"Baiklah, Aku terima tawaranmu, mari kita melakukan duel." (Amon)
"Nak, apa kau serius ingin duel dengannya?" (Davie)
Dengan ekspresi sedikit malah, Ileana berkata. "Tidak, pokoknya tidak boleh, nanti kalau kau terluka bagaimana?" (Ileana)
"Ibu tenang saja, aku tidak akan keras dengannya. Aku hanya bermain main dengannya." (Alexi)
"Tenang saja bu, aku tidak akan terluka." (Amon)
Ileana menghela nafas dan berkata, "Baiklah jika itu yang kamu inginkan, ibu tidak menghentikanmu." (Ileana)
Alexi dan Amon sparing di dekat tempat mereka istirahat. Ileana dan yang lainnya melihat dari kejauhan. Maaf, tidak terlalu jauh dari tempat Amon dan Alexi bertarung.
Amon menggunakan pedang kayu kecilnya karena belum diperbolehkan memegang pedang asli. Sedangkan Alexi menggunakan pedangnya dikarenakan tidak ada pedang kayu lainnya.
Apa menurut kalian ini tidak seimbang?, ya aku juga berpikir seperti itu.
Alexi dan Amon menjaga jarak sebelum duel dimulai. Zaina medekati mereka berdua dengan niat menjadi juri dari duel mereka.
"Kalian berdua siap?."
Alexi dan Amon menganggukan kepala nya yang artinya berarti "Ya."
Zaina mulai menghitung.
3
2
1
Mulai!
Amon langsung menyerang dengan cepat ke arah Alexi. Mengayunkan pedangnya ke arah Alexi berkali kali tetapi di tahan.
Hah… hah…, Aku tidak mempunyai kesempatan untuk menang dengan tubuhku saat ini.
"Ayolah, masa kekuatanmu cuma segini saja?" (Alexi)
Cih, Baiklah kalau begitu.
Amon fokus untuk menggunakan mana. Amon hanya membutuhkan waktu sekitar dua detik untuk memanipulasi mana nya ke pedangnya.
Cahaya putih menyelimuti pedang kayu milik Amon. Setelah itu, Amon memfokuskan mananya di kaki lalu menyerangnya.
Amon menggunakan kaki nya lalu mementalkan dirinya ke arah Alexi. Bekas dari pijakan itu sangat jelas, tanah yang Amon gunakan sebagai pijakan membentuk sebuah kakinya.
"Kecepatan mu lebih dari cukup di usia mu yang sekarang." (Alexi)
"Aku..tidak…butuh….pujian dari mu!" (Amon)
Amon menyerang Alexi dengan pedang kayu nya. Alexi dengan mudah menahan serangan Amon. Tapi, sekarang dia menggunakan sedikit mana pada pedangnya. Untuk apa?, mungkin untuk berjaga - jaga.
Akibat benturan yang tidak seimbang itu, Amon terpental lumayan jauh kebelakang. Untung saja ia memiliki pengalaman, jadi dia menggunakan salah satu kakinya untuk mendarat terlebih dahulu agar tidak terjatuh kebelakang.
Sial, tubuhku cukup kesakitan menggunakan gerakan itu.
"Dia…seperti merasa tidak cocok dengan tubuhnya," Zaina berpikir seperti itu.
Nafas Amon terengah - engah. Zaina memutuskan untuk menghentikan pertarungan mereka berdua.
"Sudah cukup, pertandingannya sudah selesai." Katanya sambil mendekati mereka berdua. (Zaina)
"Y-ya." (Alexi) dilanjutkan oleh Amon, "O-oke." (Amon)
Pertandingan sudah selesai, tidak ada yang menang. Zaina menghentikan pertandingan mereka berdua.
"Amon, kau tidak apa apa?" (Ileana)
"Tidak, aku tidak terluka sama sekali." (Amon)
Ileana menghela nafas dan mengatakan. "Baguslah kalo begitu, ibu cukup cemas saat kau terpental." (Ileana)
Alexi mendekati Ileana, meminta maaf atas kejadian yang ia perbuat. "Maafkan aku!" (Alexi)
"Tidak apa apa, Amon juga tidak terluka." (Ileana)
"Katanya kau hanya main main dengan Amon," Ungkap Davie sambil mendekati Alexi.
"M-maafkan aku…" Ucap Alexi lirih.
Setelah pertandingan tersebut, kami semua langsung berangkat melanjutkan perjalanan kek kota Tygu.
Di perjalanan menuju ke kota Tygu, semuanya baik baik saja. Tapi, secara tiba tiba Zayn berteriak.
