ดาวน์โหลดแอป
78.87% Penjaga hati Zara / Chapter 112: Pilihan

บท 112: Pilihan

Hembusan angin menerpa wajah cantik Aura, hawa dingin menyusup kesela pori-pori kulit, gadis berbalut piyama biru muda itu berdiri di balkon menikmati pemandangan langit yang sepi bintang, bulan pun entah bersembunyi dimana.

Benaknya mengingat ucapan Tristan,, maju sebagai pemenang atau mundur sebagai pecundang adalah pilihan saat ini. Disatu sisi dia masih sangat mencintai Aldi, tapi disisi lain ada cara untuk belajar melupakan perasaannya.

Sesekali ia menggigit kukunya yang berkuteks maroon,, kebiasaan yang selalu ia lakukan saat tengah bimbang.

Pria bernama Tristan Handoko,, cucu tunggal pewaris Sempurna Grup sungguh membuat nya tidak tenang,, belum lagi tentang ultimatum yang ia layangkan,, benar-benar membuat Aura tidak habis pikir.

"apa yang harus aku lakukan Al..,"desisnya memandang gambar dirinya dan Aldi di layar ponsel.

.

"belum tidur Ra...," suara nyonya Lidya membuat Aura terhenyak "kamu.. masih memikirkan ucapan Tristan??"

Aura mengerenyitkan dahi,, dari mana mama nya tahu kalau hal itu yang mengganggu pikirannya.

Hening,,

Aura tidak berminat bicara pada mamanya,, sejak Nyonya Lidya memutuskan menikah lagi dengan Derry,, sejak itu Aura menutup diri dan membuat jarak diantara mereka.

Perlahan wanita yang telah melahirkan Aura merapikan rambut panjang sang putri yang berserakan diwajah karena diterpa angin.

"Nyonya Diana cerita sama mama,, kalau Tristan sudah bicara sama kamu tentang pertunangan kalian.. bagaimana menurut mu? apa kamu setuju?"

Aura menengadah, dia sudah yakin ucapan Tristan pasti atas dasar rencana yang dibuat oleh Oma Diana dan mamanya.

"pendapat aku penting ya ma?? aku setuju atau tidak mama pasti akan tetap lakukan" sinis Aura paham betul sifat mamanya.

"sudah saatnya kamu melupakan Aldi..."

"apa ma?? Aldi itu cinta sama aku ma...,,"

"mama mohon Aura,, berhenti berpikir seperti itu.. Aldi tidak cinta lagi sama kamu..,"

Aura mendengus kasar tidak terima pernyataan mamanya. "ngga ma.. Aldi cuma cinta sama aku.."

"itu dulu.." sergah nyonya Lidya membalikkan tubuh putri satu-satunya hingga mereka berhadapan. "dengar.. kamu harus paham,, cinta tidak seperti ini.. kalau dia memang cinta sama kamu tidak mungkin dia mempertahankan rumah tangga nya,, dia pasti memperjuangkan cinta kalian..."

Rasa sesak kian memenuhi rongga dada,, Aura melorot kelantai,, nyonya Lidya memeluk tubuh putrinya, sementara deraian airmata membasahi pipi halus sang desainer. Sudah lama ia tidak memeluk Aura seperti ini.

"Aldi cinta sama aku ma..." lirih Aura dalam dekapan sang mama.

"cukup mama melakukan kesalahan nak..mama mau kamu menemukan kebahagiaan seutuhnya tanpa melukai siapa pun... kamu berhak bahagia.." Nyonya Lidya ikut berderai air mata, hatinya sama sakit seperti Aura, tetapi dia memang harus segera hentikan sebelum putrinya makin terluka lagi karena cinta yang tidak seharusnya ia kejar.

"Zara yang harus pergi bukan aku,,, Aldi cuma cinta sama aku..." tubuh Aura bergetar hebat ia tak sanggup lagi menahan gejolak dalam jiwanya yang meronta.

"dengerin mama sekali ini saja.. kamu pasti bisa melupakan Aldi,,, Tristan pria yang baik, mama yakin kalian bisa saling mencintai..." Nyonya Lidya memegang kedua pipi Aura yang kini tatapannya kosong melompong, lalu kembali memeluk gadis yang tengah nelangsa oleh perasaannya sendiri.

***

Aldi memandangi pantulan dirinya dari cermin, malam ini dia memakai piyama merah muda polos berbahan katun yang disiapkan istri nya untuk tidur. Sementara dia sibuk melihat ke cermin Zara sibuk memasang kancing piyama suaminya, maklum satu tangan lagi masih belum lepas gif, terpaksa Zara yang membantu memasangkan baju suaminya lalu mengancing kan..

"apa tidak salah aku pakai warna pink ini.." protes Aldi memelas, bagaimana kalau ada yang lihat dia memakai piyama merah muda.

"sudah lah jangan banyak protes.. kau cukup cantik dengan piyama itu.." ujar Zara tersenyum bahagia,, sudah lama dia membeli piyama couple bewarna merah muda,, tapi Aldi selalu menolak memakai nya,, saat tidak berdaya begini lah kesempatan Zara bisa membuat Aldi mengenakan piyama itu.

"Selfi dulu..." Zara menyodorkan wajah mereka kekamera depan ponselnya " ayo senyum..." titah Zara pada si muka manyun, terpaksa saja Aldi tersenyum, lalu mereka mengambil gambar dengan beberapa gaya.

"Baiklah waktunya tidur,, besok kita bisa pulang kerumah lagi..." ujar Zara bersemangat membaringkan tubuh suaminya diatas ranjang rumah sakit.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C112
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