"Duh, untung aja dia hilang ingatan, kalau enggak pasti udah habis sama gengnya Dona."
"Iya, bener banget, tuh."
"Kenapa pindah ke sini, ya?"
"Entahlah." Gadis berkucir kuda menjawab tak acuh.
Skala mencoba untuk tak mengacuhkan bisik-bisik tentangnya, juga tatapan penuh selidik dari teman-teman barunya. Sampai di dalam kelas, Skala langsung duduk di bangkunya, deretan dekat jendela bangku paling belakang. Skala harus bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sekolah barunya. Tatapan dan bisik-bisik yang membicarakan tentangnya. Tatapan tajam dari Binar, juga tingkah menyebalkan lelaki itu.
Seperti tadi saat dia melewati gerbang sekolah ROMA, Skala bisa merasakan tatapan tajam milik Binar yang melubanginya dari lapangan basket. Sama seperti saat kali pertama dia menginjakkan kakinya di sekolah ini, pagi ini Binar dan teman-temannya juga tengah nongkrong di pinggir lapangan basket.