ดาวน์โหลดแอป
23.07% Penyesalan Seorang Istri / Chapter 3: Sakit Hati

บท 3: Sakit Hati

Kini, Aku hanya bisa menatapnya dalam diam, Rasanya aku telah kehabisan kata-kata untuk menanyakan semua ini kepadanya.

" Ha ha ha .... kenapaaa, kamu terkejut ya ?! ha ha ha ha .... Gue ini kan salah satu fans mu, jadi Gue musti tahu semua tentang dirimu, yang penting Gue tidak pernah mengganggu privasi mu dan membuat dirimu takut sama Gue", Hansen berkata dengan santainya sambil menyedot air di dalam botol minuman yang ada di tangannya, dia telah menjawab sedikit rasa penasaran ku namun dari perkataannya semakin membuat isi kepala ku ini menjadi penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang baru lagi.

"Aku takut sama kamu !" jawab ku, sambil menyedot minuman ku, karena aku tidak dapat menolak minuman kesukaan ku ini.

" Waduh !! kenapa ? Gue ini bukan penjahat loh ?! malah Gue ini pingin banget jadi pelindung kamu, buktinya ini pertama kalinya Gue bisa nyasar sampe sini, karena Gue pingin banget ngejagain kamu dari orang-orang yang jahat dimalam ini !"

Aku sempet tertawa kecil dan menggelengkan kepala ku saat mendengar jawaban darinya, karena aku tidak mengerti mengapa juga dia bisa mengikuti diriku hingga sampai di sini. Apa sesungguhnya yang ingin dia dapatkan dariku sehingga dia benar-benar niat sekali mengikuti ku.

" Kamu itu sebenarnya mau apa, jujur ya... jika kamu seperti ini, aku bisa saja langsung menuduh kamu itu memang orang jahat ! siapa tau aja... kamu itu tukang hipnotis, pencopet atau bisa juga kamu itu perayu wanita yang nanti akan kamu jual setelah kamu mendapatkan nya !"

Aku berkata dengan tatapan mata yang sedikit membesar kepadanya, jujur saja aku sebenarnya ingin sekali menyudahi pertemuan ini, karena isi kepala ku saat ini hanyalah wajah Ibu dan Ayah, namun bibir ini sangat kelu untuk berkata jujur kepadanya jika aku ingin segera pulang ke rumah karena aku takut kepada Ayah dan Ibu ku menjadi marah jika aku nanti telat sampai di rumah.

" Ha ha ha ha .... kamu ini kenapa jadi jahat gini sih ! kita ini kan bertemu bukan sekali atau dua kali, tapiii .... memang ini adalah momen pertama kali kita bisa ngomong berduaan seperti ini, karena kalo di Mall itu susah sekali Gue untuk ngedeketin kamu !".

Aku terdiam seribu bahasa saat mendengarkannya, Jujur saja saat ini aku tidak dapat berkata apapun untuk membalas perkataannya, karena aku masih tidak percaya melihat tingkahnya yang bisa seperti ini.

" LETTA !!!!"

Tiba-tiba mata ku langsung membesar dan botol yang ku pegang pun langsung terjatuh seketika, karena aku benar-benar terkejut dengan suara panggilan namaku dan kenyataan yang ada di hadapan ku saat ini.

" Sedang apa kamu disini !!! AYO PULANG... !!"

suara Ayah seperti sedang menyambar diriku yang sedang terpaku tidak berkutik sama sekali saat ini, karena ternyata saat ini Ayah sudah berdiri tepat di samping ku. Jangankan Hansen, semua mata yang sedang lalu lalang pun langsung tertuju melihat kearah ku, Ayah tidak memberikan aku waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ini dengan cepat Ayah menarik tangan ku untuk masuk kedalam mobil. Ingin sekali rasanya aku menolak perlakuan Ayah yang seperti ini kepadaku, jika Ayah memarahiku saat aku di rumah aku pasti bisa menerimanya namun saat ini Ayah memperlakukan ku seperti ini di tengah banyaknya mata yang sedang melihat kearah ku dan membuat ku menjadi seperti orang yang paling bersalah di kehidupan ini. Sungguh aku tidak pernah bermimpi jika aku akan mendapatkan kesialan nasib yang seperti ini.

