ดาวน์โหลดแอป
100% RUNDA [SEUNGRI BIG BANG] / Chapter 3: PART 02 [ MS - 02 ]

บท 3: PART 02 [ MS - 02 ]

RUNDA

PART 02

[ MS - 02 ]

"BERMIMPI SEMUSTAHIL APAPUN, BUKAN SEBUAH DOSA, KAN?"

Busan, 2018

>>>>>

"Eoh, Eonni, kau datang?" So Yoon yang sedang menyapu lantai butik milik Ibunya terkejut melihat Minah yang sudah berada di depan pintu. Rambut kecokelatan gadis itu berantakan, pakaiannya pun masih memakai pakaian milik Seo Yoon.

Minah mendudukan dirinya begitu saja di sofa, menguap. Meminun sekali teguk air dingin yang diberikan Seo Yoon. Seo Yoon menghela napas melihat tingkah Eonni sekaligus sahabat sejak kecilnya itu.

"Semalam menginap di studio?"

Minah yang kini membaringkan tubuhnya di sofa, menjawab sambil menutup kedua matanya. "Aku mengerjakan satu lagu hingga subuh tadi. Ah, lelah."

"Tidurlah," Seo Yoon mengeluarkan bantal juga selimut dari lemari. "Aku harus membereskan butik ini selagi kau tidur." Tak lama mulai terdengar napas teratur Minah.

Mungkin sudah lebih tiga jam berlalu, saat Seo Yoon sedang mencatat jumlah setiap aksesoris yang terpajang di etalase ia terkejut, saat tiba-tiba Minah sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa kau benar-benar meminum obat tidur itu?" Minah bertanya dengan suara lirih, sesekali menguap.

Seo Yoon tersenyum, "Bibi akan tahu jika kita hanya menipunya jika aku tak benar-benar tertidur. Kau juga pasti tahu apa yang akan bibi lakukab setelah itu."

"Selalu, pada akhirnya Ibuku tetap sadar bahwa kita menipunya. Apa kau bodoh?"

Entah kenapa, kalimat Minah membuat Seo Yoon tertawa. Ini bukan kali pertama mereka berusaha menipu Ibu mereka, ini juga bukan kali pertama Seo Yoon harus melakukan hal bodoh untuk menutupi pemberontakan Minah. Dan ini bukan kali pertama Minah mengomel karena ia terlalu patuh pada ide gila milik Minah.

"Apa kau tak memiliki sesuatu yang ingin sekali kau lakukan, Seo Yoon? Aku sudah terlalu banyak memanfaatkanmu."

"Apa aku salah satu alasan Eonni tak bisa tidur nyenyak semalam?"

"Eoh," Minah mengangguk dengan lesu, memanyunkan bibirnya. "Sejujurnya, aku bahkan belum menyelesaikan awal lagu itu."

Seo Yoon tersenyum lembut pada Minah. "Aku tak seberani Eonni untuk mengetahui apa yang benar-benar ingin aku lakukan untuk diriku sendiri. Tapi, hidupku sekarang aku sudah merasa bahagia. Jika kau bertanya apa yang ingin aku lakukan, aku ingin membantu mewujudkan mimpimu, seperti itu mimpi milikku sendiri."

"Seharusnya kau tak mengikutiku, kau terlalu baik untuk mengikuti orang seperti aku." Minah mengelus puncak kepala Seo Yoon seakan sedang mengelus seekor kucing yang sering mampir di butik ini. Seo Yoon tersenyum sambil berdecak. Jika bukan Minah yang melakukannya, Seo Yoon mungkin sudah mematahkan tangan di atas kepalanya ini.

"Bisa kita hentikan, ini mulai memuakkan." Ucap Seo Yoon memindahkan tangan minah dari atas kepalanga. Setelahnya mereka berdua tertawa seperti orang bodoh.

Tiba-tiba di Tv menampilkan sebuah MV dengan lagu ceria yang akan tersimpan di telingamu sejak pertama kali kau mendengarnya. Dua gadis itu langsung terpaku.

"Lagu ini sering sekali terputar di mana pun." Seo Yoon mengulurkan sebungkus roti pada Minah.

"Siapa yang tak memuja Kim Jiwon. Kakek Hwang saja bisa menirukan tariannya."

Seo Yoon mengangga, Minah terbahak. "Lihatlah, dia begitu sempurna."

