"Tapi aku sudah tidak sabar, jika harus waktu membawa kita oada jawabannya." Kata Lyra dengan meminum kopinya.
"Ya, begitulah. Tapi, apakah kamu ada acara hari ini?" Tanya Steve.
"Hm, sepertinya tidak. Kenapa?" Tanya Lyra dengan menatap kearah Steve.
"Aku ingin mengajakmu makan malam dirumah ku. Ibuku bilang ia ingin memberi tahu sesuatu padamu." Kata Steve sambil meminum kopinya juga.
"Membicarakan apa?" Tanya Lyra penasaran.
"Entahlah." Jawab Steve tidak tahu.
"Ya sudah." Kata Lyra sambil melanjutkan kembali meminum kopi miliknya.
Steve yang menatap Lyra yang sedang asik meminum kopi, mulai membuat nya senyum.
"Sebegitu suka nya kamu sama kopi. Masih tetap sama dan tidak berubah kesukaanmu." Guman Steve sambil memakan kue.
Steve mulai membayangkan dirinya dan Lyra hidup bersama dan mempunyai beberapa anak.
"Sungguh kehidupan yang sempurna." Guman Steve yang sedang tersenyum. Lyra yang kebingungan melihat Steve seperti itu, memcoba membangunkan Steve dari lamunan.
"Steve kamu kenapa?" Lyra mencoba melambaikan - lambaikan tangannya di muka Steve.
"Ah, a - aku. Maafkan aku." Jawab Steve sontak terkejut dari lamunannya.
"Kamu melamun ya. Melamun apa?" Goda Lyra.
"A - aku, tidak ada hanya bingung. Ya, bingung." Jawab Steve sambil memegang tengkuk leher nya.
"Hm, baiklah." Jawab Lyra yang kembali memakan kuenya.
Tiba - tiba ponsel Steve berbunyi, dan Steve mengangkat telepon itu.
"Halo, Bu. Ada apa?"
"Ibu mau minta tolong belikan daging ayam dan kentang di supermarket ya."
"Baik Bu." Steve kemudian meletakkan kembali telepon nya.
"Ada apa?" Tanya Lyra penasaran.
"Ibu ku menyuruhku untuk pergi ke supermarket sebentar, beli daging ayam dan kentang." Jawab Steve.
"Hm, baiklah. Ayo ke supermarket." Ajak Lyra dengan antusias.
"Baiklah."
Setelah membayar kopi dan kue, mereka bergegas menuju supermarket. Steve seperti biasa membukakan pintu mobil untuk Lyra. Dan Lyra masuk ke dalam nya.
"Terima kasih." Kata Lyra dan lalu memasangkan sabuk pengaman. Steve kemudian masuk ke dalam mobil, dan bergegas pergi.
...
Botol - botol minuman keras tergeletak di lantai kamar nya. Zico yang duduk dengan tatapan kosong di lantai kamarnya hanya bisa berpikir namun tidak melakukan apa - apa.
"Apa yang membuat ku tidak dapat melupakan Lyra?" Tanya Zico pada diri sendiri.
"Aku bahkan bingung harus melakukan apa."
Zico yang tampak frustasi karena keadaan yang menimpanya, berusaha berpikir jernih agar bisa melupakan Lyra secepatnya. Tapi tidak ada jawaban untuk permasalahan nya.
...
Sesampainya di supermarket, Lyra segera membuka pintu mobil dan dengan girang mengambil keranjang belanja yang sudah tersedia di depan pintu supermarket.
"Lyra tunggu." Kata Steve lalu menyusul Lyra.
"Iya, cepetan." Kata Lyra yang sedang tidak sabaran.
Mereka berdua pun mulai berbelanja, dan memilih - milih kentang serta melihat daging ayam yang segar.
"Tumben, kamu semangat belanja." Kata Steve curiga.
"Iya, karena aku mau beli es krim, ehehehehe." Kata Lyra dengan tertawa.
"Ya udah, mau berapa banyak es krimnya. Aku beliin ya." Kata Steve lalu berjalan menuju chest freezer.
"Tapi, aku mau bayar sendiri." Rengek Lyra.
"Tidak apa - apa, aku beliin. Mau yang mana?" Tanya Steve tersenyum.
