ดาวน์โหลดแอป
8.12% Obsession of Love / Chapter 26: Vero Sakit

บท 26: Vero Sakit

Keesokan paginya, Kirana datang ke sekolah dengan hati yang bahagia. Kirana menyusuri koridor kelas, ia berjalan dengan penuh semangat, dipegangnya tali tas yang digendong punggungnya.

Sesampainya di kelas, seperti biasanya, Kirana meletakkan tasnya, dan mengambil buku di dalam tasnya, untuk dibaca.

Kelas masih kosong, Kirana hanya sendiri saja di kelas, namun itu sudah sering terjadi bagi Kirana, bisa dibilang Kirana adalah murid yang paling teladan di kelasnya, atau bahkan malah murid teladan satu sekolah.

Kirana fokus membaca buku yang ada di hadapannya. Ia nampak terus menyunggingkan senyuman di bibirnya.

Namun, sudah banyak murid lain yang datang, tetapi Kirana tidak melihat kedatangan Vero. Kirana menghentikan kegiatan membacanya, ia melihat ke arah luar melalui pintu kelas, namun tidak dilihatnya tanda-tanda kedatangan Vero.

Membuat Kirana bertanya-tanya, kenapa Vero belum datang juga, apakah terjadi sesuatu padanya. Pikiran Kirana melayang kemana-mana, mengkhawatirkan Vero.

Sudah lama Kirana menunggu Vero, namun Vero tidak datang, sampai saat lonceng pertanda jam pertama akan dimulai, Vero masih juga belum muncul.

Saat pelajaran berlangsung, kebetulan wali kelas lah yang mengajar.

"Pagi anak-anak … apa kabar kalian semua?" sapa wali kelas Kirana yang baru saja masuk ke kelas.

Semua murid menjawab dengan serentak.

"Oh, iya … Clarissa, temanmu Vero yang duduk di samping Kirana, tidak masuk karena sakit, tadi walinya menelepon saya, jadi tolong tulis di daftar hadir, kalau ia tidak bisa masuk dengan keterangan sakit," ucap wali kelas pada sekretaris kelas Kirana.

"Baik bu," jawab sekretaris kelas tersebut.

Kirana yang mendengar kabar itu pun, langsung membelalakkan matanya. Bagaimana mungkin Vero bisa tiba-tiba sakit, padahal kemarin Vero baik-baik saja.

"Astaga!" teriak Kirana spontan.

Seisi kelas itu pun langsung mengalihkan perhatian mereka pada Kirana. Kirana yang menyadari bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian orang pun, langsung menutup rapat-rapat mulutnya dengan kedua tangan.

"Ada apa Kirana?" tanya wali kelasnya yang sedang akan memulai pelajaran.

Kirana yang sangat malu saat itu pun, langsung kikuk dan menyeringai, menampilkan deretan giginya.

"Tidak apa-apa, bu. Saya hanya kaget saja tadi," ucap Kirana menjawab wali kelasnya.

Wali kelas Kirana pun menggeleng, kemudian melanjutkan kegiatan mengajarnya.

Kirana langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil memukul pelan keningnya, karena ia merasa sangat malu saat ini.

Bukan tanpa alasan Kirana tiba-tiba berteriak, itu karena Kirana ingat bahwa kemarin saat ia akan pulang bersama Vero, ia dan Vero terjebak hujan, sehingga membuat mereka terpaksa berteduh dan menunggu hujan di halte sekolah.

Bahkan Vero malah meminjamkan sweater yang ia pakai untuk Kirana, mungkin karena itulah Vero menjadi sakit, dan tidak bisa sekolah hari ini.

Sudah dua pelajaran berlalu, kini Kirana duduk di taman belakang kelasnya, sambil memegangi buku yang tadi belum selesai ia baca tadi pagi.

Tiba-tiba….

"Hai, Kirana … sedang apa disini sendiri?" sapa Levi.

Kirana yang sedang melamun memikirkan keadaan Vero saat ini, langsung terkesiap saat namanya dipanggil.

"Levi … kamu mengagetkanku," ucap Kirana.

Levi pun tersenyum. "Itu karena kamu disini melamun, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan, Kirana?" tanya Levi.

Kirana berpikir sejenak, kemudian kembali fokus pada Levi yang menunggu jawaban darinya.

"A--aku … sedang mencari udara segar saja," jawab Kirana asal.

Levi pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Tapi, kenapa kamu sendirian disini? Kemana Vero?" tanya Levi.

"Vero sedang sakit, jadi tidak bisa sekolah hari ini," jawab Kirana dengan wajah sedih.

Levi mengerutkan keningnya. "Sejak kapan dia sakit? Sepertinya kemarin, ia masih sekolah," tanya Levi.

"Baru hari ini," jawab Kirana.

"Apakah kamu akan menjenguknya hari ini?" tanya Levi.

Kirana nampak berpikir sejenak setelah mendapat pertanyaan dari Levi.

"Sepertinya begitu," jawab Kirana.

Levi mengangguk paham. "Apakah aku boleh ikut menjenguk Vero juga?" tanya Levi memastikan.

Kirana kembali berpikir sejenak, ia memikirkan, apakah tidak akan terjadi sesuatu jika Levi ikut bersama dengannya untuk menjenguk Vero. Apakah Vero tidak akan marah karena itu. Semua pertanyaan itu muncul di pikiran Kirana, membuat Kirana bingung harus menjawab apa kepada Levi.