"Dia cantik, memiliki suara yang bagus, semua lagunya pasti meledak, juga Ayahnya pemikik agensi terbesar di negeri ini. Lagu yang sedang ku buat akan ku gunakan untuk audisi di agensi Kim Jiwon."

"Benarkah? Wah, kau harus bekerja lebih keras. Semangat, Ba-ng M-I-N-A-H!" Mereka tertawa lagi, sambil menatap layar TV.

※※※※

"Mereka pasti menyebutku jahat saat melihatmu terikat di kamarku, kan?" Tanya Minah lirih dari dalam lemari tempat sebelumnya bantal dan selimut disimpan. Tadi sempat Ibu Minah datang dan bertanya keberadaan Minah pada Seo Yoon, jadi dia buru-buru sembunyi di dalam sana. Belum lagi kalimat Ny. Bang sebelun pergi, "Aku benar-benar akan mematahkan kakinya. Awas saja kalau kau ku temukan!"

"Seungri dan kekasih lelakinya itu yang terus berbicara jahat tentangmu. Ibuku hanya tertawa saat aku bercerita apa yang terjadi, dan bibi terus mengomel entah apa, karena dia mejewer telingaku." Seo Yoon melirik tajam ke arah lemari -karena suara cekikikan Minah yang keras- sambil terus melipat kemeja-kemeja yang akan dikirim hari ini.

"Lagi-lagi Seungri itu. Kenapa dia selalu menjadi orang yang mengkritik dan menjatuhkanku. Apa saja yang dia katakan?!"

"Dia bilang bisakah aku berhenti menjadi orang tolol yang selalu mengikuti keinginanmu. Dia juga bilang, kau tak perlu bersusah begitu untuk menghindarinya. Dia juga tak mau berurusan denganmu, apalagi menghabiskan hidupnya bersamamu."

Minah memukul pintu lemari lalu keluar dari sana. "Cih, dia pikir hanya karena dia memenangkan perlombaan memasak itu, banyak reporter yang mengerubunginya, dia pikir semua orang ingin bersamanya?" Melihat Minah seperti sekarang seakan ada api yang berkobar-kobar di sekelilingnya.

"Aneh, dia tak menolak perjodohan kalian, dan dia pun tak menyukaimu."

"Dia hanya ingin resep keluarga Ibuku. Resep awal yang digunakan di restoran milik orang tuanya adalah salah satu resep milik Ibuku."

"Tapi kemampuan memasaknya sudah diakui seluruh dunia, lalu-"

"Dia pasti ingin menyusahkanku, itu alasan lainnya. Apapun itu, aku tak akan membiarkan rencananya sukses. Kau tunggu saja," Minah memukul lagi pintu lemari.

"Rumitnya hidupmu," Seo Yoon menarik Minah dari dalam lemari, lalu menutup dan mengunci pintu lemari. "Lebih baik Eonni bantu aku bereskan kemeja-kemeja ini."

Mereka berdua pun mulai melipat, memasukkan kemeja ke dalam plastik, lalu mengaturnya ke dalam dus-dus.

Melakukannya dalam diam, hingga Minah terhenti. Kedua bola matanya menatap ke sekeliling butik milik Ibu Seo Yoon. Tempat ini selalu dia tuju untuk bersembunyi bila melakukan pemberontakan. Kemudia dia menatap Seo Yoon, yang selalu menjadi objek untuk menutupi segala kesalahannya.

"Aku sempat berpikir bagaimana jika aku dilahirkan di keluarga yang berbeda. Impianku dan kebebasanku mungkin akan berakhir lebih baik." Minah menghela napas.

Saat Minah masih menghitung kemeja-kemeja yang sudah terbungkus di dalam dus, Seo Yoon menjawab, "Kalau itu keinginanmu, berarti kita tak akan pernah bertemu, Eonni. Juga impianmu bisa jadi berubah, segalanya berubah."

※※※※※

Minah berjalan terburu-buru menuju halte bus. Dia terlambat karena ketiduran. Dia menghabiskan 2 hari lagi untuk menyelesaikan lagunya, tanpa kembali ke rumah. Dia hanya menemui Seo Yoon di butik untuk menggambil pakaian ganti juga bekal makanan.

