Kota Sentral, di sebuah rumah sewaan kecil.
Gerald yang baru saja pulang dari rumah sakit, melihat seorang pria berkulit coklat gelap berbadan kekar. Pria itu hanya mengenakan kaos singlet abu dan celana cargo hijau tua. Ia berdiri di sebuah sisi rumah yang gelap, sehingga Gerald baru menyadari keberadaannya setelah mendekat.
"Anda sudah sampai?"
"Dari dua hari yang lalu. Aku sudah dua hari ini menunggu di sini, kupikir dokter gak akan ke sini lagi."
Gerald lalu membuka kunci pintu sebelum akhirnya pintu bergeser terbuka. Ia menyalakan lampu lalu menggantung jas putihnya di gantungan samping pintu. Pria yang menunggu di luar ikut masuk. Setelah cahaya lampu membuat situasi terang, kini pria itu dapat melihat jelas wajah Gerald dengan sebuah perban plester tertempel di pipi kirinya.
"Kau terluka, dok?"
"Hm…ini?"
Gerald membuka perbannya memperlihatkan pipinya yang mulus tanpa luka, lalu menempelkannya kembali.