ดาวน์โหลดแอป
0.68% SELAKSA CINTA UNTUK BIDADARI / Chapter 2: PERJODOHAN

บท 2: PERJODOHAN

Sejak balasan itu Arsyla meletakkan gawainya dan kembali mengerjakan tugas kampusnya.

"Arsyla, kamu lagi apa, Nduk?" tiba-tiba Umi Halimah sudah berdiri di ambang pintu kamar Arsyla.

"Umi, mari! Ini, Umi, Arsyla mengerjakan tugas dari kampus tadi, ada apa, Mi?" ucap Arsyla seraya mempersilakan uminya masuk dan memberikan tempat untuk duduk di sebelahnya.

"Begini, Nduk. Tadi itu Pak Abdullah kemari ada perlu meminangmu."

Arsyla tersentak kaget, dipandangnya wajah umi yang tampak bahagia itu.

"Meminang Arsyla, Mi?"

"Iya, ada seorang pemuda yang baik dari segi agama serta akhlaknya ingin meminangmu, dia juga masih keponakan KH. Amir," ucap Umi Arsyla perlahan.

Mendengar itu, Arsyla langsung menutup laptopnya dan memandang serius ke arah uminya.

"Besok, kamu tidak ada acara, kan?"

"Iya, Umi."

"Besok, dia akan silaturahim ke sini bersama Pak Abdullah untuk melihatmu. Kamu siap-siap, ya?" ucap Umi Arsyla sambil membelai belakang kepala putrinya.

Arsyla hanya mengangguk patuh.

"Ya, sudah, kamu lanjutkan mengerjakan tugas. Umi mau ke dapur dulu nyiapin makan malam."

Umi Halimah pun beranjak meninggalkan kamar.

Selepas uminya pergi, Arsyla merasa gundah-gulana. Hatinya berdebar-debar tidak keruan.

Kebetulan ini adalah malam Selasa, anak-anak pesantren libur. Jadi dia tidak ada acara dan di rumah saja.

Sepanjang malam Arsyla pikirannya tidak tenang sibuk memikirkan orang yang akan meminangnya dan membayangkan wajahnya.

"Ya Allah, baru kemarin aku melepaskan hubungan tidak jelas dari Jordhan. Kini kau mengirimkan seseorang utusan Kyai untuk meminangku. Jika memang dia calon imam yang baik dan yang telah kau takdirkan padaku, hamba ikhlas, ya Allah. Hapuslah segala rasa di hati ini terhadap Jordhan gantikan rasa cintaku sepenuhnya kepada pria yang jadi suamiku nanti."

Doa yang Arsyla panjatkan sepanjang malam usai sholat tahajud.

*******

Di tempat lain, Jhordan merasa benar-benar stres, dia tidak terima ditinggal begitu saja oleh Arsyla. Ia terus melamun mengingat masa-masa indah bersama Arsyla saat SMA dulu, setiap moment tidak bisa luput dari benaknya bagai role film yang sedang diputar ulang

(***)

Berawal pada saat  pertemuan pertama. Jordhan dan Arsyla adalah siswa angkatan baru dari SMP yang berbeda, keduanya dipertemukan dalam satu tim saat masa pengenalan lingkungan Sekolah.

Memang Arsyla sangat pendiam, tapi tidak dengan Jordhan, dia sering membuat kegaduhan di dalam kelas sehingga sering pula mendapat hukuman dari para kakak pengurus OSIS.

"Hey, kamu cowok bule, sini maju!" Seru salah satu kakak OSIS sambil menunjuk ke arah Jordhan.

Dengan ekspresi tenang Jordhan maju ke depan kelas sambil cengar-cengir tak jelas, sesekali ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu tahu, kenapa disuruh maju?" tanya kakak senior lagi.

"Tahu, Kak. Maaf saya sudah gaduh," jawab Jordhan menunduk, tapi sesekali melihat ke arah senior yang melihatnya.

"Enaknya dia dihukum apa, Adik-adik?" tanya kakak Senior.

"Suruh nyanyiiii!"

"Suruh joget!"

Seru teman sekelas dengan antusias.

Dari dua puluh siswi dan sembilan belas siswa, semuanya sangat antusias, hanya ada satu murid baru perempuan yang tetap tenang di bangkunya, tidak ikut tertawa dan bersorak.

Gadis itu duduk di deretan kedua dari kanan nomor dua pula dari depan.

