Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam, Reista beserta mamah,papah,dan juga kakaknya sudah rapi dengan pakaian formal.
"kamu cantik sekali sayang". Laki-laki yang biasa Reista sebut sebagai Daddy, mencium keningnya lama dengan lembut. Reista hanya tersenyum malu-malu.
Entahlah, ia juga tak tau mengapa ia punya perasaan bahwa ia harus tampil sangat cantik malam ini.
"yasudah ayo kita berangkat". Mereka ber-empat keluar dari rumah dan mulai masuk ke dalam Mobil, menempuh jalanan yang terlihat lenggang itu, tak ada pembicaraan berarti selama mereka di dalam mobil. Mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing, sedangkan kakaknya itu hanya bersenandung pelan sembari menyetir mobil. Hingga sampai lah mereka ke sebuah rumah besar bah bagaikan istana tersebut.
"Dad sebenarnya untuk apa kita kemari?, apa ada acara khusus yang diadakan Dad?", Reista sungguh penasaran karena sejak tadi ia tak tau mengapa ia harus ikut di acara teman Daddy nya itu.
Yang lebih aneh lagi jika memang tuan rumah mengadakan pesta, sudah pasti saat memasuki gerbang rumah itu sudah banyak mobil mewah yang terparkir, tapi ini bahkan sangat sepi.
"Nanti Daddy beritahu, sekarang kita masuk saja dulu".
Beberapa pelayan dan penjaga menyambut Reista dan keluarga nya, mereka memasuki Mansion besar tersebut. benar benar bukan hanya depannya saja yang mewah, namun didalamnya sungguh lebih indah.
Seperti ornamen ornamen ala Eropa abad pertengahan, sepertinya tuan rumah menyukai sesuatu yang berbau klasik menurut Reista.
Pilar-pilar menjulang tinggi menghiasi setiap sudut Mansion ini, belum lagi lantai marmer dan lukisan dinding yang Reista rasa, harganya seperti gaji nya bertahun-tahun. Hanya untuk membeli satu lukisan itu.
"David Wiltson senang kau bisa berkunjung kerumah ku", sapa seorang laki laki, mereka berdua saling berpelukan dan tersenyum satu sama lain.
"Tuan Gornio?", Ucap Reista pelan, ia sedikit terkejut saat lamunannya terusik dengan suara seseorang yang ia kenal.
"Hei nak Reista, selamat datang di kediaman ku. Mari silahkan kita langsung keruang makan ", ucapnya sambil tersenyum hangat dan menuntun keluarga Reista menuju ruang makan.
Reista hanya diam dan sesekali melihat-lihat seisi rumah yang tak henti-hentinya membuat mata Reista terlihat takjub.
"Hai nak, apa kau menyukai kediaman kami?", Tanya wanita dengan suara lembutnya.
"Oh.. ehh.. iya saya memang menyukai sesuatu yang klasik ", kataku sembari tertawa kecil.
"Oh bagus kalau seperti itu, semoga saja kau betah. Mari silahkan duduk", ia berucap sembari menuntut kami untuk di tempat yang sudah disediakan.
Wajahnya sangat cantik, aku tak pernah melihat istri Tuan Gornio selama bekerja dengannya. Karena itu aku tak pernah mengenalinya sampai saat ini.
Di depan ku tersaji beragam makanan khas negara ku , ini seperti makan di restoran bintang lima. dan seperti ada acara khusus, bagaimana tidak, lihat saja kami tidak sampai sepuluh orang tapi makanan ini seperti sedang mengadakan pesta besar.
Tapi yasudahlah, mungkin mereka memang terbiasa masak sebanyak ini jika ada tamu spesial.
Spesial? Tapi tunggu aku juga masih penasaran mengapa kami dianggap tamu spesial?
Ya walaupun ku tau mereka teman akrab dan aku karyawan mereka.
Tapi ini terlalu berlebihan menurutku.
"Oma opah!", Teriak anak kecil yang terdengar dari belakang punggung ku. Aku memutar tubuhku dan melihat ke sumber suara, aku kenal betul wajah anak ini. anak laki-laki yang kutemui saat berada di indonesia. jika tak salah ingat namanya Renandra.
Ia sangat tampan dengan kemeja biru Dongker dan celana jeans yang sungguh pas di tubuh nya, aku tersenyum hangat saat melihatnya, dia pun membalas senyuman ku dan langsung menghampiriku.
