ดาวน์โหลดแอป
93.1% RE: Creator God / Chapter 351: CH.351 Perjuangan

บท 351: CH.351 Perjuangan

Permasalahan sama sekali belum selesai. Bukan berarti aku berhasil membunuh Thulahga Cortin dengan mengirim salah satu pegawai pembawa sniperku, seluruh masalah selesai.

Malahan kalau boleh dibilang, ini permulaan baru. Di satu sisi aku harus menekan balik para monster agar tidak menimbulkan lebih banyak kerusakan, di sisi lain, para warga masih beberapa ada yang menggila berdasarkan informasi IAI.

Jujur, satu masalah saja sudah cukup rumit untuk diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi sekarang malah bertumpuk beberapa masalah ribet sekaligus.

Hebat sekali jujur, sangat hebat. Namun aku tak mau mengalah juga. Setidaknya, aku tidak akan membiarkan lebih dari 80 persen jumlah penduduk terbunuh.

Kuyakin dengan sangat sudah ada 46 persen yang sekarang terbunuh, dan tentu tak akan berhenti tanpa kami berhasil membunuh semua pasukan monster.

Hanya saja, coba pikir, jumlah puluhan jutaan, dengan hanya kami berenam, bisa? Tak usah jauh-jauh deh, kami tadi aja belum ada setengah juta sudah super kelelahan.

Kuberi tahu satu hal penting lagi, ini sudah jam ketujuh sejak kami mulai bertarung. Dan hebatnya, waktu istirahat kami hanya tiga puluh menit.

"Inigsiasma."

Putar otak, kami semua, bukan hanya aku. Menguras segala ide kemampuan yang kami miliki demi membasmi para monster ini.

Mulai dari sihir ledakan super besar, sihir debuff yang melemahkan, atau sihir buff untuk meningkatkan kecepatan dan daya rusak.

Semua upaya kami lakukan, dan jujur, pertarungan ini benar-benar mengkorek seluruh energi kami. Entah bagaimana, kami terus bertahan dengan seluruh rasa lelah ini.

Setengah dari dunia hampir rusak, dan itu tentu bukan berita bagus. Untung saja aku masih percaya diri anak-anakku, anak-anak Shin juga mama pasti bisa aman.

Para pegawaiku juga sudah kusuruh untuk memprioritaskan melindungi rumahku dari monster, jadi tak perlu khawatir soal mereka.

"Cih, ini tak ada habisnya, mereka seperti lautan, bahkan melihat dasar tanah pun tak bisa sama sekali."

"Kerumunan mereka itu puluhan jutaan. Kalau berjalan bersama-sama, tentulah semua akan berhimpitan, tetapi itu menguntungkan."

Iya, benar, itu menguntungkan. Kalau mereka terpencar dalam jumlah kecil misal puluhan atau ratusan saja, itu malah akan merepotkan.

Sama seperti yang kubicarakan sebelumnya, seluruh kemampuan kami pikirkan dan gunakan, termasuk sihir berefek ledakan mirip bom nuklir atau atom.

Hanya saja, berbeda dengan bom buatan manusia yang menggunakan bahan kimia. Sihir ini meninggalkan mana yang sudah tidak bisa digunakan lagi.

Bayaran itu setimpal untuk menggunakan sihir sebegini besar kerusakannya. Mau bagaimana lagi, lebih baik begini daripada seluruh manusia terbunuh bukan?

Kalau ada progress bar sama seperti di game, katakanlah pertarungan ini baru berjalan empat persen saja, masih terlalu lambat. Bahkan satu juta monster pun belum terbantai, hampir sih.

"Menghemat tidak akan gunanya kalau begini. Kalau tadi menggunakan sihir, kalau yang ini beneran harus menggunakan bom nuklir asli."

"Seriusan? Sejak kapan kau membuatnya?"

"Sejak aku mengira pertarungan terakhir akan menjadi pertarungan terbesar."

Dengan cepat aku memerintahkan para pegawaiku untuk mengirimkan bom nuklir dalam bentuk roket seperti zaman dulu ke arah kerumunan monster.

Dalam waktu beberapa menit setelah kuperintahkan, bisa kukonfirmasi bahwa nuklir itu mengenai kerumunan itu dari kejauhan.

Satu bom nuklir saja? Tentu tidak, puluhan bom nuklir kulancarkan dengan daya ledak yang paling mengerikan.

