"Kau baik-baik saja?"
Yunsoul menyadari sikapnya yang diam saja sejak keluar dari bioskop. "Iya. Aku baik-baik saja. Hanya aku berpikir tentangnya."
Taeil mengernyitkan dahi. "Siapa?"
"Werewolf," ujar Yunsoul. "Makhluk itu bisa punya perasaan seperti manusia dan tidak jahat. Justru manusialah yang sebenarnya jahat itu." Yunsoul melihat laki-laki di sampingnya. "Apa kau percaya adanya werewolf?"
Termangu. Taeil tidak menyangka kalau Yunsoul akan menanyakan itu. "Hm... Iya. Bukankah Tuhan juga menciptakan makhluk selain manusia?"
"Benar juga."
"Yunsoul. Kau juga percaya makhluk itu ada?" Kali ini Taeil yang bertanya tentang werewolf. Ia ingin mengetahui jawaban langsung.
"Sepertinya aku mulai percaya," jawab Yunsoul.
"Bagaimana bisa?" Taeil cukup terkejut dengan jawaban Yunsoul.
"Kejadian akhir-akhir ini yang membuatku percaya. Aku tidak bisa menjelaskan lebih rinci."
Taeil mengangguk-angguk pelan. Kemudian, ia berhenti berjalan. Yunsoul juga ikut berhenti. Mendengar apa yang akan dikatakan Taeil lagi.
"Jika aku werewolf seperti Cheol Soo, maka aku ingin kau yang jadi Kim Sooni-nya."
Yunsoul terdiam mendengar penyataan itu. Dia melihat Taeil tersenyum, lalu menjadi serius.
"Tapi, aku tidak mau akhir cerita seperti mereka," ungkap Taeil. "Aku ingin bersamamu selamanya, Kim Yunsoul."
***
Kedua pasang mata tidak lepas dari seorang laki-laki berambut kecokelatan yang tengah berjalan keluar dari sebuah kantor. Lantas, laki-laki itu masuk ke mobil hitam yang terparkir. Youngjoo dan Hansol sudah berada di luar tempat Jaeseok bekerja sejak pukul empat sore. Ternyata mereka harus menunggu pria itu selesai bekerja sampai pukul delapan malam. Entah apa yang dilakukannya sehingga baru keluar kantor pada jam itu. Di dalam mobil, Youngjoo menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri untuk menghilangkan pegal.
Mengikuti mobil Jaeseok, Hansol segera menyalakan mobil dan melajukannya. Ada jarak supaya Jaeseok tidak curiga kalau diikuti. Sejak kemarin-kemarin sebenarnya Hansol sudah menghubungi Jaeseok dari nomor yang didapatkannya. Namun, pria itu tidak pernah menjawab. Sehingga Hansol menyakini kalau ia harus menemuinya langsung jika ingin mendapatkan informasi dari pria itu.
Persis seperti perkiraan Yunsoul kemarin bahwa Lee Jaeseok akan pergi lagi ke klub malam yang berada di pinggiran perkotaan. "Jadi, ini tempat yang dimaksud Yunsoul itu? Aneh. Kenapa ada klub malam di daerah ini? Biasanya di dalam perkotaan kan, Oppa?"
"Entahlah," sahut Hansol. "Ayo kita masuk juga." Hansol turun dari mobil jipnya setelah orang yang diikutinya terlebih dahulu masuk ke dalam bangunan. "Kita jangan langsung menemuinya. Kita lihat dulu apa yang ia lakukan di dalam."
Youngjoo mengangguk. Ia mengikuti Hansol. Ini adalah kali pertamanya masuk ke klub malam, tempat yang tidak pantas didatangi pelajar sepertinya. Namun, karena urusan pekerjaan, Youngjoo mengabaikan aturan itu. Ia justru penasaran bagaimana rasanya berada di tempat seperti itu.
Seperti yang dilihatnya di film atau di internet, klub malam dilingkupi oleh musik yang mendominasi ruangan serta lampu berkelapan. Di sini di mana cukup banyak orang yang menari, para perempuan berpakaian minim, serta minuman beralkohol menjadi identik.
Pandangan Youngjoo dan Hansol menyapu tempat itu. Mencari seseorang yang diikutinya. "Di mana dia?" tanya Youngjoo dengan suara yang agak dikeraskan karena suara musik.
"Youngjoo. Kau ke lantai dua dan lihat keberadaannya."
