"Iya, aku tahu, tapi tidak hatiku."
"Tidak! Aku mau hatimu. Aku mencintaimu," kata Kayla menggoda, menggerakkan telunjuknya di atas dada bidang Reynand. Masih dengan seseguknya, dia berkata, "Aku mau cintamu seperti yang kau berikan untuk wanita itu. Sejak dulu aku memang iri kepadanya."
"Benar, 'kan apa yang kukatakan? Kau memang iri kepada Sheryl," sahut Reynand.
"Iya."
Kayla mengangguk pelan, mengeluarkan semua emosi yang sejak tadi tertahan dan akhirnya menyisakan isak tangis dan segukan tiada henti.
Sentuhan Kayla pada dadanya membuat Reynand mendesah. Ia berusaha menahannya godaan itu. Pria itu lalu memandang kedua manik Kayla. Segera diraihnya dagu wanita itu dengan cengkeraman lembutnya. Dagu itu sedikit terangkat. Tak ingin membuang waktu, ia segera membungkus mulut Kayla dengan ciumannya. Di satu sisi, Reynand merasa kasihan, tapi di sisi lain, Kayla berhasil membangkitkan nafsu kelaki-lakiannya karena ia membalas ciumannya.