"Itu, yang pakai hijab, ayo, maju temanin si bule ini!" S(Leru kakak senior sambil menunjuk ke arah Arsyla.

Arsyla tampak kaget dan tidak percaya, dilihatnya sekeliling hanya dialah satu-satunya murid putri yang memakai hijab. Dengan langkah berat Arsyla pun maju ke depan sambil diiringi suara riuh sorakan teman-tannya.

"Ayo, berdirinya agak dekat!"

Arsyla menggeser satu langkah kecil mendekat ke arah Jordhan, wajahnya bersemu merah karena malu.

"Kalian secara bergilir kenalkan diri masing-masing pada teman sekelas kalian!"

Dengan penuh percaya diri Jordhan menyapa teman sekelasnya dan mulai mengenalkan dirinya.

"Hay, teman-teman, namaku Yulius Jorhdan."

"Hay, dan saya Arsyla Amira Faidan."

Banyak hal yang terjadi, sejak saat itu Jordhan selalu dicomblangkan dengan Arsyla.

Jordhannya mau, tapi Arsyla malu-malu. Sampai suatu hari seorang siswa menjahili Arsyla saat ia tengah belajar dalam kelas di jam istirahat.

"Hahaha, Syl kamu kalau emang cinta Jordhan jangan gitu, ngomong, aja!" Seru teman-teman sekelas saat jam istirahat.

Semua siswa dan siswi melihatnya aneh dan tertawa. Ada sebagian yang hanya tersenyum, menyembunyikan senyumnya, bahkan ada pula yang terang-terangan mengoloknya.

Gadis berkulit putih dengan hidung mancung dan mata lebar itu awalnya masih cuek sambil mengerjakan LKS di dalam kelas, tapi makin lama ia makin risih juga.

Dia melihat ke sekeliling, di bangku paling pojok duduk seorang siswa tampan berwajah bule dikerumuni empat kawannya yang dua dari mereka duduk di atas meja.

Siswa itu adalah Jordhan, terus memandang ke arah Arsyla sambil mengunyah permen karet.

Saat mata dua anak itu bertemu, Jordhan mengedipkan sebelah matanya dengan genit ke arah Arsyla.

Dengan jengkel Arsyla mendengkus kesal. Dia membuang muka dari Jorhdan dan kembali mengerjakan tugas.

**

Dari luar pintu, Seorang siswi berambut sebahu mengintip ke dalam kelas, mendapati sosok yang dicarinya ada di dalam, ia pun berjalan masuk.

Suasana gaduh semakin ramai saat siswi dari kelas lain itu datang menghampiri Arsyla.

"Ya Allah, Syl. Lihat ini!" Siswi itu mengambil selembar kertas bertuliskan AKU CINTA JORDHAN dari punggung Arsyla.

Wajah Arsyla langsung memerah meraih kertas itu dari Ayu lalu meremas dan membuangnya ke tempat sampah.

Tanpa berkata apa-apa kepada Jordhan, gadis itu pun keluar, dan sejak kejadian itu, Arsyla selalu waspada, setiap akan keluar kelas atau maju ke depan untuk mengerjakan tugas dari guru ia selalu meraba bagian punggungnya agar tidak jadi bahan ledekan teman-temannya.

Meskipun tanpa adanya kertas yang ditempel di punggung, tetap saja dia jadi bahan gosip dengan Jordhan, meski ia tidak menunjukan rasa suka sedikit pun pada Jorhdan, namun pria itu terang-terangan mengatakan pada seluruh teman sekolahnya bahwa ia menyukai gadis bernama Arsyla.

(***)

Jam istirahat berakhir, bel tanda masuk berbunyi tiga kali, para siswa-siswi yang ada di perpus, kantin dan halaman sekolah semua buyar berhamburan menuju kelas masing-masing.

Begitu semua murid sudah berada di dalam kelas, guru yang membawa mata pelajaran Biologi pun masuk ke dalam kelas. Beliau memberi sedikit keterangan, lalu, memberi tugas kelompok untuk dikerjakan di rumah.

Kelompok 1. Arsyla Amira Faidan

Yulius Jorhan.

-------

-------

-------

Para murid bersorak saat disebutkan kalau Arsyla satu kelompok dengan Jordhan.

Jordhan merasa senang, sementara Arsyla memasang ekspresi biasa saja. Tidak meunjukan kesukaannya juga ketidak sukaannya, hal itu membuat Jordhan dan yang lain makin penasaran.