Dengan agak sulit, Youngjoo melewati orang-orang yang sedang menari. Menaiki tangga, lalu mengedarkan pandangannya setelah berada di lantai atas. Beberapa orang berdiri sambil memegang minuman mereka di pinggir dekat pegangan pengaman. Di sana beberapa sofa dan meja terisi oleh orang-orang yang bercengkrama.
Tidak sengaja. Youngjoo bertabrakan dengan orang yang lebih tinggi darinya. "Maaf," ucapnya lalu melihat siapa yang ditabraknya. Youngjoo kaget. "Yuta?"
Laki-laki yang dikenal Youngjoo itu bereskpresi datar dan dingin. "Untuk apa kau di sini?"
Youngjoo menggigit pelan bibir bawahnya. "Itu..." Saat ia akan menjawab, Youngjoo melihat orang yang dicarinya dari jarak cukup jauh sedang duduk sambil meneguk minuman. Youngjoo menarik tubuh Yuta supaya bisa menutupinya. Kemudian, melihat kembali Jaeseok dari sisi kiri laki-laki yang ada di dekatnya.
Yuta memperhatikan tindakan Youngjoo beberapa saat. Lengan Youngjoo ditarik sehingga posisinya kembali berhadapan dengannya. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Kau tahu dia?" Youngjoo menunjukkan siapa yang dimaksud.
Yuta menoleh pada laki-laki yang tengah duduk menikmati minuman bersama dua orang perempuan di kedua samping laki-laki itu. Ia melihat lagi Youngjoo.
Sementara di belakang Youngjoo, seorang perempuan memperhatikannya. Cara dia melihat Youngjoo seperti melihat mangsa. Yuta mengetahui itu, sedangkan Youngjoo jadi menengok ke belakang, mengetahui siapa yang dilihat Yuta.
Youngjoo merasakan tangan kiri Yuta memeluk pundaknya, tanpa lepas dari pandangan yang beradu dengan perempuan itu. Yuta mengatakan hal yang membuat Youngjoo lebih terkejut.
"Dia punyaku."
Perempuan yang merupakan vampir itu tidak setuju. Dia menatap tidak suka pada Yuta, tapi hanya sebentar. Sebab, dia juga takut pada vampir asli. Bukan manusia yang berubah jadi vampir seperti dirinya.
Youngjoo tidak mengerti. "Apa maksudmu?" tanyanya setelah perempuan tadi pergi.
"Cepat pergi!"
"Aku tidak mau." Youngjoo menolak. "Aku harus bicara dengan laki-laki itu dulu."
Yuta kembali melihat siapa yang dimaksud Youngjoo. Lantas beralih melihat Youngjoo kembali.
***
Berkat bantuan Yuta, Hansol dan Youngjoo bisa meminta keterangan pada Jaeseok. Kini di dalam sebuah mobil hitam milik Jaeseok, terdapat dua orang. Pemilik mobil itu dan Hansol. Youngjoo berada di luar mobil. Berniat mengucapkan terima kasih pada Yuta. Ia masih ingat bagaimana Yuta mendatangi Jaeseok ke mejanya. Mengucapkan beberapa kata. Kilat mata Yuta membuat Jaeseok langsung mengiyakan.
"Terima kasih. Karenamu –"
"Sana pergi!" sela Yuta. Pemuda itu pun kembali masuk ke bangunan.
Youngjoo memperhatikan kepergian Yuta. Berpikir sejenak tentangnya. Kemudian, ikut masuk ke mobil Jaeseok. Youngjoo duduk di jok belakang dan langsung mendengar perkataan Jaeseok.
"Sudah kubilang untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Sepertinya kau punya banyak waktu luang."
"Pekerjaan kami memang untuk itu." Hansol mempertegas. "Kematian Choi Seunghyun bukanlah bunuh diri. Bukan begitu? Masalah apa yang menyebabkan dia ikut campur?"
"Jika kau memaksa, aku akan beritahu." Jaeseok menjeda. "Aku tidak tahu masalah apa. Yang jelas dia berurusan dengan seorang wanita."
"Seorang wanita?" tanya Hansol. "Siapa wanita itu?"
"Aku tidak ingin mengetahuinya kalau aku jadi kalian. Wanita itu... sangat menakutkan."
Youngjoo mendengarkan pembicaraan mereka. Dia penasaran siapa yang dimaksud Jaeseok.
"Siapa namanya?"
"Ara..."
"Park Ara?"
Jaeseok terkejut. "Bagaimana kau bisa tahu?"
***