"Aku janji, aku tidak akan banyak bicara di sana, aku juga ingin menjadi teman Vero, jadi aku juga ingin menjenguknya," ucap Levi dengan wajah tulus.

Kirana juga dapat merasakan bahwa Levi mengatakan itu dengan tulus, membuat Kirana benar-benar bingung saat ini.

"Baiklah, tapi kumohon … jangan buat keributan apa pun di sana," ucap Kirana.

Levi yang mendengar jawaban Kirana pun, langsung tersenyum, dan mengangguk dengan semangat.

Setelah beberapa jam, mereka harus mengikuti pelajaran, akhirnya jam pulang sekolah datang. Sehingga membuat Kirana yang biasanya akan pulang jika kelas sudah sepi oleh murid-murid, namun kali ini berbeda, Kirana pulang sebagai murid yang pertama keluar kelas, membuat beberapa murid yang paham dengan Kirana langsung memperhatikannya.

Namun Kirana tidak menghiraukan mereka semua, Kirana langsung menghampiri Levi yang sudah menunggu di depan kelasnya.

Kirana dan Levi langsung berangkat menggunakan mobil Levi, menuju rumah Vero.

Setelah beberapa menit, mereka sudah sampai di rumah Vero, seperti biasanya, rumah Vero nampak sepi, seperti tidak berpenghuni, namun tetap terawat.

Kirana dan Levi langsung menuju pintu rumah Vero dan mengetuk pintu itu.

Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka, dan ternyata Paman Rudolf lah yang membukakan pintu untuk mereka.

"Kirana … apakah sudah lama kamu menunggu?" tanya Rudolf.

"Tidak paman, kami baru saja sampai dan mengetuk pintu rumah paman," ucap Kirana sambil tersenyum sopan.

Kemudian Rudolf mengangguk paham. Rudolf langsung mengalihkan pandangannya menuju Levi yang hanya diam saja, mengikuti Kirana.

"Sepertinya aku sudah pernah bertemu denganmu," ucap Rudolf memandangi Levi, sambil menyipitkan matanya untuk mengingat-ingat wajah Levi.

"Ini Levi paman, yang waktu itu juga bertemu dengan paman, saat paman menjemput Vero," jelas Kirana.

Rudolf langsung mengangguk paham mendengar penjelasan Kirana.

"Ada perlu apa Kirana?" tanya Rudolf.

"Apa benar paman, Vero sakit?" tanya Kirana.

"Oh, iya benar, Kirana … Vero memang sakit, ia mengalami demam, mungkin karena terkena hujan sedikit kemarin, dia begitu lemah," jawab Rudolf dengan nada bercanda.

"Apa kami boleh menjenguknya, paman?" tanya Kirana.

"Oh, tentu saja, Kirana … silakan masuk, kamu juga Levi," ucap Rudolf, mempersilakan Kirana dan Levi untuk masuk.

Kini mereka mengikuti Rudolf yang menunjukkan kamar Vero. Rudolf membuka kamar Vero perlahan. dan kini mereka melihat Vero sedang terjaga, dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Kirana…." ucap Vero kaget saat melihat Kirana ada di kamarnya.

Namun yang tidak kalah membuat Vero kaget, adalah Levi yang juga ada di kamarnya saat ini. Vero yang melihat itu pun berniat untuk menutup wajahnya dengan selimut, namun ia ingin menatap wajah Kirana. Sehingga membuat Vero harus menahan emosinya kepada Levi.

"Kalau begitu paman keluar sebengar ya," ucap Rudolf.

Kemudian Kirana dan Levi menganggukkan kepala sopan.

"Bagaimana keadaanmu, Vero?" tanya Kirana sambil memperhatikan wajah Vero yang pucat pasi.

"Aku tidak apa-apa, Kirana … ini hanya demam, jadi tidak perlu khawatir," jawab Vero.

Kirana menundukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Vero.

"Maafkan aku, Vero … karena kamu meminjamkan sweatermu kemarin, kamu jadi sakit begini," ucap Kirana merasa bersalah.

"Tidak Kirana, kamu tidak bersalah sama sekali," ucap Vero.

"Ta--tapi, aku sudah membuatmu jadi sakit begini," ucap Kirana.

"Sebenarnya aku tadi ingin sekolah, tetapi karena pamanku yang begitu khawatir, membuat aku tidak diperbolehkan untuk sekolah," jelas Vero.

"Apakah ada yang sakit?" tanya Kirana.

Vero yang mendengar pertanyaan itu pun langsung tersenyum, meskipun wajahnya begitu pucat.

Vero menunjuk dadanya. "Ini sakit, karena tidak bertemu denganmu hari ini," ucap Vero.

Kirana yang mendapat gombalan dari Vero pun, langsung tersipu malu dibuatnya.

"Vero…." ucap Kirana malu-malu.

Sedangkan Levi yang juga ada di sana, hanya bisa diam, karena ia sudah berjanji untuk tetap diam dan tidak membuat keributan disini.

Sementara Vero dan Kirana, keduanya sama-sama tersipu malu, meskipun ada Levi di sana, namun mereka seperti tidak menganggap keberadaan Levi di sana.


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C26
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