ดาวน์โหลดแอป
76.21% My Teacher My Husband / Chapter 141: Ch. 141

บท 141: Ch. 141

Jesper menata diri di depan cermin dengan tangan yang memasang dasi di lehernya. Ini hari pertama si sulung magang dan tetap tidak ada ekspresi di wajah tampannya.

"Brooootheeeer!" Pekik Jinyoung antusias.

Brak.

Mendobrak pintu kamar Jesper dengan cengiran bodoh dan Haowen yang tertonggok bahagia di punggung sempitnya.

"Jeth broooooh." Kali ini si bungsu yang melambai dengan kedua tangan yang memegang kotak bekal.

"Kenapa kalian ribut sekali pagi-pagi?" Tanya Jesper menghadap pada kedua adiknya. Dan lagi acara memasang dasinya sudah selesai.

"Mana tath hyung?" Tanya Haowen dengan senyum yang mengembang lebar. Bahagia sekali nampaknya si kecil pagi ini.

"Di atas ranjang, kenapa?" Jesper menunjuk ranjangnya yang tergeletak tas diatasnya.

"Aku dan Jinyoung hyung membuatkan bekal. Jangan lupa hyung makan ya." Ingin rasanya Jesper menolak, bekal? Yang benar saja! Tapi saat melihat raut bahagia dan juga kerja keras adiknya, Jesper jadi tidak tega.

"Baiklah. Terima kasih." Ujar Jesper seraya mengusap kedua kepala adiknya. Jesper tidak gugup sebenarnya, hanya saja rasanya aneh jika bertemu dengan daddynya di tempat kerja. Kenapa? Jesper itu anti tunduk pada siapapun, terkecuali keluarganya. Dan jika di tempat kerja otomatis Sehun bukan keluarganya bukan?

Jesper lelah duluan jika seperti ini.

"Baiklah. Kita sarapan sekarang." Ajak Jesper. Membawa sekalian ranselnya yang masih tergeletak di atas ranjang dengan keadaan yang membengkak karena kotak bekal dari adiknya.

**

Di meja makan sudah ada Sehun yang menunggu dengan tenang. Membaca beberapa email yang masuk lalu berdecak sendiri entah karena apa.

"Dad?"

Sehun menoleh saat putranya memanggil dan juga pelukan erat yang ia rasakan di lehernya. "Pagi son." Sapa Sehun.

"Pagi dad." Balas mereka bertiga. Duduk di kursi masing-masing dan mulai mengambil nasi untuk asupan pagi harinya.

"Jesper." Panggil Sehun.

Menoleh. Jesper menatap Sehun dengan tangan yang berisi ayam goreng yang masih melayang di udara, niatnya ingin di beri pada Haowen sebenarnya.

Sret.

"Aitth!" Kesal Haowen dan merebut begitu saja saat ayamnya tak juga mendarat di piringnya.

"Lama." Dengus Haowen kesal.

"Maaf brother." Ujar Jesper dan mengusak kepala Haowen yang hanya mengutuk kecil padanya. "Ada apa dad?" Tanya Jesper pada akhirnya.

"Ini kunci mobil dan bawa yang ada di garasi." Perintah mutlak ini saudara-saudara.

"Tapi da-"

"Tidak ada tapi-tapian. Kau sudah punya surat izin dan kantor jauh dari sini." Diam beku saja Jesper jika sudah seperti ini. Tuan Besar sudah bicara dan apa daya? Yang berlaku hanya anggukan kepala.

"Baiklah." Pasrah saja Jesper jika seperti ini, sungguh.

"Baiklah, waktunya berangkat. Ingin pergi bersama?" Tawar Sehun dengan tangan yang menyambar jas hitamnya.

"Tidak. Terima kasih." Jesper menggeleng dengan ajakan daddynya. Yang benar saja! Walau Jesper sudah sangat sering ke kantor Sehun ya tetap saja. Jika itu sebagai anak Sehun, maka kali ini Jesper datang Mahasiswa magang. Tidak lebih.

"Baiklah. Daddy berangkat." Pamit Sehun. Urusan cuci-mencuci piring itu urusan di duo bungsu yang tinggal di rumah.

"Hati-hati." Ini ucapan yang tepat jika mereka sebagai anak yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan rajin beribadah.

