Erissa dan Azazel memutuskan untuk saling bekerja sama, Erissa membutuhkan Azazel untuk melawan roh jahat itu dan Azazel membutuhkan Erissa untuk menyelamatkan Zedva dari kegelapan tubuhnya sendiri.
Kekuatan sihir Azazel adalah kegelapan, sebuah sihir yang jarang orang punya dan dianggap sihir tabu yang jahat, padahal semua itu tergantung pengguna sihir tersebut. Azazel memiliki skill pengikat artinya Azazel bebas ingin mengikat apa saja menggunakan sihirnya.
"Mantra Pengikat!" Seru Azazel mengeluarkan sihirnya.
Rantai hitam yang memiliki aura kegelapan muncul dari bawah tanah, dengan cepat mengikat kedua pergelangan tangan dan kaki Zedva.
Zedva memberontak dengan kuat tetapi rantai pengikat tersebut jauh lebih kuat dari yang dibayangkan.
"Aku tak bisa menahannya terlalu lama, sebaiknya cepat sadarkan." Azazel memberitahukan hal itu pada Erissa sebelum dirinya kembali ke dalam tubuh Erissa.
Erissa mengangguk paham dan perlahan menghampiri Zedva yang masih saja terus memberontak.
"Bagaimana caranya." Gumam Erissa sambil terus berjalan ke arah Zedva.
Erissa memegang pundak Zedva yang masih meronta, Erissa tak kuat menahan tangis, dirinya benar-benar tak tau apa yang harus dilakukannya.
"Maaf, a-aku tak tau harus bagaimana untuk menolongmu, kumohon bantu aku Zedva." Erissa terisak-isak, dirinya memeluk dan memukul-mukul dada Zedva.
Zedva pun mendengar isakan Erissa, tak menyangka gadis yang selalu terlihat kuat ini bisa menangis seperti yang di lakukannya saat ini. Hati nya terasa pedih melihat Erissa yang seperti ini, dirinya pun tak tau harus bagaimana untuk bisa keluar dari sini.
"Erissa!" Panggil Zedva dari dalam tubuhnya sendiri.
Erissa langsung saja menghentikan tangisannya ketika dirinya mendengar Zedva memanggil namanya.
"Aku sendiri sebenarnya tak tau bagaimana caranya kembali ke tubuhku! Namun kumohon, tunggu sebentar lagi! Tersenyumlah, tak kusangka kau sekarang secengeng ini Saeri!" Jabar Zedva dengan keras.
Erissa langsung saja berhenti menangis,
"siapa yang kau panggil cengeng huh? Tepati perkataan mu atau akan kuhancurkan tubuhmu." Ancam Erissa, sedikit senyuman muncul di wajahnya.
"Yap, tunggu saja."