"Di depan ada badai!" (Zayn)
"Semuanya pegangan dan tenang, tepat di bawah kita adalah jurang." (Alexi)
Ileana memegang Amon dengan erat. Kami mendekati badai itu. Yang aneh dari badai itu adalah, badai itu tepat di tikungan dan itu satu satunya jalan menuju ke kota Tygu.
Apakah ini sebuah penyerangan?, penyergapan?, kalau iya, mereka siapa?.
"Hei!, badai itu cukup aneh, apa itu ulah seseorang?!" (Chelsea teriak karena angin yang cukup kencang)
"Jalan terus saja!" (Teriak Ileana)
Kami sekencang kencang nya melewati angin itu. Saat tepat di sumber angin itu, ntah bagaimana caranya. Aku terpental keluar. Seperti ada yang menarik badanku dari ibu.
"A-amon!!" (Teriak Ileana secara histeris)
Aku pasrah, "Ah, apa ini akhir untukku?" pikirku seperti itu.
Aku padahal sudah mempunyai keluarga, orang orang yang ku sayangi, aku punya seorang yang ku kenal selain keluargaku. Tapi, aku malah berakhir seperti ini.
****
"A-amon!!" (Ileana)
"Apa?!, Amon kenapa?!" (Balas Davie)
"A-amon terpental ke jurang!" (Ileana)
Ekspresi Davie dan yang lain tiba tiba berubah menjadi panik dan kaget. Putus asa karena sudah terlambat, ekspresi mereka berubah lagi menjadi murung. Perasaan mereka campur aduk, kesal, menyesal bercampur menjadi satu. Mereka tetap melanjutkan perjalanannya, dengan harapan Amon masih hidup dan kembali.
****
Dimana ini?. Ia membuka matany perlahan lahan hingga akhirnya terlihat jelas.
Aku…aku jatuh dari tebing?. Aku tidak mati?, badanku rasanya sakit semua.
Ia melirik ke samping. Tepat disampingnya, ada sebuah mayat. Ia kaget dan langsung pergi sedikit menjauh.
Aku bisa menggerakan tubuhku.
Ia melihat mayat yang berada didekatnya, mayat itu ternyata.
"Lah?, ternyata itu cuma binatang, aku kira itu manusia" (Amon)
Sial, aku panik hanya karena melihat mayat sebuah hewan.
"Halo..Halo…, apa kau mendengarkanku?"
Siapa?, aku menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak ada orang. Di belakang juga tidak ada siapa siapa, lalu siapa yang memanggilku?.
"Ah, kau tidak usah panik, aku menggunakan telepati."
Telepati?, apa itu benar benar ada?.
"Apa yang kau inginkan dariku?" (Amon)
"Kau pergi ke sebuah Gua di sana, aku akan meminjamkan penglihatanku."
Tiba - tiba, penglihatanku pergi ke arah sebuah Gua dan disana ada seseorang yang sendirian.
"Kau sudah lihat kan?, pergi kesana, aku akan menunggumu."
Saat aku ingin melangkahkan kaki ku, Ia berbicara lagi.
"Ah tunggu, sebaiknya kau cepat, karena saat malam hari, aku takut kau tidak bisa bertahan."
Baiklah, aku akan ikuti perkataannya. Aku juga bingung mau kemana sekarang.
Amon mengikuti arah yang diberikan oleh sesuatu belum ia ketahui. Melewati jalan yang penuh dengan pepohonan.
Beberapa jam kemudian, Ia menemukan sebuah sungai. Ia memutuskan untuk mandi dan istirahat di sungai itu.
Setelah istirahat dan membersihkan badannya. Ia melanjutkan perjalanannya.
****
Beberapa jam kemudian, tepat nya di sore hari. Akhirnya Amon sampai di tujuan. Ia masuk ke Gua itu.
Di dalam Gua sangat gelap dan sunyi. Hanya ada suara air yang berjatuhan.
Saat aku berjalan di dalam Gua itu. Aku terpeleset dan jatuh.
Aku membuka mataku secara perlahan. Aku melihat sebuah hewan yang sangat besar tepat di depanku.
"Oh, kau sudah bangun?"
"S-siapa kau?" (Amon)
"Tenanglah, aku tidak akan memakanmu."
Aku menghela nafas dan berkata, "Baiklah, aku sudah tenang." (Amon)
"Bagus, kalau begitu. Perkenalkan, namaku Auristela, Aku sebuah spirit naga." (Auristela)
Aku kaget dan berbicara, "Kau sebuah naga?!"
-BERSAMBUNG-