"Hm, aku mau bayar sendiri." Kata Lyra memasang wajah cemberut.
"Sudahlah jangan cemberut." Kata Steve lalu memegang kedua pipi Lyra.
"Iya - iya, aku mau rasa cokelat." Kata Lyra dengan malu.
"Baiklah." Kata Steve lalu melepaskan kedua tangannya dari pipi Lyra. Lyra segera menepuk - nepuk pipinya, wajah nya memulai memerah.
"Kamu kenapa? Wajah nya memerah gitu?" Kata Steve tersenyum kemenangan.
"Aku... Aku tidak apa - apa." Jawab Lyra dengan gugup lalu mengambil es krim cornetto disc chocolate dalam chest freezer.
"Sudah cukup?" Tanya Steve.
"S - sudah." Jawab Lyra dengan gugup.
"Iya." Steve kemudian mengambil beberapa es krim seperti, walls oreo vanila, walls strawberry cheesecake dan beberapa es krim yang serupa seperti itu.
"Banyak sekali Steve. Terlalu banyak. Dan ini mahal sekali." Kata Lyra terperangah melihat es krim yang Steve ambil.
"Tidak apa, ini semua untuk kamu." Kata Steve tersenyum.
"Tapi, aku tidak akan mampu makan itu sendirian." Kata Lyra sambil melihat kearah Steve.
"Bukan nya ada banyak anak di panti asuhan?" Tanya Steve yang sedang meletakkan semua es krim itu dalam keranjang belanjaan.
"Ya, tapi rata - rata semua anak - anak di panti asuhan banyak alergi terhadap produk susu."
"Hm, ya sudah. Es krim ini aku simpan di rumah ku saja, nanti kalau kamu ke rumah ku, kamu bisa makan es krim ini." Kata Steve, lalu menggandeng tangan Lyra menuju kasir.
"Hm, baiklah. Terima kasih, maaf jika merepotkan." Kata Lyra tersenyum kearah Steve.
"Iya, sama - sama." Kata Steve lalu tersenyum balik kearah Lyra.
Mereka kemudian membayar belanjaan mereka, lalu berjalan keluar menuju parkiran.
"Sini biar aku yang bawa." Kata Steve.
"Tidak apa, biar aku saja yang bawa." Kata Lyra sambil membawa barang belanjaan.
"Sini, kasih aku yang bawa." Kata Steve dengan memaksa.
"Aku bisa." Kata Lyra dengan sedikit kesal.
"Baiklah."
Steve kemudian membuka pintu mobil untuk Lyra. Lyra meletakan kentang dan daging ayam di kursi penumpang belakang, dan meletakkan semua es krim di pangkuannya. Dengan senang, Lyra membuka es krim itu dan langsung memakannya. Steve kemudian masuk ke dalam mobil dan melihat Lyra memakan es krim. Lyra yang tidak sadar di perhatikan Steve.
"Enak ya es krim nya." Kata Steve dengan mencubit pipi Lyra.
"Iya enak." Jawab Lyra yang asik makan es krim.
"Minta sedikit ya." Kata Steve.
"Nih." Kata Lyra memberi es krimnya pada Steve.
Steve kemudian mencium bibir Lyra. Lyra yang kaget, hanya beku diam di tempatnya.
"Manis sekali." Goda Steve lagi.
Lyra segera memalingkan wajahnya, wajahnya sekarang kembali memerah seperti kepiting rebus.
"Uwaaa... Apa itu Lyra." Guman Lyra.
"Ehehehe, aku menang lagi." Guman Steve.
...
Steve mengendarai mobilnya menuju rumah Lyra, Lyra pun melihat kearah jam yang sudah sore.
"Steve, bagaimana kita ke rumah mu saja. Ini sudah sore, pasti Ibu mu sudah menunggu. Pasti akan memarahi mu nanti." Kata Lyra.
"Hm, baiklah. Tapi bagaimana dengan Ibu Panti, pasti dia menunggumu juga."
"Iya, juga. Nanti aku telepon saja, setelah makan malam aku pulang ke rumah."
"Iya, aku saja ya, yang bicara sama Ibu Panti."
"Baiklah."
