Yang namanya perjuangan itu pasti berat dan butuh pengorbanan
Tak semua orang mampu menjalaninya
Hanya dia yang memiliki keinginan dan tekad yang kuat yang mampu menjalaninya
⭐⭐⭐⭐
Happy Reading ❤
"Gimana Dys?" tanya Intan saat mereka sarapan pagi bersama.
"Apanya?"
"Acara tadi malamlah. Ngapain juga gue nanyain yang lain," sungut Intan kesal.
"Mas, boleh nggak aku ngomelin bumil yang satu ini?" tanya Gladys pada Haidar yang sedang menikmati kopinya. "Hmm.. jangan-jangan mas Haidar ikut ambil peran nih."
"Aku cuma aktor tambahan sekaligus asisten sutradara, Dys. Aku nggak ikutan ngomong sama Banyu. Semua itu hasil kerja bumil dan kakak iparmu."
"Khansa?"
"Memangnya lo punya kakak ipar lain?" Intan balik bertanya. "Elo senang kan bertemu mereka?"
"Iya, kecuali ketemu dia."
"Kenapa?"
"Nggak ada alasan. Malas aja liat dia. Anak lo juga kenapa ngotot gitu sih?"
"Kalau urusan Salma, sumpah bukan gue. Pas mas Haidar cerita kejadian saat kalian belanja dan melihat kejadian tadi malam, gue benar-benar nggak nyangka," jawab Intan serius. Gladys bingung, benarkah Intan bukan sutradara di balik sikap Salma. "Kalau nggak percaya tanya aja Salma. Dia nggak bakal bohong."
"Salma, did ummi tell you to call uncle Banyu daddy?" Salma menggeleng. Wajahnya tampak serius mengamati abinya membuatkan roti selai untuknya. "Why did you do that?"
"I like him. I want him to be my daddy."
"Why do you want that?" desak Gladys.
"I dont know. I just want it," jawab Salma singkat sambil menikmati roti yang dibuatkan Haidar.
"Tuh, lo dengar sendiri kan."
"Apakah pertemuan-pertemuan di supermarket juga ulah kalian?" tanya Gladys curiga. Haidar langsung menunjuk Intan yang cengar-cengir tanpa merasa bersalah. "Astagaaa.. gue nggak tahu deh musti bersyukur atau harus marah punya teman laknat kayak elo, Ntan."
"Maksud kami baik Dys," Haidar berusaha menenangkan. "Kalau nggak begitu, kamu pasti bakal menghindar. Bahkan bukan nggak mungkin kamu langsung traveling lagi selama berbulan-bulan buat menghindari dia. Kalian sudah sama-sama dewasa. Kalian masih sama-sama menyimpan rasa. Apa salahnya mencoba menyambung yang dulu pernah terputus?"
"Karena dia nggak pernah memiliki rasa cinta ke aku, mas."
"Berarti kamu masih mencintai dia?"
"Rasa itu sudah kukubur dalam-dalam mas. Entah apakah aku masih bisa mencinta lagi."
"Jangan begitu Dys. Bukalah pintu maaf dan cobalah untuk berdamai dengan masa lalu. Dulu elo selalu menyuruh Banyu berdamai dengan masa lalu, untuk memperbaiki hubungan dia dengan ayahnya. Masa sekarang elo nggak bisa melakukan hal itu?"
"Entahlah. Sampai sekarang gue masih merasa nggak pantas buat dia. Sampai kapanpun gue nggak lebih dari cadangan buat dia. Hal yang sama bisa terulang saat Senja kembali muncul di kehidupan kami."
"Cukup Dys. Gue tau elo masih punya rasa untuk dia. Berhentilah merasa dirimu tak pantas. Berhentilah merasa insecure. Bila memang suatu saat Senja muncul lagi, jangan menyerah. Pertahankan dia. Kini tak ada lagi yang membuat elo harus berkorban."
"Iya Dys, dulu kamu terpaksa berhenti mengejar cintanya karena kamu ingin dia berbaikan dengan ayahnya. Sudah cukup kamu mengorbankan diri. Kamu berhak bahagia bersama orang yang kamu cintai."
"Benar apa yang mas Haidar bilang. Dulu elo berkorban demi ayahnya. Lalu elo kembali berkorban untuk Ge. Kini saatnya elo berhenti berkorban demi kebahagiaan orang lain. Kini saatnya elo bahagia. Sama sepert tokoh-tokoh dalam novel yang elo koleksi."
"Entahlah. Gue ragu. Gue takut. Sampai kapanpun dia nggak akan pernah mencintai gue."
"Lo nggak pernah tahu sampai dia sendiri yang bilang kalau nggak punya perasaan apapun buat elo. Kalau melihat antusiasme dia sih, gue yakin dia masih punya rasa ke elo," ucap Intan. Dia memang selalu berpikir positif. "Ini rencana Allah Dys. Siapa sangka, selama 3 tahun ini elo menghilang dari kehidupan dia, lalu kalian dipertemukan lagi disini. Itu semua bukan kebetulan."
Gladys tak berkomentar apapun setelah mendengar ucapan sahabatnya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya.