Seiring berjalannya waktu, lama-lama Arsyla merasa senang terhadap Jordhan, dia hampir tidak pernah lagi memasang wajah jengkel dan sebal saat teman-teman meledeknya.

Tidak hanya itu, Syla mulai memberi perhatian padanya. Keduanya makin dekat dan sempat digosipkan berpacaran saat kelulusan teman-teman melihat Arsyla diantar pulang oleh Jordhan menaiki motor sport-nya.

Dan lebih hebohnya lagi, mereka mendaftar di universitas dan jurusan yang sama pula.

*********

Jordhan hanya senyum-senyum sendiri saat mengingat masa-masa itu, ia semakin hilang kendali dan tak mampu menguasai emosinya.

Tak peduli sudah hampir jam satu dini hari, pria itu nekat menelfon Arsyla.

Beberapa panggilan tak dijawab, ia memutuskan untuk menunggu, hingga subuh tetap saja masih tidak ada jawaban.

****

Arsyla sedari pagi sudah sangat sibuk hingga tidak memperhatikan ponselnya, ia membantu uminya menyiapkan hidangan untuk tamunya yang akan datang. Yaitu, Bapak Abdullah bersama pria yang akan dijadikan calon suami Arsyla.

Awalnya Arsyla merasa tenang-tenang saja seolah tak ada beban sedikit pun di hatinya. Terlebih dia adalah pilihan KH. Amir pengasuh Ponpes Baitil Jannati. Ia yakin, pasti yang dipilihkan untuknya adalah pria yang ideal untuk penyempurna agamanya.

"Nduk, sudah jam delapan, satu jam lagi Pak Abdulah dan calonmu akan datang, sekarang mandilah dan berpakaian yang rapi," ucap Umi Arsyla memerintah putrinya.

"Tapi, Umi,  ini spasi kan...."

"Sudah, biarkan saja. Biar umi yang melanjutkan, toh ini tinggal sedikit lagi, buruan mandi, jangan sampai nanti calonmu datang kau masih kumal dan bau dapur."

Arsyla hanya tersenyum pada uminya lalu melangkah meninggalkan dapur.

Setegah jam berlalu, hati Arsyla makin tak keruan, dan tiba-tiba saja wajah Jordhan muncul di benaknya.

Ia teringat akan senyumnya dan perhatian kecil yang diberikan oleh pria yang selama ini ia cintai itu.

Arsyla mendongak ke atas dan mengedipkan matanya berkali-kali menahan butiran air matanya jatuh, saat teringat masa yang ia habiskan bersama Jorhan.

****

"Hay, Bunga ... apakah kau menungguku," sapa pria bule dari belakang Arsyla yang duduk di meja kantin kampus sambil bertopang dagu.

"Ih, kebiasaan. Namaku Arsyla bukan bunga." Gadis itu memasang raut malu-malu sambil memukul pria yang duduk di depannya.

"Itu panggilan kesayanganku untukmu." Pria itu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum nakal.

"Kesayngan apaa? Sudahlah aku sudah lapar, kau mau makan apa?"

"Kamu nawarin? Mau nraktir aku, ya?"

"Baiklah, akan kutraktir anggap aja, ini ucapan terima kasih sudah bantu aku ngerjain tugas kemarin."

Satu momen lagi teringat di benaknya bagai adegan film yang hanya dia yang dapat menontonnya.

"Ayo, tebak aku siapa?" ucap Jordhan sambil menutup mata seorang gadis dari belakang.

Melihat tingkah aneh Jordhan yang tak biasa bercanda dengan gadis lain selain dirinya, Arsyla merasa janggal, ia pun berjalan menghampiri dan menepuk pundak Jordhan.

Merasakan ada yang menepuk pundaknya Jorhan pun menoleh betapa terkejutnya dia kalau gadis di belakangnya adalah Arsyla.

"Syla?" Matanya pria itu melotot tak percaya seolah tak mau menanggung malu buru-buru ia pergi berlari meninggalkan kelas yang kebetulan sepi.

Mengingat hal itu Arsyla sedikit terhibur dan mampu tertawa meski hatinya sangat sakit harus meninggalkan Jordhan, dan belum sepenuhnya mampu melupakannya sudah harus memulai kehidupan dengan pria baru, bahkan ia pun tidak mengenalnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C2
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