Sepasang mata tertuju, pada sesosok tubuh yang tidak di tutupi sehelai benang pun, yang di perlihatkan oleh sebuah cermin; yang berada tepat di depan seorang gadis. Di dalam cermin dengan ukuran sekitar satu badan memperlihatkan dengan jelas bentuk tubuh seorang gadis telanjang. Setiap lekuk - lekuk tubuhnya yang indah ditampilkan.
Kemudian ia bergumam, dengan tubuh yang indah ini, aku bisa menolong mereka. Aku dapat membantu anak - anak itu untuk kembali bersekolah seperti biasanya. Tawa ceria mereka saat mendengar pelajaran akan kembali terdengar. Pada hari itu ia yang membenci pekerjaan itu, bersumpah pada dirinya. Tepat hari itu juga, ia memutuskan memakai tubuh yang indahnya, untuk melakukan pekerjaan yang selama ini ia tolak.
Hidup adalah pilihan, itulah pepatah yang sering kita dengar di dalam kehidupan ini. Semua orang berhak untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan. Namun, ada beberapa dari kita yang memang seolah - olah tidak punya pilihan lain. Apa yang orang lain sebut sebagai cinta, persahabatan, keluarga, kasih sayang, rasa saling peduli, serta perbuatan baik semua itu terbatas, bagaimana seseorang tersebut mengekspresikan lewat tindakannya. Pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana seseorang sanggup membiayai hidup mereka! Apa pekerjaan mereka, ataukah dalam suatu kegiatan amal yang memerlukan dana atau sumbangan berupa uang, darimana asal uang tersebut. Tidak ada yang perlu munafik dalam hal ini, kita tau tidak ada makan siang gratis. Semua orang memerlukan uang untuk menghidupi diri mereka.
Apa yang dinamakan uang haram atau halal itu semua tergantung bagaimana cara mendapatkannya. Tapi, bagi mereka semua, itu tergantung bagaimana mereka mengunakannya. Untuk apa uang tersebut digunakan. Itulah makna sesunguhnya dari uang tersebut.
Tinggal di desa kecil daerah terpencil wilayah kalimatan. Awalnya dia bukanlah seorang pelacur. Setiap penduduk di desa tersebut tidak mengerti, kenapa seorang gadis secantik Tina; yang mempunya paras tubuh yang indah dan rupa yang menawan, tidak melakukan seperti gadis-gadis lainnya. Sudah merupakan rahasia umum di desa tersebut, kalau setiap gadis cantik, umumnya mencari pekerjaan di kota - kota besar sebagai penghibur.
Namun, bukannya melakukan apa yang kebanyakan gadis di desa tersebut, Tina justru lebih memilih untuk bersikeras tidak melakukan pekerjaan kotor itu. Bahkan, karena Tina menolak akan hal ini, ayah nya Tina akan selalu menghukum dia.
Suatu hari, sebuah sekolah di desa membutuhkan seorang guru, untuk mengajar anak - anak di sana. Tina mendengar hal itu dan langsung dengan sukarela menjadi seorang guru. Ia lebih memilih untuk menjadi pengajar di sekolah desa tersebut, dan menjadi guru bagi anak - anak yang bersekolah. Walau pekerjaan yang dilakukannya di sekolah tersebut tidak di berikan imbalan apapun, Tina merasa sangat senang bisa mendidik anak - anak.
Dengan menjadi seorang guru di sekolah tersebut. Tina berharap, anak - anak bisa memiliki masa depan yang cerah. Dan ia memiliki impian, bahwa suatu hari kelak, gadis di desa tersebut, ataupun para penduduk desa, bisa memiliki pekerjaan yang lebih baik.