Sudah hampir jam 7 malam, dia harus menemui Minhyuk tepat jam 7, dan perjalanan untuk sampai di sana menghabiskan waktu 30 menit lebih. Semakin membuatnya gelisah saat mengingat barang-barang pinjaman yang waktu peminjamannya akan semakin menipis karena keterlambatannya ini.

Saat punggungnya bersandar di sandaran kursi bus, tubuhnya terasa begitu lelah. Selain sibuk membuat lagu, dia sibuk bersembunyi. Biasanya dia hanya mendengar ucapan ancaman Ibunya dari mulut Seo Yoon, dan dia akan tertawa alih-alih takut.

Namun kemarin saat bersembunyi di butik, dia mendengar sendiri bagaimana Ibunya berkata akan memotong kaki dan tangannya bila dia menemukan Minah dan entah kenapa saat itu, sekujur tubuhnya terasa lemas dan gemetaran. Kali ini dia akan bekerja lebih keras, agar dia bisa memenangkan kompetisi itu dan menghadiahkan untuk Ibunya, harus!

Minah segera meminta maaf saat dia sampai di tempat janjiannya dengan Minhyuk. Minhyuk hanya menjawab "yo", meminta rekaman lagu Minah dan menjelaskan skenario dari music video yang akan mereka buat hari ini.

Minag berterima kasih karena semua peralatan sudah siap.

Minah bertanggung jawab membuat lagunya, Minyhyuk bertugas menyutradarai music videonya. Minhyuk dan Minah juga menjadi model di MV mereka. Sudah dua kali mereka merekam, namun masih terasa ada yang kurang jadi mereka memutuskan untuk merekam sekali lagi, hingga.

Terdengar sesuatu terjatuh, Minhyuk segera memekik saat melihat kamera mahal sewaan mereka terjatuh. Mereka berdua sengaja akan memakai kamera itu untuk pengambilan gambar akhir. Di hadapan kamera yang jatuh itu, berdiri tiga orang lelaki yang tersenyum sinis dengan dua lengan melipat di depan dada.

"Apa yang sudah kalian lakukan?!" Pekik Minhyuk, memeriksa kameranya.

"Kalimat itu seharusnya milikku." Lelaki bertubuh paling tinggi tertawa sinis.

"Sudahlah, mereka hanya orang-orang yang kalah melawan kita di kompetisi sebelumnya. Kameranya baik-baik saja, kan? Lebih baik kita lanjutkan, waktu kita akan segera habis." Minah merapikan rambut juga mantelnya. Berjalan menuju kolam air mancur, untuk memulai pengambilan adegan pertama.

"Kalian mengabaikan kami lagi!" Lelaki itu mengeram melihat Minah dan Minhyuk yang mulai melakukan shooting lagi. Senyum miring terlihat di wajahnya. Lelaki itu mendekati tas kamera berharga Minhyuk dan Minah, lalu membantingnya ke tanah.

Suara itu membuat Minhyuk dan Minah terhenti. "Yak!" Entah siapa yang lebih dahulu berteriak, setelahnya pertempuran tangan kosong terjadi. Tendangan, tinju, cakaran, sumpah serapah. Teman si lelaki pengganggu itu muncul entah dari mana. Minah menatap Minhyuk, sepertinya mereka akan benar-benar lelah hari ini.

※※※※※

"Sebutkan nama lengkapmu, Nona." Suara jemari yang beradu di keyboard, keluhan beberapa orang, bentakan di ujung ruangan, suasana kantor polisi yang terasa berbeda saat kau benar -benar berada di dalamnya.

"Namamu, Nona." Petugas polisi itu kembali mengulang pertanyaannya karena Minah hanya menatapnya kaku dengan bibir yang terkatup rapat sejak 10 menit lalu.

"Eonni!"

Minah akhirnya bisa menghela napas lega saat melihat dan mendengar suara Seo Yoon. Gadis itu membawa kotak yang disebutnya kotak harta.

"Syukurlah," Kata ucapan syukur kelegaan segera terasa tergantung di kerongkongannya saat melihat dua sosok lain yang berada di belakang Seo Yoon. "Kenapa kau-"

Minah tertegun, kedua matanya tak berhenti berkedip. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Kami bertemu dengannya, dia terlihat menyedihkan jadi-" -Lee Taemin, 25 tahun- segera mengatupkan bibirnya saat dihadiahi pelototan dari Minah. Jujur saja, melihat pelototan Minah, Taemin lebih merasa ingin tertawa dibandingkan ketakutan.