Drrt... drrrt... drrt...

Ponsel si sulung bergetar, menampilkan nama Lucas di sana.

'Lucas Kingkong is calling'

Kira-kira seperti itu namanya.

"Dimana kau sayang? Sudah berangkat?" Bukannya mendapat ucapan selamat pagi atau apa, Jesper malah mendapat ucapan aneh macam ini. Euwh.

"Akan berangkat. Tunggu di Kantor saja." Semakin lama berbasa-basi dengan si Kingkong ini semakin lama pula urusannya. To the point saja.

"Oke sayang. Hati-hati di jalan, i love you." Ingin di umpati, tapi ini masih pagi. Tidak di umpati makin menjadi-jadi.

"Berisik!" Dengus Jesper. Mematikan sepihak sambungan telepon yang tiba-tiba saja membuat panas telinganya.

Drrt... drrt... drrt...

Baru saja akan bernapas lega Jesper, panggilan lain kembali masuk dalam ponselnya.

'Xukun Beruk is calling.'

Kali ini bukan sejenis Kingkong, tapi sejenis dan masih satu keluarga dengan Simpanse si hewan langka.

Ingin rasanya Jesper reject saja, tapi ya mau bagaimana lagi. Jesper kasihan. Angkat sajalah.

"Dimana kau Kingkong?" Baru akan menarik napas, tapi Jesper sudah di kata-katai. Kan kesal. Apa tadi? Kingkong? Yang Kingkong itu the one and only just Lucas!

"Akan berangkat. Aku matikan!" Naik juga kadar gula Jesper jika seperti ini setiap pagi. Cepat berkeriput Jesper nanti.

Setelah meneguk susu coklat yang di buatkan Sehun tadi pagi, Jesper melenggang menuju garasi tak lupa dengan ucapan penyemangat untuk dua adiknya. "Selamat mencuci piring dan membersihkan rumah adik-adik sayang."

"Terkutuk kau hyung." Pekik Jinyoung dan Haowen murka.

**

Tiga serangkai baru saja memasuki kawasan perusahaan. Bukan apa-apa, tapi mereka sudah menjadi pusat perhatian. Jesper terlebih lagi. Putra Oh Sehun.

"Kemana kita akan melangkah?" Tanya Xukun dengan tas yang sudah tersandang rapi di bahunya.

"Langsung menghadap HRD dan direkturnya." Itu suara Jesper. Sehun pasti sudah sampai dari tadi di gedung mewah berlantai puluhan ini.

"Sekarang?" Lucas sekali bodoh ya tetap bodoh. Lelah Jesper pemirsa.

"Tahun depan Kingkong!" Sungut Xukun. Tolong ya, bodoh Lucas itu di kondisikan. Kasihan masa depannya nanti.

"Itu bukannya Jesper? Putranya Oh Sehun?"

"Mana? Iya benar kau benar! Jadi dia magang di sini?"

"Waw, bukannya sebelumnya tidak ada yang bisa magang di perusahaan kita?"

"Dia anak Oh Sehun tidak ada yang tidak mungkin."

Telinga Jesper sudah sangat panas sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia dan teman-temannya datang sebagai Mahasiswa magang, tidak mungkin jika Jesper main tangan langsung bukan?

"Tulikan saja telinga." Bisik Lucas. Kasihan sebenarnya, hanya saja Jesper bukan tipe makhluk hidup yang akan suka di kasihani.

"Jangan, pura-pura tidak mendengar saja." Bisik Xukun tak mau kalah. Malas sekali punya teman tuli, macam Jesper apa lagi. Normal saja tingkahnya sudah memuakan, apa lagi jika tuli? Makin memuakan!

"Jangan berisik. Kalian membuat telingaku panas." Sungut Jesper. Dia di apit oleh manusia-manusia menyebalkan macam dua temannya ini. Berbisik-bisik terlebih lagi. Mencapai titik tertinggi sudah mendidih darah Jesper.

Lucas dan Xukun pura-pura tuli. Bersenandung dengan kepala yang menoleh kiri-kanan seakan-akan tak mendengar apa yang baru saja Jesper katakan.

