ดาวน์โหลดแอป
0.49% My promise / Chapter 1: prolog
My promise My promise original

My promise

นักเขียน: lusy_gunadi

© WebNovel

บท 1: prolog

Milly pov,

Entah bagaimana caranya, aku bisa berada di sini. Namun, aku tidak tahu dan tak mau ambil pusing, karena di sini tempat dimana aku tidak pernah merasa kesepian, semua orang menyayangi kami tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Robert House adalah rumah bagi kami untuk saling berbagi kasih sayang, melindungi kami dari kejamnya kehidupan di luar sana.

Di tempat ini aku mengenalnya, sosok yang melindungiku layaknya seorang kakak kepada adiknya, lebih dari sahabat,dan dialah kekasih masa kecilku.

Kedengarannya bullshit banget, gadis kecil seperti diriku, yang masih berusia 5 tahun terpesona kepada seorang anak laki-laki yang terpaut 1 tahun diatasku.

***

Akhirnya yang kutakutkan menjadi kenyataan.

Mendengarnya membuat tubuhku menggigil gemetaran. Shock melihatnya tersenyum kepada mereka, dia menerimanya. Menyambut kasih sayang yang mereka tawarkan kepadanya.

Nicky memeluk orang tua asuhnya, lalu menoleh sesaat ke arahku yang berada jauh di belakangnya.

"Mom! bolehkah aku menemuinya untuk terakhir kali?" tanya Nicky dengan polosnya. Orang tua angkatnya mengangguk sambil mengusap kepalanya dengan penuh rasa sayang.

Nicky menghampiriku dan menarik tanganku ke taman yang ada di belakang bangunan ini.

Sesampainya disana, ia langsung memelukku. Mataku mulai berkaca-kaca berusaha menahan tangisanku agar tidak meledak saat itu.

"Kamu mau pergi meninggalkanku disini?" tanya gadis kecil yang tak lain diriku, sambil mengigit bibir bawahku.

"Ya.. aku akan pergi.. tapi suatu hari, aku pasti kembali untuk mencarimu!" kata Nicky dengan yakin.

"Benarkah?! berjanjilah nik.. " ucapku dengan polosnya sambil menujukkan jari kelingkingnya.

"Janji! selamanya kita tetap bersama!Tunggulah aku Mil.. " jawab Nicky sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milikku sebagai simbol janji diantara mereka.

Lalu Nicky mengeluarkan sesuatu dari balik kantong celana.

" Ini untukmu " seru Nicky sambil memberikan gelang perak berinisial N.

"Woah.. terimakasih nik! ini sangat cantik!" pekikku kesenangan sambil menerima gelang tersebut.

" Sini aku pakaikan! " tawar Nicky, dijawab anggukan kepala olehku.

" Cantik! Lihatlah... aku juga memilikinya dengan inisial M " seru Nicky antusias.

" Dari mana kamu mendapatkan benda ini? " tanyaku dengan rasa penasaran.

" Aku meminta bunda Lily membelikannya, sebagai permintaan terakhirku di sini " jawab Nicky dengan polosnya.

" Hiks.. hiks.. nik.. aku pasti merindukan mu" ungkapku sendu.

"Jangan menangis! jika sudah besar nanti, aku pasti mencarimu! aku juga pasti merindukan mu " hibur Nicky sambil memeluk tubuhku dengan erat. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, karena aku masih terus menangis dipelukkan Nicky.

Cup!

Nicky mencium pipiku.

"Aku menyayangi mu!" ungkapnya.

"Jangan lupakan aku " pintaku sendu. Nicky menganggukkan kepala lalu berlalu.

Akhirnya ia pergi meninggalkan aku disini. Sejak kepergiannya dari panti asuhan ini, aku tak berhenti menangis dan menyendiri di kamarku. Semua petugas panti berusaha merayuku, tapi semua sia-sia saja.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan aku masih menangisi kepergiannya. Aku benar-benar merindukan sosoknya hingga suatu hari, ada gadis yang sebaya denganku berusaha mendekatiku.

"Hai! aku Retta! siapa namamu?" tanya Retta ragu.

"Mau apa kamu kesini?!" seruku dengan ketus.

"Mau kenalan.. siapa namamu? " tanya Retta cuek sambil mengulurkan tangannya kehadapanku.

