Randika lalu berjalan menuju lantai 2 yang lantainya sudah bolong tersebut. Keadaan kembali menjadi sunyi senyap. Mayat-mayat yang tersisa dari bom bunuh diri itu berceceran di lantai, benar-benar pemandangan yang mengerikan.
Randika tidak memedulikan mereka lalu berjalan naik kembali.
Gedung ini berlantai 20, benar-benar tinggi. Ketika Randika berjalan menaiki tangga, HP miliknya tiba-tiba bunyi.
"Kau memang layak menyandang nama Ares." Suara dingin Shadow dapat terdengar dengan jelas. "Tetapi jangan kira permainan kita cuma segitu saja, permainan ini masih jauh dari kata selesai."
Randika tidak membalas sama sekali, dia dengan cepat menutup teleponnya. Dia sudah bertekad memburu Shadow di mana pun dia berada, tidak perlu baginya untuk mendengarkan suaranya yang menjengkelkan itu.
Di lantai paling atas, Shadow menatap HPnya yang panggilannya terputus itu. Tatapan matanya mengandung kebencian yang amat sangat dalam.