"Kalian yang akan magang?" Tiba-tiba saja si Kim Jajangmyeon muncul di depan mereka. Menodong dengan pertanyaan tak sebenarnya tidak perlu mendapat jawaban. Retoris!

"Iya. Kemana kami harus menghadap?" Tanya Xukun sopan. Karena apa? Diantara mereka hanya Xukun yang akan memberikan kesan baik pada saat pertama kali bertemu.

Jesper dan Lucas? Berharap saja yang banyak.

"Ikut aku." Suruh Suho. Berjalan di depan si tiga serangkai agar para anak ayam itu tidak berkeliaran kemana-mana tanpa status yang jelas.

Lama dalam diam, Jesper sadar jika ini adalah jalan menuju ruang kerja Sehun. Apa mereka akan langsung menghadap direkturnya?

Tok... tok... tok...

"Presdir, Mahasiswa magang sudah datang." Setelah mengetuk pintu, Suho langsung saja membukanya. Tak menghiraukan para anak ayam yang masih berdiri di depan pintu karena tidak ada ajakan masuk sama sekali.

"Suruh mereka masuk." Ujar Sehun datar. Seperti biasa, mode pemimpinnya sedang bekerja.

Mendengar kata masuk, Jesper, Lucas, dan Xukun mengetuk pintu terlebih dahulu dan masuk menampakan batang hidung mereka.

Tok... tok... tok...

"Silahkan duduk." Tunjuk Sehun mengarah pada sofa panjang yang biasanya menjadi alas duduk ketiga putranya jika datang berkunjung.

"Kau bisa keluar." Ujar Sehun pada Suho yang hanya mengangguk dan permisi undur diri.

Setelah tiga anak ayam duduk, Sehun duduk di depan mereka. Membawa satu berkas dan tifa tanda pengenal yang akan ia berikan pada tiga Mahasiswa ini.

"Ini tanda pengenal kalian. Dan kita langsung saja pada pembagian Departemen dimana kalian akan di letakan nanti." Membuka berkasnya dan memberi tanda pengenal masing-masing. Sehun masih saja datar seperti biasa. Tak menghiraukan Jesper yang berstatus sebagai anaknya.

"Cai Xukun kau di bagian pemasaran, Wong Yukhei kau di bagian keuangan, dan Oh Jesper kau di bagian produksi." To the point. Sehun tak mau ambil pusing dan langsung saja pada inti pembicaraan mereka.

"Dan perkenalkan namaku Oh Sehun. CEO dan juga direktur utama di perusahaan ini. Semoga kalian betah di sini." Lucas hampir saja mimisan melihat Sehun dengan kharismanya yang seperti ini. Sebagai pria saja ia ingin meleleh. Apa lagi para kaum hawa?

"Kalian bisa mendatangi sekretarisku dan memintanya untuk mengantarkan kalian pada departemen masing-masing. Sekian." Berdiri dari duduknya dan tersenyum kecil sebagai formalitas.

"Terima kasih." Seperti biasa, Xukun akan menjadi perwakilan dan membungkuk sopan, "mohon bantuannya selama kami berada di sini."

"Tak masalah."

**

Jesper hampir saja mengutuk dan menyumpah serapahi semua karyawan ayahnya. Jesper bukan tipe orang yang akan peduli pada omongan tak bermutu orang lain, tapi kali ini berbeda. Darahnya benar-benar sudah mendidih hingga ke ubun-ubun.

"Dia putra Presdir bukan? Oh Jesper?"

"Bukannya perusahaan tidak mengizinkan adanya Mahasiswa magang?"

"Apa karena dia putranya?"

"Ini akan merepotkan, tapi kita benar-benar harus baik-baik padanya jika tidak mau dia melapor pada Presdir Oh."

Cukup sudah!

Jesper sudah benar-benar naik darah!

"Jika ada yang tidak kalian suka dariku, langsung katakan padaku! Aku datang kesini sebagai Mahasiswa magang, bukan sebagai putra Oh Sehun." Mengatur emosi, Jesper kembali menatap orang-orang di sekitarnya. "Dan lagi tidak perlu berlaku baik padaku karena aku tidak butuh!"

Skakmat.

Semua karyawan di sana menunduk kecil. "Kami minta maaf."

"Aku tidak butuh!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK YOU.

DNDYP.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C141
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