Dini tidak menyahut atau membalas pertanyaan Salma. Hatinya sedikit berdesir, tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi pemuda itu jika tahu hal yang sebenarnya. Selama ini hubungan pemuda itu memang tidak terjalin baik dengan sang ayah. Selain karena sama-sama keras kepala, mereka pun mudah sekali terpancing emosi jika sudah menyangkut akan dirinya.
"Aku antarkan ini dulu, Mbak!" pamitnya pada Salma.
"Hmm! Jangan lama-lama ngobrolnya, ya! Sebentar lagi kita harus beres-beres. Sudah jam lima ini," pesannya.
"Iya." Dini mengangguk, lalu berjalan keluar sambil membawa mie cup yang telah ia seduh dengan satu botol air mineral dingin.
Riki segera meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menarik tangan Dini hingga duduk di sebelahnya. Perempuan itu tidak menolak atau pun memarahi anak muda itu atas sikapnya yang sedikit kurang ajar bagi orang yang melihatnya.
"Masih panas, Riki!" ucap Dini, memperingatkan pria muda itu akan uap panas dari dalam cup mie yang ia berikan.