Di hari berikutnya, setelah ia mendaftarkan diri ke sekolah tersebut, ia pun pergi berangkat kerja. Pada hari pertama Tina mengajar, banyak murid yang kaget dan terpukau. Kehadiran Tina tidaklah terduga, murid - murid yang ada disana terpaku akan kecantikannya. Mata mereka tertuju pada sesosok wanita yang cantik; yang berjalan ke dalam kelas mereka bersama ibu kepala sekolah. Ibarat seorang malaikat yang turun, atau seorang bidadari, atau justru peri yang datang ke sebuah tempat kusam. Tidak ada seorangpun yang menyangka, akan kehadiran guru baru mereka; yang begitu cantik.
Hari itu juga, Tina diperkenalkan pada seluruh murid - murid yang ada di setiap kelas, sebagai guru baru mereka. Sejak saat itulah, Kelas selalu menjadi penuh dengan canda dan tawa setiap murid. Kondisi kelas mereka lebih layak untuk di sebut sebagai tempat penampungan, daripada bangku - bangku sekolah yang normal. Dalam kondisi kelas yang sekarat ini, Tina mengajarkan berbagai pelajaran dan pengetahuan lainnya kepada murid - murid nya.
Disana, Tina berbagi canda dan tawa kepada murid - murid, ia mengajari mereka dengan sabar, Tina mengajarkan kepada mereka cara membaca dan menulis. Setiap murid sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Di sana ia menghadapi banyak karakter dari murid; ada yang bandal, rajin, ada juga yang sulit diajari, dan ada juga yang cepat menangkap setiap pelajaran. Tetapi, ia mendapati dari itu semua, satu hal yang sama di kelas tersebut, adalah mereka semua memiliki niat untuk belajar.
Tatkala aku mengajar mereka, aku merasakan kesenangan ku sendiri, melihat mereka mendengar setiap apa yang aku katakan tentang pelajaran. Ada rony yang anaknya sedikit bandel, suka mengangu teman - temanya saat belajar, tetapi saat di tegur ia pura - pura tidak melakukan apa - apa. Atau nisa gadis kecil yang cantik, ia selalu memperhatikan apa yang aku ajarkan. Terkadang nisa selalu di goda teman - teman laki - laki lainnya. Ya ada juga rany, si gadis centil. Dan yang paling sering membuat pertanyaan aneh - aneh, adalah dodo, ia selalu bertanya hal yang aneh yang membuat seluruh kelas menertawainya.
Aku tak pernah menyangka dengan mengajar mereka bisa merasakan kesedihan dari mereka. Beberapa dari mereka, pernah menceritakan bagaimana kakak perempuan pergi dari rumah ke kota - kota besar untuk melakukan pekerjaan misterius, "kata mereka". Dan kembali menjadi kakak yang tidak mereka kenal. Namun hanya beberapa diantara kakak mereka, yang kembali tetap normal apa adanya, tapi yang jelas, mereka membawa uang dan pakaian baru bagi keluarga mereka.
Senang rasanya mengajar mereka, aku menemukan banyak karakter di masing - masing anak - anak tersebut. Aku tahu mereka yang bersekolah disana bukanlah orang yang mampu. Orang tua mereka juga banyak yang kerja serabutan. Kebanyakan dari orang tua mereka bekerja sebagai petani. Ada juga yang harus bekerja sebagai buruh di pabrik dengan gaji yang kecil. Aku memiliki harapan, anak - anak ini punya semangat untuk terus belajar, dan suatu hari kelak mereka bisa membantu pembangunan di desa ini.
Namun, semua kegembiraan tidak berlangsung lama, aku tidak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi dan akan berdampak pada seluruh sekolah. Suatu hari di tengah cuaca yang pada saat itu mendung, terdengar angin sepoi - sepoi yang semakin lama semakin besar. Tiba - tiba, sebuah pohon di pinggiran jalan ambruk, dan suara gemericing seakan ingin mengangkat atap - atap dirumah, ya terjadi badai didesa ini.