" Aku tidak mau kenalan dengan mu!" sahutku sambil berdiri lalu meninggalkan Retta sendirian.

Retta terus mencoba mendekatiku, walau pada akhirnya aku meninggalkannya dan tidak menyambut uluran tangannya.

Segala cara Retta menarik simpatiku. Mulai mengajak bermain boneka, duduk disampingku saat berada di taman kanak- kanak, menjaga dan menemaniku saat aku terbaring sakit.

Hingga suatu hari akhirnya aku luluh dengan ketulusannya. Dan kami mulai menjadi sahabat, aku yang semakin dekat dengannya mulai sering menceritakan hari-hari yang aku lalui bersama Nicky. Ia menjadi pendengar yang baik untukku.

"Aku tidak akan meninggalkan mu!" seru Retta tulus.

"Jangan bohong! semua yang ada disini pada akhirnya akan pergi! " jawabku sekenanya.

"Tapi aku tidak akan meninggalkanmu mil! aku menyayangi mu" ucap Retta cepat.

" Aku juga menyayangi mu! "sahutku sambil tersenyum.

" Sahabat selamanya.." kata Retta sambil menujukkan jari kelingkingnya.

" Sahabat selamanya! " sahutku dengan mantap sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking milik Retta.

"Milly !Retta! cepatlah.. sudah waktunya makan malam!!" teriak bunda Lily dari pintu.

Bunda Lily adalah salah satu pengurus Robert house ini. Kami pun berlari menghampiri bunda Lily sambil bergandengan tangan menuju ruang makan, dimana anak-anak lainnya sudah menanti.

Milly pov end.

***

Suatu hari di taman kanak- kanak...

" hiks.. hiks.. hiks.. " suara isakan tangis terdengar.

" Retta! " panggil Milly cemas melihat retta menangis sesegukkan di kelas.

" Milly.. hiks..hiks.. " gumam Retta

" apa yang terjadi? kenapa kamu menangis?" tanya Milly khawatir.

" Milly! aku.. aku memecahkan vas bunga milik bu guru! hikksss...." jawab Retta merasa bersalah sambil menunjuk kearah pecahan vas bunga di bawah meja.

" sstt.. jangan menangis! aku akan menolongmu, jadi jangan menangis " ucap Milly sambil memeluk retta yang masih menangis.

" Apa yang ingin kau lakukan? " tanya Retta di sela- sela tangisannya.

" Rahasia! tapi.. aku punya satu syarat! " jawab Milly dengan wajah nakalnya.

" Apa itu? katakan.. "

" Bagaimana kalau kukatakan kau tak bisa menolaknya persyaratanku? " tanya Milly main - main.

" Baik! tapi tolonglah aku.. " pinta Retta memohon.

" Kau harus membantuku mengerjakan pr sampai kelulusan " jawab Milly seenaknya.

" Apa?! kau.. kau curang! " seru Retta tidak terima.

" Ya sudah kalau tidak mau.. kau selesaikan sendiri dengan bu guru! " ucap Milly sambil beranjak pergi meninggalkan Retta yang bingung sendiri.

" Tung.. nggu! oke, aku setuju ! " teriak Retta panik saat melihat Milly yang sudah berada diambang pintu kelas. Milly tersenyum senang mendengar jawaban Retta.

Sesuai janjinya ia menolong Retta agar tidak terkena omelan ibu guru. Milly mengakui dialah yang memecahkan vas bunga tersebut dengan tidak sengaja. Pada akhirnya Milly lah yang dihukum oleh ibu guru untuk memungut sampah dan merapikan ruangan kelas. Melihat milly dihukum, retta semakin merasa bersalah hingga tanpa sepengetahuan bu guru, ia membantu agar bisa meringankan pekerjaan atau hukuman Milly.

Setelah kejadian itu, Retta dengan sabar mulai sibuk membantu Milly mengerjakan pr-nya, serta mengajari Milly pelajaran yang tidak ia mengerti. Pada dasarnya Retta adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai sempurna, hal itu yang membuat Milly berinisiatif agar bisa ketularan pinternya.

Akhirnya hari kelulusan di taman kanak - kanak tiba, Milly tidak sabar menunggu hasilnya. Pengumuman kelulusan pun dibacakan oleh kepala sekolah dari atas panggung dan siapa saja yang mendapatkan nilai terbaik akan disebutkan namanya.

