ดาวน์โหลดแอป
38.37% My Teacher My Husband / Chapter 71: Ch. 71

บท 71: Ch. 71

Sehun, Suzy, Chanyeol, Baekhyum dan juga Kai. Duduk dalam diam, tak tahu harus bagaimana lagi, mereka pusing, bagaimana cara mengeluarkan Jiyeon dari kesulitan hidup anak itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Baekhyun frustasi, menjambak rambut bersurai madu miliknya lalu menghentakan kakinya kesal.

"Sudahku bilang. Berhenti ikut campur, sem-"

"Apa maksudmu?! Dia itu sahabat kami dan kau bilang jangan ikut camp-"

"Semakin kalian ikut campur maka semakin kalian menyakiti Jiyeon!" Tanpa sadar, Sehun membentak pemuda kecil di depannya ini, Baekhyun. Tersulut emosi juga Sehun, sedari tadi ia katakan untuk berhenti ikut campur, dan manusia labil dihadapannya ini semakin keras dengan pilihan mereka.

"Semakin kalian berusaha mengeluarkannya dari istana mikik ayahnya, maka semakin ia terkurung dalam sangkar emas disana." Ujar Sehun, memejamkan matanya sesaat lalu kembali menatap Baekhyun. "Apa yang kalian, remaja yang baru saja lulus SHS bisa lakukan untuk melawan pria tua dengan segudang pengawal? Kalian ingin mengantarkan nyawa kalian pada malaikat pencabut nyawa?" Tanya Sehun. Langsung dan tepat, membuat empat remaja itu diam di kursi mereka. Bahkan istrinya juga terdiam parah.

"Setidaknya kalian harus memiliki saham untuk bisa menikahi anaknya." Gumam Sehun, itu satu-satunya cara. Tapi sangat mustahil bukan? Tidak mungkin jida dia yang harus mel-

"Kalau begitu kau lamar saja Jiyeon." Itu suara Suzy. Berkata tanpa berfikir panjang.

Brak.

Suara hempasan sendok itu membuat Suzy sadar akan apa yang ia katakan. Terlihat jelas jika Sehun tak suka, lihatlah bagaimana ekspresi Sehun. Rahang mengeras, gigi bergemeletuk dan wajah yang memerah padam.

Takut? Tentu saja, tapi ia sudah mengatakannya, tak mungkin ia tarik lagi bukan. Tanggung basah mandi sekalian saja.

"Apa kau sudah berfikir akan hal itu Bae Suzy?" Oke, Suzy takut. Sehun sudah menyebut marga ayahnya, itu pertanda buruk. Kemarahan Sehun tak akan terhindar lagi. Percayalah.

"Hanya itu caranya." Ujar Suzy.

"Pernikahan tidak sebercanda itu Bae Suzy." Desis Sehun. Cukup sudah pemikiran kekanakan istrinya ini.

"Kapan kau akan dewasa? Huh." Tanya Sehun. Mengabaikan tiga makhluk di depannya ini dan memusatkan perhatiannya pada Suzy.

"Aku sudah." Bela Suzy. "Lagi pula aku hanya memintamu melamar'kan hingga dia bebas dan kau bisa membatalkan lamarannya itu setelahnya. Aku tidak memintamu menikahinya." Ujar Suzy, bagaimanapun ia juga tak rela jika Sehun menikahi Jiyeon. Bisa habis terbakar cemburu ia setiap hari.

"Kau pikir sebelum aku menikahimu aku tidak melamarmu?" Tanya Sehun, entah kenapa Sehun hanya bertanya sedari tadi. Suzy tidak mengerti.

"Kau bisa membatalkann-"

"Aku memang bisa membatalkannya." Sela Sehun. "Setelah itu aku akan dengan terpaksa memecat ratusan karyawanku, kehilangan pegawai tetbaikku dan kau akan berubah status menjadi mantan istriku!" Jelas Sehun.

Kai, Chanyeol, dan Baekhyun tertegun. Sehun tak main-main. Mereka pernah mendengar itu dari ayah mereka. Pembatalan hubungan antar perusahaan itu tak semudah membalik telapak tangan, apa lagi dengan perusahaan dengan presdir macam ayah Jiyeon.

"Kau bisa bertanya pada mereka bertiga." Telunjuk Sehun mengarah pada tiga manusia yang hanya diam termagu sedari tadi. Mereka tak seharusnya ikut campur dengan masalah pelik pasangan suami istri ini. Ck.

Anggukan kaku Suzy dapatkan, juga bonus dengan kepergian Sehun dari dalam cafe. "Kenapa tidak kalian katakan?!" Kesal Suzy. Meraih tasnya lalu melenggang pergi menyusul Sehun.

"Dia tidak bertanya dan apa yang harus aku katakan? Dasar aneh." Sungut Baekhyun. Mengunyah kasar buah melon yang menjadi kekasih ice creamnya saat ini.

**

"Aku akan mengantarmu." Ujar Sehun dingin. Tak menoleh sedikitpun pada istri mungilnya yang saat ini ketakutan padanya.

"K.. kau akan kemana? Kau tidak ikut pulang denganku?" Tanya Suzy, memegang lengan Sehun secara spontan dan menghasilkan kekehan tak ikhlas dari Sehun.

"Aku ada rapat direksi." Jawab Sehun.

"Aku ikut."

"Kau akan mati bosan menungguku."