Dan hebatnya lagi, satu bom nuklir saja sudah mampu membantai ratusan ribu dalam satu serangan. Puluhan? Itu berhasil membunuh sekian juta yang pasti di atas sembilan juta.

Ini bukan senjata api lagi masuknya, senjata nuklir. Daya ledaknya yang beradius beberapa puluh kilometer itu benar-benar diperhitungkan matang-matang untuk menghasilkan yang terbaik.

"Kill confirmed. Sekarang sudah 39 persen yang terbunuh."

"Bagus!! Empat kali lebih cepat dari yang tadi. Lanjutkan pengeboman! Pastikan setiap bom nuklir yang terkirim, membunuh ratusan ribu bahkan jutaan."

Jangan katakan kami pecundang tidak membunuh dengan kedua tangan kami sendiri, dengan kekuatan kami sendiri. Ini sudah saat terpojok, tidak akan ada pilihan lain.

Normalnya tentu kami akan membunuh sendiri, tetapi kali ini hanya akan ada pilihan untuk membunuh menggunakan seluruh akal.

Setiap menitnya dan setiap bom nuklir yang diluncurkan, itu terus menambah jalannya progress bar jumlah monster yang berhasil dieksterminasi.

Jumlahnya masih di bawah tiga per empat dari yang harus kami bunuh, tetapi itu bukan masalah selama aku terus berjuang dan menunggu.

Walau mengandalkan bom nuklir, aku dan teman-temanku juga tidak berhenti berjuang. Ada beberapa monster yang sudah memiliki tingkat evolusi tinggi, mudah beradaptasi.

Itu artinya, ledakan bom nuklir pun tidak cukup membunuh mereka karena tingkat adaptasi mereka ada pada titik yang mengerikan hebatnya.

"Jangan gunakan bom nuklir para kota-kota yang masih terhuni banyak warga. Gunakan yang setidaknya ada jarak lebih dari lima puluh km."

Radius ledakan tidak melebihi dari dua puluh km, dan efek samping yaitu radiasinya tidak akan menyebar terlalu jauh, jadi aman.

Juga karena nuklir sudah banyak berkembang selama ratusan tahun ini, efek samping yaitu radiasi juga limbahnya berhasil ditekan, jadi cukup aman.

Tentu banyak perubahan mengubah menjadi lebih baik, tetapi sebaiknya juga jangan terlalu mengandalkan banyak bahan berbahaya seperti ini lain kali.

"Sin!! Para monster yang bertahan dari bom nuklir dalam pandangan."

"Maju! Serang bagian vitalnya dan susupi mana yang tidak stabil hasil dari ledakan nuklir. Sekali lagi setelah itu, ledakan dengan bunga api dari gesekan pedang atau sihir."

"Dimengerti rencana itu, ayo!!"

Dengan sigap otakku langsung berpikir rencana yang sudah setengah matang sebelumnya. Kali ini, karena situasi menekan, aku juga beradaptasi dalam hal berpikir cepat dan hebat.

Mau bagaimana lagi, kalau berlelet-lelet sedikit saja, maka selesailah riwayatmu. Apalagi monster kelas evolusi sembilan belas bahkan dua puluh juga raja monster, mereka super tangguh.

Namun, dengan cara dan tanggapan yang tepat, semuanya pasti mungkin, tidak ada yang mustahil. Asal mau berusaha dan pantang menyerah saja, bukankah ini perjuangan?

"Horiaaa!!!"

Normalnya aku tidak akan menyuarakan pekikan perang, tetapi agar membuat semangatku terbakar dan meluap-lupa, aku teriakkan saja dengan sekencang-kencangnya.

Ditambah juga dengan sihir akselerasi yang menjadi andalanku, aku maju tanpa pantang mundur. Kujamin, matamu tak akan mampu membaca kecepatan pergerakanku.

Di antara semua sihir yang ada, hanya sihir akselerasi yang paling sering kugunakan. Sihir-sihir lain mungkin hanya sekali pakai bahkan.

Namun itu bukan masalah, intinya seberapa bergunanya sihir tersebut pada situasi dan kondisi waktu itu. Namanya juga sihir, tidak bisa digunakan sembarang bukan?

Dan juga, kalau bertanya alasan kenapa sihir akselerasi bukan yang lain? Karena dampak seranganku agar lebih besar dengan memanfaatkan momentum dari percepatan itu.

