak apa-apa, Sayang! Aku sama Ghava menunggumu sampai selesai di sini. Kamu kerja yang semangat, jangan sampai ada yang terlewat waktu pengecekan," sahut Aliysia dengan senyum manis.

Nah! Ini baru benar, jadinya 'kan semangat, batin Vian.