aku melihat suamiku memperhatikan setiap jengkal tubuhku, mata mesumnya memandang seperti harimau sedang memangsa musuhnya.
"Jaga matamu Tuan Gornio Terhormat, kau lihat ada cucumu disini". ucapku sedikit sarkas, laki laki tua mesum ini membuatku panas dingin karena tatapannya.
"aku hanya memperhatikan apakah ada luka di kulit mulusmu sayang".
"berhentilah menjadi bocah kecil, sekarang lebih baik kau gendong cucumu. biar aku yang jalan didepan. jika kau terus berbicara seperti ini. aku yakin beberapa langkah lagi kepala kita sudah dilubangi oleh timah panas". aku memberikan Renandra pada suamiku, cucuku itu terlihat mengantuk dan kelelahan. apalagi sejak tadi kita tidak menemukan air untuk dia minum.
Suamiku yang memang masih gagah diumurnya yang tidak muda lagi membuatku ingin memeluk ya saat ini, namun tidak. bisa besar kepala dia jika aku memeluknya terang-terangan.