Cahaya matahari bersinar melalui kaca kubah dan menerangi aula yang luas itu. Lize mengatur lukisan berbingkai dengan hati-hati sebelum mundur dan mengangguk puas.
"Bagus sekali," gumam Lize sambil membelai kepala Christie dengan lembut.
"Kau sangat berbakat, Christie. Aku rasa tidak ada orang lain dalam benteng ini yang bisa menggambar lukisan seindah ini. Menjadikannya sebagai dekorasi benteng adalah saran yang bagus."
"..." Christie memakai jubah sederhana. Dia memeluk papan pelukisan. Wajahnya merona merah. Dia menunduk saat mendengar pujian Lize. Lize hanya tersenyum ketika melihat tingkah laku Christie. Kemudian, dia mendongak lagi.
"Lukisan ini…sangat indah," puji Lize dengan pelan.