Daya rusak serangan normalku saja sudah cukup keras, jadi, dengan memacunya oleh gaya Newton ketiga aksi reaksi yang menyebabkan momentum itu, akan menjadi lebih kuat.

Jangan kira bertarung itu asal-asalan, tentu tidak. Bahkan di saat genting, atau normal sekalipun, fisika yang simpel seperti ini sudah membantu.

Kalau yang mau lebih merusak, ya belajarlah kuantum fisika yang sering terarah pada sebuah bom. Bukankah bom atom itu juga sebuah aplikasi dari fisika? Walau aplikasi yang merusak sih.

"Gaya petarung cepat memanglah kamu Sin."

"Kata seorang yang menggunakan gaya kekuatan kasar, bukankah begitu Jurai?"

"Huh, bukankah kau sendiri yang bilang, kita unik dibidang kita masing-masing."

"Tentu, aku ingat itu, dasar petarung alami."

Siapa yang tidak ingat coba gaya bertarung milikku dan Jurai. Berulang kali kujelaskan pun, tidak akan pernah berubah cara kami maju ke pertarungan.

Berbeda sedikit denganku. Jika aku mengambil sihir pemercepat akselerasi, Jurai menggunakan sihir yang meningkatkan kinerja kedua kaki dan tangannya.

Tidak perlu seluruh tubuh, Jurai lebih andal dalam menggunakan sihir ini. Bisa dibilang, normalnya sihir pemerkuat berlaku ke seluruh tubuh, tetapi boros mana tentunya.

Dengan partial pemerkuat, tidak hanya dampak serangannya masih sama, tentu juga tidak usah membuat mana untuk memperkuat bagian tubuh yang tidak dipakai menyerang.

Memang itu memungkinkan, tetapi bagi yang tidak terbiasa, pastilah tidak mungkin. Aku saja tidak bisa. Jurai memang melatihnya sendiri dan sudah jadi kartu yang sering dipakainya.

"Dasar kalian, selalu mengandalkan sihir andalan kalian. Kenapa tidak seperti diriku yang menggunakan sihir All-Round? Bahkan sihirku jumlah macamnya ada ribuan."

"Tentu, tentu. Kau sedari dulu memang kan hanya riset soal sihir dan sihir. Kalau kami mah beda. Toh, aku juga bisa membuat sihirku sendiri."

"Cih, kau memang licik Sin menggunakan kekuatan dewa pencipta untuk itu. Namun aku tidak khawatir, toh efeknya masih lebih baik milikku."

Ada yang perlu disadari. Karena terlalu sering aku membuat sihir secara mendadak artinya tidak diriset penuh, ada beberapa kekurangan yang cukup berarti.

Walau begitu, tentu sihirnya masih bisa aktif. Hanya saja, terkadang mengorbankan kekuatannya untuk bisa lebih efektif, atau menimbulkan efek samping merusak ke alam atau pengguna.

Berbeda pastinya kalau ingin membandingkannya dengan sihir buatan Shin. Tentu namanya menggunakan sihir, pasti harus ada yang dikorbankan. Hanya saja, korbannya tidak besar.

Ini yang membedakan sihir buatan langsung dan sihir yang dirancang dari sebuah riset. Begitu pula alasan yang membelakangi Shin tetap unggul dibidang sihir.

"Ya, ya tukang maniak sihir. Kenapa kau tidak menjadi pesulap aja kalau begitu? Sihir buatanmu terlalu banyak, itu akan menarik."

"Hei!! Jaga ucapanmu. Aku—eughh, sialan. Gara-gara berbicara dengan kalian, fokusku teralih. Sudahlah, kembali bertarung dulu."

"Heh, ya."

Karena emosi Shin tersulut oleh ucapan kami yang menyatakan sebuah candaan, Shin jadi beralih fokus dan menerima sebuah serangan walau masih bisa ditahan efeknya.

Itu tidak memberikan banyak kerusakan, hanya saja Shin terpental oleh serangan dari monster yang ada di hadapannya. Mau bagaimana lagi, namanya bertarung, memang harus fokus.

Pertarungan ini sudah hampir sampai dipenghujung, aku tak akan menyia-nyiakan hal apa pun lagi. Sebisa mungkin, aku harus cepat menghadapi yang tidak bisa dibunuh oleh nuklir.

Selain itu, masih juga ada yang sudah menyusup masuk ke perkotaan, jadi tentu tak akan mengirim bom untuk memusnahkannya. Itu tujuan terakhir kami.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C351
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