Lyra yang sedari tadi menatap dirinya di cermin. Memandang pakaian yang dibelikan oleh Tuan Steve kemarin. Tiba - tiba Lyra tersenyum sendiri. Lisa, adik angkat Lyra di panti asuhan itu melihat Lyra, kakaknya terlihat aneh.
"Kakak kenapa?" Tanya Lisa yang kebingungan dengan tingkah kakak nya yang sedari tadi senyum sendiri di depan cermin.
"Tidak ada apa - apa Lisa." Kata Lyra sambil tersenyum.
"Tapi, kenapa kakak dari tadi senyum sendiri?" Tanya Lisa yang mulai mencari tahu.
"Tidak tahu Lisa." Jawab Lyra sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya, kakak mau pergi kerja ya?" Tanya Lisa.
"Iya, Lisa. Tunggu kakak pulang, maaf ya jika tidak bisa pulang cepat." Kata Lyra sambil mengelus rambut Lisa.
"Iya, tidak apa - apa, kak. Kan kakak kerja buat Lisa. Terima kasih ya, kak." Balas Lisa sambil tersenyum.
"Iya, Lisa. Kakak pergi kerja dulu ya." Kata Lyra sambil memeluk adik nya.
"Iya kak, hati - hati ya." Kata Lisa sambil membalas pelukan kakaknya.
"Iya." Lyra pun melepaskan pelukannya dari Lisa, dan bergegas mengambil tasnya dan pergi ke kantor. Hari ini Lyra berangkat lebih awal, karena ada tugas yang harus dikerjakan. Sesampainya Lyra di kantor, Lexa memanggil Lyra.
"Heh Lyra, kemari." Panggil Lexa, Lyra pun menghampiri Lexa.
"Ada apa?" Tanya Lyra.
"Coba kamu ke gudang." Suruh Lexa pada Lyra.
"Kenapa?" Tanya Lyra yang mulai bingung.
"Tadi, Tuan Steve memanggil mu. Ia menyuruh aku buat kasih tahu kamu. Ayo sini aku antarkan kamu ke gudang." Ajak Lexa yang langsung mengajak Lyra.
Lyra berpikir untuk apa Tuan Steve memanggil nya di gudang. Bukan di sana tidak ada apa - apa, kenapa tingkah Lexa aneh sekali. Semoga tidak terjadi apa - apa. Lyra dan Lexa pun sampai di gudang, dan beberapa karyawan juga berada di sana.
"Kita sampai Lyra." Kata Lexa sambil menantap Lyra datar.
"Iya, dimana Tuan Steve?" Tanya Lyra, karena sedari tadi Lyra merasakan hal buruk akan terjadi.
"Tidak ada, dia belum datang." Kata Lexa dengan dingin.
"Lalu, kenapa kamu menyuruh aku ke sini?" Tanya Lyra yang mulai takut.
Lexa dan beberapa karyawan di sana pun mendekat kearah Lyra. Lyra pun berjalan mundur hingga Lyra masuk ke dalam gudang. Mereka semua langsung mendorong dan mengikat Lyra.
"Apa yang ingin kalian lakukan?" Tanya Lyra.
"Mengurung mu. Karena kamu telah merebut hati Tuan Steve dari kami." Jawab Lexa.
"Aku tidak merebut hatinya, aku tidak suka dengan Tuan Steve." Jawab Lyra seadanya.
"Bohong. Cepat tutup pintunya." Perintah Lexa pada karyawan lain. Karyawan itu pun menutup pintu gudang.
"Tidak, aku tidak merebut nya." Teriak Lyra.
"Kasihan, gadis rendahan di dalam sendirian. Tidak ada yang mendengar suaranya dari luar." Kata Lexa sambil meninggalkan tempat itu.
Lyra pun masih berpikir apa kesalahannya. Padahal Lyra tidak melakukan apa - apa.
"Bagaimana cara nya keluar dari sini? Apa yang harus aku lakukan?" Kata Lyra yang sudah bingung.
Sedari tadi Lyra berusaha membuka ikatan tali yang mengikat tubuhnya. Tapi, tali itu tidak terbuka. Ikatan tali nya sangat kencang. Lyra berharap ada seseorang yang akan mengeluarkan nya dari sini. Steve dari tadi menunggu Lyra masuk ruang kerja mulai khawatir karena Lyra sudah telat 30 menit masuk jam kerja.
"Ada apa ini? Kenapa bisa telat?" Pikir Steve.
Steve pun bergegas keluar dari ruangannya, dan berjalan menuju ruang karyawan.
"Perhatian semuanya, apakah disini tadi pagi ada yang melihat Lyra?" Tanya Steve pada karyawan.
"Tidak Tuan, saya tidak melihatnya." Bohong karyawan itu.
"Pergi kemana dia? Hm, ya sudah terima kasih." Steve pun bergegas ke ruangannya, dan mengambil ponsel berniat untuk menghubungi Lyra. Tapi tidak ada panggilan.