Aku hanya bisa melihat Hansen yang berdiri terpaku menatap kepergian ku, aku paham dan bisa menerima tentang sikapnya yang jadi seperti ini, dia hanya bisa terdiam melihat ku dan tidak berani mengeluarkan sepatah katapun untuk ku. Namun aku tahu jika saat ini didalam hati Hansen pasti mempunyai perasaan yang sama denganku.... tapi sayang karena itu bukanlah perasaan cinta melainkan perasaan bersalah karena pertemuan kita berdua saat ini.

Didalam mobil ini mata ku sama sekali tidak berani melihat ke arah Ayah, meskipun itu hanya punggung Ayah, aku benar-benar tidak berani melihatnya. Jantung ini terus berdegup kencang dan juga isi kepala ku yang terus berusaha mencari kata-kata yang terbaik untuk menjelaskan semua apa yang sebenarnya Ayah lihat di warung tadi. Aku tidak ingin melihat Ayah nanti menjadi marah tanpa alasan yang jelas begitu juga dengan Ibu, aku tidak mau melihat Ibu mengeluarkan air mata sambil mengelus-elus dadanya meratapi kesalahan yang telah aku buat.

" Cepat turun ! lalu kamu minta maaf sama Ibu mu, karena dia sangat mengkhawatirkan dirimu dari tadi !".

Suara Ayah membuatku terkesiap karena tanpa ku sadari ternyata mobil ini telah berhenti di carport depan rumah ku.

Dengan anggukan kepala aku menjawab perkataan Ayah lalu Aku pun langsung turun dari mobil dan langsung masuk kedalam rumah. Aku sempat berniat langsung masuk kedalam kamar ku karena aku tidak berniat untuk beradu argumentasi dengan Ayah dan Ibu malam ini.

" LETTA !!"

Langkah ku langsung berhenti ketika suara keras Ibu telah menyambut kedatangan ku. Buyar sudah rencana yang akan ku lakukan saat ini, jangankan untuk masuk kedalam kamar ku, untuk menaruh tas dan buku-buku ku saja saat ini aku sudah tidak bisa lagi. Kini aku hanya bisa mempersiapkan diriku untuk menerima segala kata-kata yang akan Ayah dan Ibu ucapkan kepada ku.

" Kamu ini darimana ? kamu lupa jika kamu ini seorang perempuan ! untuk apa kamu keluyuran hingga malam !" ucap Ibu tanpa memberikan aku waktu untuk menghela napas ku agar aku benar-benar bisa bersabar untuk menghadapi amarahnya.

" Dia itu tadi sedang berduaan di pinggir jalan dengan seorang laki-laki !"

Tiba-tiba Ayah menjawab pertanyaan Ibu, membuat mataku ini terbelalak karena aku tidak percaya jika Ayah bisa mengatakan hal itu kepada Ibu.

" APAA... !!!"

Laksana cambuk petir yang sedang menggores jantung ku, saat aku mendengar suara Ibu yang berteriak tepat di wajah ku.

Sungguh aku tidak percaya jika Ayah dan Ibu bisa semarah ini kepadaku. Aku berfikir kesalahan yang kulakukan ini tidaklah fatal ataupun berdosa tapi saat ini aku sungguh tidak percaya jika Ayah dan Ibu bisa menuduhku dengan gambaran-gambaran yang ada di pikiran mereka saat ini kepadaku.

" Ooh... jadi kamu sudah berani punya pacar ! kamu sudah merasa hebat ya Sekarang !"

ucap Ibu dengan tangannya yang menunjuk-nunjuk tepat di kening ku.

" Letta , apakah kamu sudah terkena rayuan lelaki itu, sehingga kamu sudah bisa melawan Ayah dan Ibu !?"

Ayah pun tidak mau mengalah dengan Ibu, Ayah menambahkan lagi pertanyaan kepada ku yang semakin membuat diriku menjadi bingung dan serba salah. Rasanya ingin sekali aku berteriak saat ini untuk menghentikan semua pertanyaan-pertanyaan yang sangat konyol sekali untuk di lontarkan oleh Ayah dan Ibu.

----->

Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,

agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih

kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,

Chand.

NB :

Instagram : @Divanandadewi

Facebook : @Chandrawati2019


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C3
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