"Eonni, kau tidak apa-apa?" Seo Yoon merapikab rambut Minah yang sangat berantakan. Meringis saat melihat lecet dan bekas cakaran di wajah Minah. "Aku sudah membawakan obat." Seo Yoon menggoyangkan kantung obatnya. Namun Minah menyingkirkan kantung obat itu.

"Kenapa kau membawa dua orang ini?" Mata Minah menatap tajam Seungri yang duduk sambil melipat kedua lengannya di depan dada.

Gong So Yoon, kau tak mau menjawabku?" Suara Minah yang sejak tadi tertahan kini menggelegar. Seketika Seo Yoon merasa suaranya menghilang. Dia sudah mengikra respon Minah akan seperti ini. Dia juga sudah menyusun kalimat pembelaan, namun segalanya lenyap dari otaknya.

"Aku walinya, Pak. Namaku Lee Seungri. Kau bisa berbicara padaku."

"Kau?" Minah mengepalkan tangannya.

"Hubunganmu dengan Nona ini?"

"Aku, tunangannya."

Gebrakan meja terdengar, Minah segera berdiri.

"Ap-apa kau, Lee Seungri Chef terkenal itu?" Wajah petugas polisi itu berseri-seri. "Wah, kau benar-benar tampan. Anakku fans beratmu." Petugas polisi itu menyalami Seungri penuh semangat. "Bisa beri aku tanda tanganmu?"

"Kita selesaikan ini dulu," Senyum Seungri lebar sekali. "Aku akan memberikan foto juga."

Petugas polisi itu mengangguk dengan cepat, beberapa petugas polisi lain melirik-lirik ke arah mereka tanpa berani mendekat. "Silahkan isi formulir ini dulu."

"Minah, kita harus bicara." Ucap Seungri saat melihat Minah hendak pergi. "Tunggu aku di luar." Minah melirik sebentar.

"Lalu bagaimana denganku?" Pria paruh baya mendekati mereka.

"Aku bisa memberikan tanda tangan dan foto juga." Seungri tersenyum lebar.

"Aku tidak membutuhkan itu. Kameraku, hancur. Mereka berdua menyewanya dariku. Bagaimana ini?"

Senyum Seungri hilang sebentar, "Aku juga akan membayar semua kerugiamu." Suaranya lembut dan ramah. "Minah, ku harap kau menungguku." Dia pun berbalik, kembali mengisi lembar formulir di meja.

※※※※※

Minah dan So Yoon berdiri di depan kantor polisi, Minah menatap So Yoon sejak tadi namun So Yoon hanya diam memandang lurus ke depan sambil berdoa berulang-ulang. Dari sudut lain di depan kantor polisi, berdiri Taemin memandangi mereka berdua.

"Kenapa kau membawa dua orang itu kemari?"

Seo Yoon menghela napas dan memegang lengan kanan Minah.  "Aku mengikuti pesanmu, mengambil kotak tabungan kita lalu pergi ke rumahmu untuk mengambil uang simpananmu selama ini. Tapi saat aku hendak memasuki halaman rumahmu, disana ada Paman juga Bibi. Mereka sepertinya menunggumu pulang, dan bila mereka tau apa yang terjadi tentu kau tau apa yang Bibi lakukan padamu."

Kini So Yoon bisa menatap Minah. "Tabungan kita tidak cukup, uangku juga, jadi aku berpikir apa aku ambil dulu uang di butik Eomma, tapi aku malah bertabrakan dengan mereka. Kotak tabungan kita jatuh, semua uangnya tergeletak di jalan, kedua orang itu menyudutkanku. Dan satu-satunya jalan terakhir untuk menyelamatkanmu adalah mereka berdua. Eonni, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa memikirkan cara lain untuk membantumu. "

Minah menghela napas. Ini membuatnya sangat kesal, mendengar penjelasan So Yoon ada rasa bersalah juga di hatinya. Tapi So Yoon sudah tau bahwa dirinya tak mau ada kaitan apapun dengan manusia bernama Lee Seungri, apalagi ditolong oleh lelaki itu.

"Kami hanya ingin membantu. Lagi pula Seungri adalah tunanganmu " Taemin berteriak dari sudut dinding sebelah kiri.