"Tak apa. Aku ikut."

"Terserah."

Setelahnya Suzy hanya bisa terdiam. Ini kali pertamanya Sehun semenyeramkan ini, dan sedingin ini padanya. Dan juga ini karena ulahnya sendiri.

"Sehun." Panggil Suzy. Menoleh pada pria tampannya yang saat ini hanya fokus pada jalanan di depannya.

"..." tak ada jawaban, dan Suzy sudah cukup pintar untuk menyimpulkan bahwa itu adalah bentuk kekecewaan Sehun padanya.

"Sehun, maafkan aku." Cicit Suzy. Menundukan kepalanya dengan jari yang saling meremas di atas pahanya.

"Kita sampai." Balas Sehun. Langsung mematikan mesin mobilnya lalu keluar begitu saja, menyisakan istri mungil tercintanya.

"Huft.. oke, ini memang salahmu Suzy, jadi wajar." Hibur Suzy pada dirinya sendiri. Mengikuti jejak Sehun dan mengekor di belakangnya.

Suzy kikuk tentu saja, bagaimana tidak? Hampir seluruh pegawai Sehun membungkuk hormat padanya, bahkan ada yang memanggilnya dengan sebutan, 'ibu presdir'. Bangga ia, malu juga ia, sedih apa lagi, pasalnya Sehun sama sekali tidak melirik walau hanya sebentar padanya.

Apa lagi yang lebih sesak dari itu?

Ting.

Pintu lift terbuka, tanpa basa-basi Sehun langsung saja masuk kedalamnya. Dan sial bagi Suzy, entah datang dari mana gerombolan pria tua itu dan langsung saja masuk kedalam lift. Membuat Suzy harus terpisah lumayan jauh dari Sehun, lengkap dengan beberapa centi meter jarak mereka.

"Ugh." Suzy terhuyung, ini yang dibenci Suzy sejak zaman dahulu kala. Menaiki lift hanya akan membuat perutnya mual karena sensasi aneh saat ada rasa seperti terombang-ambing di atas ombak laut.

Dan tentu saja, Sehun tau benar akan hal itu. Tapi tetap saja, pria itu hanya menatap lurus kedepan dengan mata tajamnya.

Ting.

Pintu lift terbuka, Suzy tau benar jika ini bukan lantai yang akan dituju Sehun. Ia sangat hafal berapa lama ia harus di dalam lift hanya untuk menuju ruangan Sehun.

Wanita cantik dengan pakaian minim bahan masuk, dress ketat bewarna merah dengan belahan dada rendah sehingga mencetak bagaimana bentuk payudara dan bokongnya itu, sepatu hak tinggi dengan ujung runcing berwarna senada dengan bajunya, ah dan juga jangan lupakan! Bagaimana bibir merah berpoles lipstik merah darah itu tersenyum menggoda pada Sehun.

"Akan aku cabik-cabik wajahmu!" Gumam Suzy pelan. Mendengus kesal saat tubuh wanita tadi merapat pada Sehun. Dan Suzy yakin jika melon besar itu menempel di lengan Sehun saat ini.

"Ugh." Suzy membekap mulutnya sendiri. Ia sudah tak tahan ingin muntah, rasanya benar-benar menjijikan. Seperti isi perutmu diaduk-aduk dengan mesin mixer.

Tubuhnya oleng, hampir saja mendarat mulus di atas kaki para bawahan Sehun itu jika Sehun tidak segera menangkap tubuhnya.

"Ahh." Suzy bersumpah akan benar-benar mencabik wajah wanita menyebalkan itu. Bagaimana mungkin dia bisa mendesah mulus seperti itu hanya karena bersinggungan dengan Sehun. "Aku saja yang sudah melakukan lebih dengan Sehun masih tak berani mendesah bebas seperti itu." Sial. Pipi Suzy bahkan memerah hanya karena mengingat beberapa malam lalu.

Suzy mendelik sinis tubuh berbalut dress merah itu, memicingkan matanya lalu mulai berkomat-kamit. "Dadanya memang besar, bokongnya juga berisi, dan tubuhnya benar-benar sekseeeeh." Bathin Suzy. Menatap wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Suzy akui jika ia kalah jauh. "Bahkan tubuhku hanya seperti isi anak pensil." Kembali membathin miris saat tak sengaja melihat dada kecilnya.

"Seksi memang, hanya saja terlihat seperti bitch." Gumam Suzy tanpa sadar. Mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Sehun saat ia rasa perutnya kembali mual.

**

Mata Suzy membulat besar, dia baru saja keluar dari toilet yang berada di ruangan Sehun, dan apa yang harus ia lihat saat ini.

"Kau lagi?!" Geram Suzy. Mempercepat langkahnya mendekati Sehun dengan nafas berderu keras.

Coba bayangkan, suamimu fokus dengan berkas di atas mejanya dan seorang wanita dengan sengaja duduk di samping berkas, tepat diatas meja. Menyampingkan rambutnya sehingga memperlihatkan leher putih mulus nan jenjang miliknya. Merendahkan tubuhnya hingga memperlihatkan belahan dada, dan jangan lupakan! Posisi duduk sedikit mengangkang yang memperlihatkan aset berharganya. Garis bawahi dengan tinta merah!!

"Dasar wanita sialan!!!" Maki Suzy.

Sret.

Bruk.

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DNDYP


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C71
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