" Nicky! lihatlah.. aku pasti berada diatas sana untuk menerima piala itu " gumam Milly sambil mengeratkan genggaman kedua tangannya.

setelah beberapa saat akhirnya nama Milly disebutkan, ia berhasil meraih peringkat tiga sedangkan Retta berada di peringkat pertama. Namun, hal tersebut tidak membuat Milly iri tetapi ia sudah cukup puas berada diatas panggung.

" Terima kasih Retta! " pekik Milly girang ketika sudah turun dari panggung sambil memeluk Retta. Retta membalasnya pelukan Milly sambil tersenyum.

" Kau harus lebih giat lagi." bisik Retta pelan.

" Hm " sahut Milly sambil menganggukkan kepalanya.


ความคิดของผู้สร้าง
lusy_gunadi lusy_gunadi

Ini novel pertama saya di aplikasi webnovel, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya yaa..

Berharap novel saya diterima oleh semuanya di webnovel..

next chapter

บท 2: chapter 1

2 tahun berlalu sejak kepergian Nicky,  kini Retta dan milly sudah berusia 7 tahun. Milly sudah bisa melupakan kesedihannya berkat Retta disisinya. Retta berada di Robert House ini saat usia 5 tahun, ia datang beberapa bulan setelah nicky diadopsi.Tidak seperti Milly yang dirawat dan diasuh sejak bayi.

Mereka sudah duduk dikelas 2 sekolah dasar.

"Re! kamu udah ngerjain tugas matematika belum?" tanya Milly penasaran.

"Udah! memangnya kamu belum ngerjain?" tanya Retta balik.

"Baru setengah.. lihat punyamu dong" seru Milly memaksa.

"Nih! dasar males!" gerutu Retta.

" He.. he.. makasih Retta cantik " ucap Milly sambil cengar-cengir.

"Huh! kalo ada maunya baru muji-muji" celetuk Retta sambil cemberut.

" Kan kamu tahu semalam aku keasyikan nonton bola sampe ngga sadar udah bobo cantik " jelas Milly tanpa rasa bersalah ia sibuk mencatat jawaban milik Retta.

" Au ah.. " jawab Retta sebel.

" Jangan ngambek dong! nanti cantiknya hilang " goda Milly sambil menoel-noel dagu sahabatnya, lalu melanjutkan menyalin jawabannya. Retta hanya menghela nafas, melihat tingkah Milly.

Jangan ragukan kepintaran Retta, dia selalu meraih peringkat 1, bukan berarti dia tidak pandai bergaul. Retta cukup memiliki banyak teman, bahkan dengan wajahnya yang imut dan chubby membuatnya sangat menggemaskan. Banyak anak laki-laki yang terang-terangan menujukkan rasa sukanya.

Berbeda dengan Milly, dia lebih tomboy dan malas, tapi anehnya dia masih bisa meraih peringkat 3 disekolahnya. Milly lebih suka bermain daripada belajar, menurutnya belajar sangat membosankan dan bikin mengantuk. Tapi kalo lagi nyambung alias serius dia bisa langsung jenius mendadak.

Sifatnya memang agak ceroboh dan sedikit berisik tetapi dia setia kawan, sedangkan Retta lebih pendiam dan ramah kepada semua orang.

Tapi justru perbedaan yang membuat mereka selalu kompak walau harus diselingi perdebatan kecil.

**

Panti Asuhan Robert house..

Akhirnya hari ini datang, sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, berita tentang seorang pria yang ingin mengadopsi seorang anak menggema di seluruh ruang panti.

Milly dan Retta mulai khawatir,

mereka bergandengan tangan dan berbaris bersama anak-anak lainnya.

Pintu berdecit menandakan akan ada yang datang mengunjungi ruangan tersebut.

Tap.. tap.. tap..

Suara sepatu terdengar mulai mendekat.

Seseorang masuk bersama ibu kepala panti. Pria itu mengenakan pakaian formalnya menambah kesan gagah, angkuh dan terlihat seperti berasal dari kalangan atas.

Hening!