⭐⭐⭐⭐
"Miss Gladys, there's a new customer waiting for you." Janeeta langsung memberitahu saat ia baru saja keluar dari lift.
"I don't think I have an appointment with new customer. What is my agenda for today?"
"Nothing important miss. Just sign a few paperwork and zoom meeting with Mr. Praditho this afternoon and Mrs. Cecile send email for you miss."
Ada apa mami pake acara kirim-kirim email segala. Biasanya juga video call.
"Okay, I will meet that new customer. Escort him to meeting room."
"I will escort them. Is there any special treats for our guests?"
"Wait, you said them?" Janeeta mengangguk. "Serve tea and cakes for them."
Setelah menaruh tasnya, Gladys menemui tamu yang tadi diceritakan Janeeta.
"Good morning, Mr. Messut.... KAMU?! NGAPAIN KAMU KEMARI? KAMU MENGUNTIT AKU YA?" Gladys melupakan segala tata krama saat melihat siapa yang ada di ruang meeting.
"Banyu, what happen?" tanya Mr. Messut. "Do you know her?"
"Princess, aku kesini untuk urusan bisnis bukan urusan pribadi," bisik Banyu. Gladys langsung merubah sikapnya saat menyadari ada orang lain di ruangan itu.
"Sorry, Mr. Messut. Have a seat. You too Mr.....?" Gladys sengaja tak mau menyebut nama Banyu.
"Banyu."
"Oh yes, have a seat Mr. Banyu. Before we talk about business, what kind of drink do you like?"
"Black tea please."
"Janeeta, please bring black tea for Mr. Messut and coffee with one tea spoon of sugar for Mr. Banyu." Banyu tersenyum mendengar perintah Gladys. Ia masih ingat kopi kesukaanku.
"Okay Mr Messut, what can we do for you and Mr. Banyu?" Gladys kembali bersikap profesional dikala membahas masalah pekerjaan.
"Me and Mr. Banyu just open a new business. We need special uniform for our employees. Banyu as a major shareholder suggest our employees wearing batik as uniform. My wife is also a regular in your boutique. She told me that your company can provide what we need." Mr. Messut menjelaskan.
Selama Mr. Messut bicara Gladys berusaha berkonsentrasi penuh. Tak sekalipun ia menoleh ke arah Banyu. Tanpa menoleh ia tahu sedari tadi Banyu terus memandanginya. Iih, ngapain sih pake ngeliatin segala? Anoyying banget, omel Gladys dalam hati.
"Miss Gladys is my bestfriend's little sister. Her father one of the success enterpreneur in our country. His company produce a lot of batik design. They have a lot of customer all over the world." Mr. Messut manggut-manggut mendengar penjelasan Banyu.
"Okay I'll trust you and my wife. We're gonna order from them."
Selama dua jam berikutnya mereka sibuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan bisnis. Untunglah Banyu kembali bersikap profesional. Ia tak lagi memandangi Gladys seperti saat pertama datang. Hal ini cukup membantu Gladys. Ia bisa kembali konsentrasi pada pekerjaannya.
"We'll be waiting a good news from you. I hope we can work together so well."
"Banyu will contact you because tomorrow me and my wife will go to Japan for a month for our anniversary trip."
"Really? Wow, I guess I have to congratulate you for that. Enjoy you trip Mr. Messut."
"Thank you Miss Gladys. I hope you can enjoy your anniversary trip like us."
"Eh.. I'm not married yet," jawab Gladys sambil tersenyum malu. Banyu yang dari tadi memperhatikan merasa gemas melihatnya. Bisa-bisanya gadis yang sudah sekian lama tinggal di negara asing masih bersikap malu-malu seperti itu.
"Really? What about you Banyu?" Kali ini Mr. Messut mengalihkan pertanyaan pada Banyu.
"Same situation sir. Not married yet. Because the woman that I want reject me." Senja kembali menolaknya, batin Gladys. "I have to fight for her love, I guess."
"I really hope you can win her heart. And for you Miss Gladys, I hope one day you'll meet your soulmate. He'll become one lucky man to have a beautiful young lady like you."
"Thank you Mr. Messut."
"Banyu, will you go back to office or....?"
"I want to talk to her sir. I hope it's okay if you go back there alone. My driver will take you to office." Mr. Messut tersenyum seolah dia memahami keinginan Banyu.
"Good luck Banyu."
"Kenapa kamu nggak ikut balik dengan Mr. Messut?"
"Omer? Dia nggak akan protes walaupun aku tidak pernah ke kantor. Dia itu dulu teman kuliah ayah. Dia baru tahu kalau ayah sudah tidak ada kira-kira tiga bulan lalu. Dulu mereka pernah berjanji akan membuat perusahaan bersama. Itu sebabnya dia memintaku ke sini."
"Nggak ada yang nanya," ucap Gladys ketus.
"Lho tadi kamu kan tanya kenapa aku nggak kembali ke kantor Mr. Messut. Atau kamu ingin mendengar jawaban lain?"
"Maksudmu?"