Minah sudah ingin mengeluarkan raungan lagi, Seo Yoon segera memegang lengannya kuat.

"Bisakah kalian selesaikan segera? Lihat rekanmu itu berdiri mematung sejak tadi."

Mata Minah dan So Yoon mengikuti arah dagu Taemin dan di sana berdiri Minhyuk yang tersenyum tipis pada mereka. Minah menghampiri Minhyuk, memeriksa keadaannya juga meminta maaf. Minhyuk tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, mereka hanya tidak beruntung hari ini. Untuk video musiknya, mereka akan menggunakan video yang tersisa. Kedua gadis itu melambaikan tangan pada Minhyuk.

"Wah, Tuan Seungri, kau sudah selesai? Ok So Yoon, aku akan mengantarmu pulang." Dengan senyum lebar Taemin menarik So Yoon pergi dari kantor polisi. Meninggalkan Seungri juga Minah.

※※※※※

"Aku akan membayar semua yang sudah kau keluarkan hari ini." Ucap Minah tanpa memandang Seungri yang berjalan beriringan di sampingnya.

"Dibandingkan dengan uang, waktuku lebih berharga. Apa kau akan membayarnya juga?"

Minah memutar kedua bola matanya, "Hitung saja dan berikan tagihannya padaku. Lagi pula siapa yang meminta bantuanmu!"

"Ah, kalau begitu So Yoon yang harus menanggungnya."

Minah berdecak, terlalu banyak gerutuan dari bibirnya hingga Seungri tak memdengar jelas apa saja umpatan yang dikatakan Minah untuknya.

"Aku membantu So Yoon bukan dirimu. Gadis itu kebingungan dan berkeliaran sendiri di malam hari dan lagi-lagi itu karena dirimu. Kau membuat masalah dan So Yoon yang menyelesaikannya, selama ini seperti itu kan? Dari pada bertanya keadaannya kau lebih dulu marah, meledak. Apa kau sudah minta maaf padanya atas yang kau lakukan kemarin pada So Yoon?"

Langkah Minah terhenti, menatap tajam Seungri. "Aku tau, apa kau pikir bagaimana perasaanku saat melihat dia selalu berkorban untukku? Dari semua yang ku lakukan bahkan hal buruk yang terjadi padanya karena aku, dia masih datang dengan manis dan mengatakan tak apa-apa. Kau pikir aku baik-baik saja?" Suara Minah meninggi namun kedua matanya terasa hangat dan mulai berair.

"Maka itu berhentilah. Semua akan damai dan tak ada yang terluka lagi."

"Tapi apa yang harus aku lakukan saat dia satu-satunya orang yang mendukungku, yang menganggap mimpiku sama pentingnya dengan mimpinya. Saat kau, dan orang di sekelilingku melenyapkannya."

"Aku sudah memberikan penawaran padamu bukan? Kau tak akan rugi, begitu pun dengan aku. Lakukan seperti yang sudah ditentukan. Jadi kau tidak perlu bersusah payah seperti ini." Seungri merapikan poni Minah, Minah segera menepis tangannya.

"Begitukah? Kau pikir aku tidak tau rencanamu? Kau hanya ingin membuatku diam, agar kau mendapatkan segalanya! Dan aku, hanya aku yang akan terpenjara selamanya."

"Kita bisa membicarakannya lagi. Kau bisa menyebutkan bagian mana saja yang merugikanmu. Berhentilah berbuat masalah!"

"Aku sedang meraih impianku juga! Tak hanya impianmu yang penting! Kalau kau merasa dirimu begitu hebat, kau kan sudah diakui seluruh dunia. Kau bisa membuat resep paling sempurna, kan? Lalu kenapa kau masih ingin mengambil resep milik Ibuku dengan menghancurkan hidupku! Kenapa!"

"Bang Minah, kenapa kau berteriak begitu? Kalian bertengkar di tengah malam?"

Seungri dan Minah berbalik ke arah suara, berdiri di sana Nyonya dan Tuan Bang. Minah menendang kaki Seungri sebelum dia berlari meninggalkan mereka semua.

※※※※※

TeBeCe...

Ayo tinggalkan jejak ya^^

Thank you


next chapter
Load failed, please RETRY

ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ เขียนรีวิว

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