Steve segera mengendarai mobil nya kearah rumah nya. Sesampainya dirumah, Ibu Steve sudah duduk di teras depan rumah, yang sudah menunggu Steve pulang. Steve segera memakirkan mobilnya, dan keluar Lyra dari mobil membawa belanjaan. Ibu Steve segera menghampiri mereka berdua.
"Steve, kamu ini lama sekali." Kata Ibu Steve sambil mengambil belanjaan dari Steve.
"Iya Bu, maaf kami berdua berkeliling mencari daging ayam di dalam supermarket." Kata Steve.
"Ah, baiklah." Kata Ibu Steve.
"Ayo, saya bantu Ibu masak makan malam." Ajak Lyra sambil menarik Ibu Steve masuk ke dalam.
"Iya nak, ayo. Banyak sekali kamu beli es krim." Kata Ibu Steve mengikuti Lyra masuk ke dalam rumah.
"Iya Bu, Steve yang beli." Kata Lyra.
"Senang rasanya melihat Ibuku akrab dengan Lyra." Guman Steve.
...
Lyra membantu Ibu Steve memasak kari ayam kentang.
"Enak sekali." Puji Lyra pada masakan Ibu Steve.
"Iya, ini makan kesukaan Steve. Kamu harus bisa membuatnya nanti." Kata Ibu Steve tersenyum.
"Iya Bu, aku akan belajar membuat masakan kesukaan Steve." Kata Lyra dengan sungguh - sungguh.
...
"Halo Bu, saya Steve. Saya meminta ijin, karena Lyra pulang nya agak malam, karena Ibu saya mengajak Lyra untuk makan malam." Jelas Steve dengan sopan.
"Iya nak, jaga Lyra ya, nak." Kata Ibu panti.
"Iya Bu, terima kasih." Kata Steve.
Jam makan malam pun tiba, Steve, Lyra dan Ibu Steve akhirnya makan malam. Tidak lupa makan bersama beberapa pembantu rumah Steve. Mereka semua menyantap makanan dengan lahap.
"Steve, Lyra. Ada yang Ibu ingin bicarakan dengan kalian berdua." Kata Ibu Steve.
"Apa itu Bu?" Tanya Steve dan Lyra serentak.
"Ibu ingin kalian bertunangan, dan meminta Lyra untuk tinggal disini sama kita." Jelas Ibu Steve. Steve dan Lyra terperangah mendengar perkataan Ibunya.
"Yang benar, Bu?" Tanya mereka berdua serentak lagi.
"Iya nak, masa Ibu berbohong. Kalau bisa Lyra bisa mengambil barang - barang nya di rumah besok, dan tinggal disini mulai besok. Kalau pun Lyra mau, Ibu tidak memaksakan." Kata Ibu Steve.
"Itu ide yang bagus Bu, jadi Lyra dan aku bisa ke kantor bersama dan menyelesaikan pekerjaan bersama. Tapi bagaimana dengan ayah, apa ayah setuju akan hal ini?" Tanya Steve antusias.
"Tapi Bu, bagaimana dengan adik - adik panti asuhan. Serta Ibu panti saya, Bu." Kata Lyra dengan khawatir.
"Tidak apa nak, kamu juga bisa menginap atau mengunjungi mereka setiap waktu." Kata Ibu Steve.
"Soal ayah, ayah tidak mengijinkan tentang hal ini, kamu harus tahu ayahmu seperti apa. Tapi jangan dipikirkan Ibu akan tetap merestui kalian berdua, jangan dengarkan ayahmu itu. Bagaimana Lyra, kamu mau tinggal disini."
"Aku, mau tinggal disini Bu." Jawab Lyra.
Steve pun beranjak dari kursinya dan melompat kegirangan dari kursinya.
"Kamu kenapa Steve?" Tanya Ibu dan Lyra bersamaan.
"Tidak kenapa - kenapa." Kata Steve yang sedang senang lalu kembali duduk.
"Terima kasih Lyra, Ibu akan membicarakan hal ini pada Ibu panti besok." Kata Ibu Steve senang.
"Iya Bu, terima kasih sudah mau menerima Lyra." Kata Lyra senang.
Ibu Steve hanya tersenyum, dan merasa senang juga mendengar jawaban Lyra.
"Tapi ada apa dengan Ayah Steve, aku harus menanyakan hal ini pada Steve." Guman Lyra.