Steve memutuskan akan ke panti ashuan tempat Lyra tinggal. Steve sedari tadi mengkhawatirkan Lyra. Dan berpikir apakah Lyra marah dengan kejadian kemarin. Steve langsung menancapkan gas, dan pergi ke tempat panti asuhan itu. Sesampainya disana, Steve memencet bel rumah tersebut.
Kemudian, seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk Steve.
"Ada yang bisa saya bantu anak muda?" Tanya wanita itu.
"Apa Lyra tinggal disini?" Tanya Steve.
"Benar, iya tinggal disini." Jawab wanita itu.
"Jadi, saya kemari untuk mencari Lyra. Karena Lyra tidak masuk kerja hari ini." Jelas Steve.
"Lyra sudah berangkat kerja tadi, dari jam 6.30 . Masa iya, Lyra belum sampai." Tanya wanita itu.
"Oh, baiklah Bu. Mungkin Lyra ada kantor, tapi saya yang tidak menemukan nya." Kata Steve agar tidak membebani pikiran wantia itu.
"Baiklah." Jawab wanita itu.
"Saya pamit dulu ya Bu. Terima kasih." Steve pun pergi kearah mobilnya pakir.
"Iya, sama - sama. Hati - hati di jalan, nak." Kata ibu itu.
Steve pun langsung bergegas kembali ke kantor. Sesampainya Steve di kantor, Steve berniat untuk melihat rekaman CCTV tadi pagi. Lexa yang melihat itu pun, segera menghalangi Steve.
"Tuan Steve tidak boleh lihat CCTV, kalau tidak bisa hancur semuanya." Bisik Lexa dalam hati.
"Tuan, bisa bantu saya. Saya ingin mengajak Tuan untuk makan siang bersama. Apa Tuan mau?" Tanya Lexa untuk menghalangi Steve.
"Tidak, saya tidak bisa. Saya ingin memeriksa rekaman CCTV." Jawab Steve terus terang.
"Eum, CCTV kita rusak, T-tuan." Bohong Lexa.
"Bagaimana mungkin, padahal tidak ada masalah dengan CCTV kita." Kata Steve sambil melihat rekaman CCTV.
"T-tapi Tuan." Lexa mulai ketakutan, karena sebentar lagi akan ketahuan perbuatan nya pada Lyra.
"Betapa bodohnya aku, aku lupa mematikan CCTV." Umpat Lexa dalam hati.
"Ah, itu dia. Kenapa kamu membawa Lyra ke gudang. Dan juga paea karyawan disitu." Tanya Steve dan kemudian berbalik ke arah Lexa.
"Katakan yang sejujurnya, apa yang kamu lakukan terhadap Lyra?" Tanya Steve dengan tatapan intimidasi.
"S-saya... S-saya tidak suka jika Lyra dekat dengan Tuan." Jawab Lexa yang sudah sangat ketakutan melihat Steve yang sudah marah.
Dengan cepat, Steve berlari ke gudang. Dan membuka pintu gudang, tampak dari dalam terlihat Lyra yang sedang menangis ketakutan dan merasa sudah putus asa karena tidak bisa dari ikatan tali yang mengikatnya. Steve pun langsung menghampiri Lyra. Dengan cepat membuka tali yang mengikat Lyra.
"Lyra, kamu tidak apa - apa kan?" Tanya Steve yang khawatir.
"T-tidak T-tuan." Jawab Lyra yang sudah sangat ketakutan.
Para karyawan yang sudah berdiri di depan pintu gudang itu pun sudah merasa ketakutan. Mereka takut dipecat, begitu pula Lexa yang sudah mencintai Steve sejak lama. Steve pun mengendong Lyra, dan membawa nya ke ruang kerja nya. Sesampainya nya di ruang kerja, Steve langsung memeluk Lyra yang terus menangis dari tadi.
"Tenang Lyra, aku udah datang. Tenang ya. Jangan menangis lagi." Kata Steve sambil mengelus rambutnya. Lyra pun menghentikan tangisnya.
"Sebentar ya." Steve pun pergi keluar dari ruangan itu, mengumpulkan para karyawan yang sudah terlibat dengan kejadian tadi pagi.
"Siapa yang menyuruh kalian, mengurung Lyra di gudang?" Tanya Steve yang sudah sangat marah.
"Lexa, Tuan. Yang menyuruh kami semua." Jawab seorang karyawan itu.
"Maafkan saya Tuan. Saya bersedia menerima konsekuensi." Kata Lexa dengan sedih.
"Kali ini kalian semua termasuk Lexa saya kasih kesempatan, jika terjadi lagi. Maka saya akan mengeluarkan kalian dari perusahaan ini." Kata Steve dengan tegas.
Steve kembali ke ruangan nya, dan melihat Lyra yang masih terdiam. Steve pun kembali memeluk Lyra.
"Maap kan aku Lyra yang satang terlambat. Aku janji akan selalu menjagamu." Bisik Steve pada Lyra.
"T-terima kasih Tuan." Lyra pun kembali membalas pelukan dari Steve.