"Mungkin saja kamu lebih senang mendengar jawaban aku masih disini karena ingin lebih lama sama kamu," goda Banyu sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Nggak usah kedip-kedip begitu. Nanti disangkain cacingan," balas Gladys ketus. "Mendingan sekarang kamu pulang saja kalau memang nggak mau balik ke kantor."
Banyu tergelak mendengar ucapan Gladys. Ternyata gadis ini masih saja temperamental, pikirnya. Tapi itu yang membuatnya semakin ingin menaklukan gadis ini.
"Princess, apakah kamu ada rencana makan siang di luar? Atau kamu masih suka skip makan siang?" tebak Banyu. "Sepertinya tebakanku tak meleset. Kamu lebih kurus daripada tiga tahun yang lalu."
"Nggak usah sok tau. Ini ..... "
"Body goals. Bukan kurus tapi lansing," potong Banyu sebelum Gladys menyelesaikan ucapannya. "Princess, please jangan dzalim terhadap tubuhmu sendiri. Sebelum kamu mencintai orang lain kamu harus bisa mencintai dirimu sendiri."
"Nggak usah sok menasihati. Aku bukan anak kecil lagi."
"Janeeta, please order lunch for ...,"
"No, don't do that. I will take her out for lunch. After that we won't come back to the office. You can text her if something important come up. Okay?" Entah pelet apa yang Banyu pakai, Janeeta mengiyakan perkataan Banyu.
"Ayo Dys, kamu harus ikut aku. Kita makan siang dulu lalu setelah selesai kita jemput Salma di daycare. Tadi Intan mengabari kalau mas Haidar nggak bisa menjemput Salma." Setengah memaksa, Banyu menarik tangan Gladys. Banyu mengambil mantel dan tas Gladys.
Janeeta diam saja melihat bosnya ditarik-tarik seperti itu. Baru kali ini ia melihat Gladys diam tak berkutik dipaksa mengikuti keinginan seorang pria. Biasanya Gladys bahkan tak mau menemui pria-pria di luar urusan bisnis. Hanya ada satu pria yang pernah berhasil mengajak bosnya makan malam, Brian McBride. Itu pun karena Gladys ditemani oleh sahabatnya. Setelah itu tak pernah lagi Janeeta melihat kejadian seperti hari ini.
"Have fun miss," teriak Janeeta saat Banyu dan Gladys melewati mejanya. Banyu tersenyum lebar namun Gladys hanya melambaikan tangan seolah tak peduli.
"Kamu nggak seharusnya memaksaku seperti itu dihadapan anak buahku," desis Gladys tak suka.
"Maaf princess, mulai hari ini aku akan sering memaksamu menuruti keinginanku. Kesalahan terbesarku sejak awal adalah tidak memaksamu meninggalkan Lukas. Aku malah memintamu meninggalkanku."
"Mas!" Gladys menyentakkan tangannya yang masih terus digenggam oleh Banyu. "Kumohon jangan lagi membicarakan masa lalu. Aku sudah menguburnya jauh di dasar hatiku."
"Masa lalu tak bisa semudah itu dilupakan. Apalagi kalau ada kesalahan di masa lalu yang belum selesai."
"Tidak ada yang belum selesai. Sudah tak ada apapun di antara kita."
"Mungkin untukmu sudah selesai, tapi tidak untukku," ucap Banyu serius. Di depan kantor Gladys telah menunggu mobil yang malam itu mengantar Gladys pulang.
"Bukannya tadi mobilmu dipakai untuk mengantar Mr. Messut?" tanya Gladys heran.
"Memang. Tadi supirku membawa mobil ini, lalu dia mengantar Omer dengan mobil lain. Kali ini aku akan mengajakmu makan siang di sebuah tempat. Kamu duduk manis saja disitu. Jangan protes."
"Kamu mau ajak aku kemana?"
"Apartemenku."
"Mau ngapain?"
"Ya, mau makan siang lah. Kecuali kamu punya rencana lain yang dapat kita lakukan di sana?" bisik Banyu menggoda. Wajah Gladys langsung merona. Banyu tertawa melihatnya.
"Nggak usah ngide deh," tegur Gladys galak.
"Hey tenang. Kamu tahu siapa aku kan? Aku nggak akan melakukan hal-hal aneh bila kamu nggak mengijinkan." bujuk Banyu.
"Mengingat bagaimana awal hubungan kita dulu, aku nggak yakin." ucap Gladys. Ia teringat bagaimana dulu Banyu tiba-tiba menciumnya hanya untuk membuatnya berhenti mengomel. Banyu tertawa. Ia mengerti apa maksud Gladys.
"Aku senang kamu masih mengingatnya. Itu artinya kamu nggak pernah melupakan kenangan manis kita." Bukan hanya kenangan manis yang masih kuingat sampai sekarang, bisik Gladys dalam hati. Tanpa ia sadari matanya berkaca-kaca mengingat hal itu.
"Princess, please jangan menangis. Aku janji hari ini nggak akan berbuat aneh. Aku hanya ingin mengundangmu karena ibu sudah memasak untukmu." Banyu berusaha membujuk Gladys.
"Kamu nggak bohong kan?" Banyu menggeleng. Memang benar Aminah yang memintanya mengundang Gladys.
⭐⭐⭐⭐