Ketika pria itu mulai mengamati satu-persatu anak-anak itu. Ia melangkah perlahan, saat pria itu semakin mendekat ketempat Milly berada, dengan tidak sukanya Milly berani mengangkat kepalanya, menujukkan sisi angkuh yang dimiliki gadis kecil itu. Seolah-olah tatapannya hendak menantang seseorang. Tidak ada rasa ketakutan sama sekali di dalam matanya yang sebening kristal itu.

Melihat sikap angkuh yang Milly tunjukkan membuat pria itu berhenti dihadapan Milly cukup lama, lalu mengusap kepala Milly dengan pelan dan melangkah lagi. Matanya menelisik setiap anak-anak yang dilaluinya lalu kembali ketempat semula, disebelah ibu kepala panti.

" Apa anda sudah menentukan pilihan Mister ? atau kita keruangan berikutnya?" tanya ibu kepala panti sopan.

" Tidak perlu! saya sudah memutuskan " sahut pria itu tegas.

" Anda ingin me- " belum sempat meyelesaikan pertanyaannya, omongannya sudah dipotong.

" Aku ingin gadis yang aku sentuh kepalanya tadi " sahut pria itu sambil menatap lurus ke depan kearah Milly yang mulai bergetar ketakutan, menyadari dirinya yang akan terpilih selanjutnya.

Ibu kepala panti menganggukkan kepala tanda ia mengerti dan tersenyum kearah Milly.

" Milly kemarilah. " ucap ibu kepala panti lembut, sambil mengulurkan tangannya.

Dengan ragu dan takut, akhirnya ia melepaskan genggaman tangan Retta dan melangkahkan kakinya menghampiri pria itu. Tepat didepan pria itu Milly berdiri terdiam.

" Ayo Milly ikut ibu " seru ibu kepala panti dengan sabar, namun Milly tidak menggubrisnya.

Menyadari hal itu, pria itu menatap Milly dengan tajam.

" Apa yang kamu inginkan? " tanya pria itu dengan suara serak khas orang dewasa seolah mengerti bahwa Milly ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

" Ng.. bolehkah anda mengadopsi sahabatku juga! aku tidak ingin jauh darinya " jawab Milly berusaha mengumpulkan keberaniannya.

Pria itu tersenyum samar,

" Tenanglah! kamu tidak akan merasa kesepian, karena kamu memiliki seorang kakak yang sedang menantimu dirumah " ucap pria itu dengan ramah.

Milly menggelengkan kepalanya,

" Aku tidak mau bila sahabatku tidak ikut bersamaku! " seru Milly tegas,

" Milly!! apa bunda mengajarkan hal yang tidak sopan seperti itu!" tegur ibu kepala panti kecewa.

" Maaf bun! " sahut Milly sambil menundukkan kepalanya. Sebuah tangan terulur menyentuh dan mengusap puncak kepalanya.

" Siapa nama sahabatmu? "tanya pria itu setelah terdiam beberapa saat,

" Retta.. " jawab Milly singkat dan masih dalam keadaan menundukkan kepalanya.

" Baiklah! ajak ia bersamamu, tidak perlu membawa apapun, hanya beberapa benda kesayangan kalian.. mulai detik ini panggil saya daddy!" ungkap pria itu lembut.

Milly mengangkat kepalanya, dan ia tersenyum manis,

" Terima kasih daddy! " jawabnya senang.

" Daddy tunggu di ruang ibu kepala ya.. " seru pria itu lalu pergi bersama ibu panti meninggalkan ruangan tersebut. Ibu panti hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Milly barusan.

Setelah pintu tertutup rapat semua anak memeluk dan mengucapkan selamat kepada Milly dan Retta.

" Milly! " pekik Retta senang.

" Hm.. sahabat selamanya! " seru Milly sambil memeluk Retta.

" Sahabat selamanya! " balas Retta.

Sesuai perintah pria tadi Milly dan Retta membawa barang seperlunya yang benar-benar disayangi.

Mereka pamit kepada seluruh pengurus panti dan anak-anak yang ada di sana. Pria itu yang biasa dipanggil Mr. Hansel dan pengacara kepercayaannya telah selesai mengurus semua surat-surat penting dan administrasinya.

Milly dan Retta memasuki mobil audy milik orangtua angkatnya.

Akhirnya mobil melaju meninggalkan halaman depan Robert house tersebut.