"Hei Aunty, ternyata kau yang akan menjadi mommyku", dia memelukku dan otomatis aku terkejut, bukan- bukan terkejut saat dia memelukku. Tapi saat dia bilang mommyku? apa yang lebih terkejut saat seorang anak kecil memanggilmu seperti ini .
"Kau yang akan menjadi mommyku?." tanyanya lagi, aku menggaruk kupingku pelan, aku tak mengerti apa yang sebenarnya dia ucapkan.
"Emmm ya, kau tampan sekali memakai baju ini", ku alihkan pemikiran ku yang terlalu rumit itu. Dan mencoba menganggumi pakaian yang ia pakai.
"Ya tentu saja, omah bilang malam ini aku akan diberikan mommy baru oleh Daddy. Maka dari itu aku harus terlihat tampan.", dia tersenyum sangat bahagia saat bercerita seperti.
Ada apa ini sebenarnya? Kulirik orang tuaku seakan akan bertanya apa maksud anak ini? Tapi mereka malah tersenyum hangat saat melihat ku.
"Son duduklah kita akan makan terlebih dahulu",
Deg!!
Tunggu suara itu?
Oh good itu suara Bos-nya yang menyebalkan,
Kulirik sebentar ke asal suara yang berada di seberang meja makan, dia duduk dengan tenang sambil menatapku.
Dia bukan Bos ku , dia orang berbeda tapi mengapa suaranya seperti Bos ku? Apa anak Tuan Gornio ada dua?. Mungkin saja, tapi dia memanggil Renandra anaknya.
Berarti ia ayah dari anak ini, lihat saja wajah mereka sangat mirip. Aku melirik lagi kearah laki-laki itu, dia sangat tampan dengan setelan jas yang sama dengan Renandra. Tapi aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana?.
Ahhh banyak sekali yang aku pikirkan, aku mencoba untuk bersikap biasa saja. Lagipula apa yang perlu aku khawatirkan. Ada orangtuaku disini.
" Selamat datang nona Reista", ucapnya kepadaku",
"Emmm ya, tapi tunggu sepertinya kita pernah bertemu?", Tanya ku penasaran, mulut sialan ini benar-benar tak bisa mengerem. aku sedikit tersenyum canggung karena pertanyaanku barusan.
" Tentu kita pernah bertemu,bukankah setiap dikantor kita selalu bertemu?", Dia menaiki sebelah alisnya sengaja menggodaku.
"Apa maksudmu?." Aku semakin bingung dengan jawabannya.
"Dia Ramelson nak, Bos mu di kantor apa kau tak mengenalinya?", Tanya Tuan Gornio kepadaku.
"Apa? tidak mungkin dia Bos ku, lihatlah dia sangat berbeda,". Upsss, aku langsung menutup mulutku tak percaya. lagi lagi aku tak bisa mengontrol ucapanku sendiri.
"sayang, dia Ramel Bos mu dikantor nak". Mommy menatapku penuh arti.
"Ya dia memang berbeda saat di kantor, karena ada beberapa alasan yang menuntut nya seperti itu",. Tuan Gornio menjawab pertanyaanku dengan lembut, sudah kulihat ibuku melotot tak suka dengan segala ucapanku yang pasti menurutnya sangat lancang.
"ahhh maafkan Reista, Reista tak tau jika ternyata Bos ku ini sangat tampan pak". kakak ku sedikit tergelak tertawa, aku mendengus saat ia mengejekku karena ucapan barusan. apanya juga yang lucu.
"aku memang tampan Reista, bukankah kau mengucapkannya saat kita makan malam waktu itu". aku melirik ke arah bos ku itu, dia berkata sangat percaya diri sekali, aku semakin dibuat kesal melihat kakak ku yang sangat puas dengan kebodohan adiknya ini, ia tak berhenti tertawa tanpa suara. sampai ia disenggol pelan oleh Mommy ku.
"Yasudah sebaiknya kita makan terlebih dahulu, baru kita bercerita lagi", timpal istri Tuan Gornio menengahi pembicaraan ini.
Kami semua makan dalam diam, sesekali aku melirik Tuan Ramel, ternyata dia sedang menatapku intens. Aku jadi tak berselera makan jika diperhatikan seperti itu. Mengapa juga dia menatapku terus, aku semakin keringat dingin ditatap oleh laki-laki tampan tapi sedikit menyeramkan.
****