Badai yang terjadi pada saat itu sangatlah besar, dan itu menghancurkan ruangan kelas yang sudah lapok. Sebuah bangunan kayu pun ambruk, atap - atap bangunan berserakan di halaman sekolah. Memang itulah yang kami takutkan, ibu kepala sekolah shandy dan aku, serta guru - guru yang lain; yang berada di rumah pada waktu itu, memang kuatir akan hal ini. Karena banyak penduduk desa tidak berani keluar rumah pada saat badai itu terjadi, dan mengakibatkan sekolah libur selama badai.
Kami tidak pernah menyangka bahwa gedung sekolah akan roboh, tidak kami tidak pernah berharap bahwa gedung sekolah ini akan roboh. Karena hal inilah mereka, semua murid tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Lalu kepala sekolah datang ke kota, untuk merundingkan hal tersebut dengan walikota yang mengurus budget bagian pendidikan, agar memberikan sumbangan uang untuk membetulkan sekolah mereka, akan tetapi kepala sekolah kembali dengan tangan kosong.
Dengan berat hati kepala sekolah kembali, dan menceritakan kepada kami, para guru, namun ada satu hal yang janggal yang ibu kepala sekolah shandy katakan. Ia berkata; bahwa apabila aku, Tina datang bertemu dengan Pak Walikota secara personal meminta uang perbaikan sekolah, ia akan memberikannya.
Tina yang tidak pernah keluar dari desa, dan meninggalkan rumah nya, serta tidak pernah bertemu dengan walikota sebelumnya, telah memutuskan untuk berangkat dari rumah untuk mengunjungi sang walikota. Sebelumnnya, ia sempat merasa khawatir, kalau kunjunganya ke kantor walikota akan mengacaukan suasana. Akan tetapi, di tengah perasaan khawatir itu, ia tetap memutuskan akan pergi demi murid - muridnya agar bisa sekolah lagi. Tidak ada yang menduga pada hari itu akan menjadi kesialan bagi Tina. Hal buruk ini, yang terjadi kepada Tina, akan menghancurkan masa depannya dan mempengaruhi nasibnya. Akibat pertemuannya dengan walikota, yang justru akan membahayakan dirinya.
Janji tetaplah janji, nasib yang akan di derita oleh Tina begitu malang. Keinginannya hanya membantu para murid - murid yang belajar di sekolah, agar bisa kembali sekolah. Siapa yang menyangka keberanian Tina untuk memutuskan melakukan pekerjaan yang dulu dianggap hina olehnya, di sebabkan oleh hal ini. Akan tetapi, satu hal yang pasti, apapun yang terjadi, apabila dana pembangunan sekolah tidak ada sama sekali. Tina siap, meskipun hal buruk tidak terjadi di dalam kamar Pak walikota; yang menjadi rahasia antara Tina, walikota dan Tuhan yang tahu nasib buruk apa yang terjadi pada Tina, dan perbuatan jahat seperti apa yang di lakukan oleh Pak walikota kepada Tina.
Ia tetap akan melakukan pekerjaan hina itu, pekerjaan yang sudah menjadi rahasia umum bagi para gadis di desa tersebut. Pekerjaan yang selama ini ia tolak, walau terus menerus di hukum dan di marahi oleh ayahnya agar Tina mau melakukannya. Pekerjaan yang kebanyakan gadis - gadis di desa ini lakukan. Apa yang menjadi pilihannya, ini semua itu ia lakukan demi murid - muridnya agar bisa sekolah lagi, demi masa depan mereka.
Sebuah kisah, dimana Tina sang gadis desa yang juga seorang guru, mampu melihat di dalam gelap, masih ada cahaya. Masih ada harapan untuk anak - anak tersebut. Keadaan yang memaksa Tina dan mengubah cara pandang Tina. Kalau ada cara untuk menolong mereka, ia harus.
Mulai hari itu juga, ia memilih pekerjaan itu. Sebuah harapan, dimana dengan pekerjaan itu ia mampu membantu mereka. Demi melihat senyuman - senyuman dan kebahagiaan mereka.
Harapan, senyuman, kebahagiaan. Serta di iringi juga dengan tindakan, pengorbanan, penderitaan, dan ketulusan hati seorang guru.
Another story, please read