Tuan Jonathan hansel meminta orang kepercayaannya untuk mengurus kepindahan sekolah Milly dan Retta. Sekarang ia membawa mereka ke salah satu mall untuk membeli keperluan kedua puteri angkatnya.

" Daddy! Lihatlah.. "seru Milly sambil menunjuk salah satu gaun berwarna baby blue, disalah satu toko baju anak-anak.

" Kamu mau sayang? " tanya daddy Jo sambil tersenyum.

" Aku mau daddy! " jawab Milly antusias.

" Ambillah.. pilih yang kau suka! daddy belikan.. " ungkap daddy Jo. Milly langsung meminta pelayan toko mengambilnya.

" Daddy! apakah aku juga boleh? " tanya Retta ragu sambil menarik ujung jas kerja daddy Jo.

" Tentu sayang.. " sahut daddy Jo sambil mengusap kepala Retta dengan lembut.

" Terima kasih daddy " jawab Retta sopan, lalu mulai menghampiri salah satu gaun yang menjadi pusat perhatiannya. Dress berwarna pink dengan model simpel tapi manis.

Tak terasa sudah 2 jam mereka belanja dan mengitari mall tersebut. Lalu daddy Jo memutuskan membawa mereka ke restoran seafood untuk mengisi perut mereka.

"Daddy! ini sangat enak! terima kasih" seru Milly sambil berdiri dan menghampiri daddy Jo.

Cup!

Daddy Jo tersenyum melihat tingkah puteri angkatnya.

"Cepat habiskan makanan kalian! kakak kalian pasti sudah pulang sekolah" jelas daddy Jo.

" Baik! " jawab Milly dan Retta bersamaan.

Setelah selesai makan, mereka langsung pulang menuju ke kediaman keluarga Hansel.

Ya, mereka telah menjadi bagian keluarga Hansel.

**

Di kediaman keluarga Hansel

Sesampainya di rumah tersebut, mereka disambut para pelayan. Milly dan Retta diantar ke kamar masing-masing yang telah dipersiapkan sebelumnya. Mereka juga didampingi oleh pelayan pribadi yang akan menyiapkan segala kebutuhan mereka.

" Hai, daddy! " sapa Leo saat memasuki ruang kerja daddy Jo.

" Hai, my prince! how are today? " tanya daddy Jo sambil menghampiri putera semata wayangnya. Ia duduk di sofa mengikuti Leo yang lebih dulu duduk di sofa tersebut.

" Not bad! dimana adikku, dad? " seru Leo antusias.

" Sedang istirahat dikamarnya, Leo daddy membawa 2 gadis cantik yang akan menjadi adikmu, kamu suka?" ucap daddy Jo sambil menatap ke arah leo.

"Jadi adikku ada 2?"tanya Leo sambil mengetuk dagunya pelan.

"Kamu tidak suka?" tanya daddy Jo heran.

" Hm... thanks daddy! rumah ini pasti ramai! " sahut Leo sambil tersenyum.

" Siapa nama mereka dad? " tanya Leo penasaran.

" Milly dan Retta " jawab daddy Jo santai.

"Aku ingin mereka mengganti nama mereka dad! " pinta Leo

" Daddy juga berpikir seperti itu, nama apa yang pantas untuk adik-adikmu Leo? " tanya daddy Jo

" Hm.. "gumam Leo sambil berpikir serius.

" bagaimana? " tanya daddy Jo tersenyum geli melihat puteranya berpikir serius.

" Hm.. Louisa dan Livia, bagaimana? bagus tidak?! " tanya Leo semangat.

" Not bad! deal!" jawab daddy Jo yakin.

" Louisa Hansel dan Livia Hansel! aku suka nama itu dad! " seru Leo sambil tersenyum lebar. Daddy Jo hanya menganggukkan kepalanya.

" Lebih baik kamu bersiap-siap, kalian akan bertemu saat makan malam nanti " ucap daddy Jo sambil bangkit berdiri dari sofa dan menepuk pundak puteranya.

Leo menganggukkan kepalanya, lalu pergi ke kamarnya.


ความคิดของผู้สร้าง
lusy_gunadi lusy_gunadi

Ditunggu vote dan komentarnya

Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C1
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank 200+ การจัดอันดับพลัง
    Stone 0 หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ

    tip ความคิดเห็นย่อย

    คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ

    นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า

    เข้าใจแล้ว