ดาวน์โหลดแอป
14.28% Navillera. / Chapter 1: Prolog
Navillera. Navillera. original

Navillera.

นักเขียน: lyrachae

© WebNovel

บท 1: Prolog

"Naara awas!!!" Terlambat, peringatan dari seorang teman Naara tidak berhasil membuat Naara menghindar karena kini sebuah Bola telah mengenai bahunya.

Tak hanya sebuah bola, tetapi sebuah bola penuh lumpur yang ditendang dengan sangat keras oleh seorang siswa. Dan kini, seragam putih Naara terkena imbasnya.

"Astaghfirullah Naara? Kok lo disitu sih? Kan kotor tuh bajunya kena bola gue." Ya, si pemilik sekaligus pelaku yang menendang bola tadi menghampiri Naara.

"ORION GILA! BAJU GUE KOTOR ANJIR!" Teriak Naara yang membuat beberapa temannya menutup telinga saking melengking nya suara gadis itu.

"Ya lagian lo udah dikasih tau sama Sam juga." Elak Orion membela diri.

"SAM NGASIH TAUNYA TELAT ANJIR." Serentak mereka yang berada di lapangan menutup telinganya.

"Tuh Sam lo ngasih taunya telat... Mana itu bola abis masuk solokan." Mendengar ucapan Orion, seketika semua temannya menutup telinga dan bersiap.

"HAH? AAAAAAAAKKKKKKKK"

*✿❀ - ❀✿*

Naara Henrietta Arunika. Siapa yang tidak mengenal ketua OSIS galak yang memiliki suara melengking tinggi itu. Jika sebagian ketua OSIS memiliki aura wibawa, tidak dengan Naara yang tidak terlihat seperti ketua OSIS.

Tapi tenang saja, kinerja gadis itu sebagai ketua OSIS bukan main. Meski beberapa siswa laki-laki kadang kesal mendengar lengkingan suara Naara. Untung saja Naara cantik, begitu pikir beberapa siswa.

Orion Varsha Dhananjaya. Tak hanya Naara yang terkenal, musuh bebuyutan Naara semenjak kelas sepuluh itu juga terkenal tak hanya di kalangan siswa, tapi juga di kalangan para guru.

Bukan karena wajahnya yang tampan. Iya sih dia tampan, tapi kelakuannya yang tidak kadang tapi sering membuat hampir semua orang beristighfar itu yang membuat ia dikenali oleh seluruh warga sekolah.

"Seragam lo kemana emang Ra?" Naara mendelik kesal.

Karena ulah Orion, Naara kini hanya menggunakan kaus olahraga dan almamater OSIS. Rasanya Naara ingin membunuh laki-laki bernama Orion itu.

"Heh lo ditanyain juga." Tegur Aria menyadarkan Naara.

"Si Orion biasa." Jawab Naara seadanya.

"Kenapa lagi tu bocah?" Tanya Zura yang sebelumnya juga menanyakan seragam Naara.

"Gatau lah. Rasanya kalau bunuh orang dapet pahala, gue dah bunuh tuh anak satu." Keluh Naara gemas.

"Sumpah Ra, hati hati ntar lo malah suka sama dia." Naara terdiam mendengar ucapan Aria.

Sebenarnya, Naara juga pernah menyukai Orion. Pertengkaran yang selalu terjadi setiap hari mengubah perasaannya menjadi rasa suka. Namun rasa itu berakhir begitu saja dan kini ia sudah tidak memiliki rasa apapun pada Orion, selain rasa kesal karena sering mengganggunya tentu saja.

Tak ada yang mengetahui perasaan Naara saat itu, termasuk Aria dan Zura yang merupakan sahabat Naara.

"Selamat pagi ketua OSIS." Panjang umur, Orion tiba-tiba menyapa Naara.

"Ini siang bego." Tegur Sam, sahabat Orion.

"Ngapain lo?" Tanya Naara tentu saja dengan nada bicara yang tidak santai.

"Galak banget sumpah. Lo dicariin tuh sama Pak Sapril." Ujar Orion sambil duduk dan mengambil sebuah bakso dari mangkok Zura.

"PUNYA GUE!" Teriak Zura terkejut, Orion tentu saja hanya terkekeh.

"Astaga!!! Proposal pensi belom gue serahin." Sedetik setelah mengatakan itu, Naara pergi meninggalkan teman-temannya.

"Temen lo pikun ya." Ujar Orion yang melihat Naara berlari kencang.

"Kalau lagi pikun, dia bukan temen gue. Kalau lagi pinter dia temen gue." Ujar Zura menanggapi ucapan Orion.

"Fake friend lo." Tuduh Sam sambil duduk di tempat Naara tadi.

"Ih lo mah gak tau candaan. Gak asik." Kesal Zura.

"Asikin dong makanya." Jawab Sam lagi.

"Gak jelas lo." Zura kembali memakan sisa bakso yang sebelumnya sudah Orion curi itu.

"Udah tau gak jelas, masih lo tanggepin." Akhirnya Aria berbicara, sebelumnya ia sibuk dengan makanannya dan tidak mempedulikan apa yang terjadi di depannya.

Sementara itu di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda, Naara berlari dari ruang OSIS menuju ruang kesiswaan sambil membawa lembar proposal yang sudah ia siapkan seminggu ini.

"Bisa-bisanya gue lupa." Gumam Naara sambil berlari.

Namun saat ia akan melewati tikungan, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang hingga Naara terjatuh. Naara meringis merasakan pantatnya mengenai lantai.

Naara menoleh ke orang itu dan tiba-tiba Naara terdiam. Orang itu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, apalagi untuk membantu Naara.

"Kala..." Tanpa sadar Naara menggumamkan nama orang yang menabraknya tadi.

"Ah proposal." Ingat dengan tujuan awalnya, Naara bangun dan kembali berlari ke ruang kesiswaan.

Beberapa belas menit, Naara akhirnya keluar dari ruang kesiswaan. Ia menutup pintu ruang itu dan bersandar didepannya. Perlahan ia menghela nafas.

Satu yang menggangu pikirannya kali ini, ialah Kalandra Mangata.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C1
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