ดาวน์โหลดแอป
80.5% Lady Renee / Chapter 95: Cinta yang Buta 3

บท 95: Cinta yang Buta 3

Waktu kembali berlalu hingga Leo baru saja pulang dari akademi militer, Celia memperkenalkan dirinya dan menyadari kalau ada sesuatu yang salah.

Leo sepertinya menemukan orang lain yang menarik perhatiannya.

"Sialan, siapa wanita itu?"

Celia menggertakkan gigi, ketika Leo kembali ke Mansion, ia datang sebagai perwakilan keluarga Fern, bertingkah seakan ia adalah gadis yang baru saja tumbuh dan terpesona dengan ketampanan Leo.

"Halo, perkenalkan saya Celia Fern."

Celia tersenyum sangat manis, matanya berbinar menatap Leo yang berdiri dengan pedang yang tersampir di pinggangnya, laki-laki itu menganggukkan kepalanya pelan.

Tidak ada balasan, hanya anggukan kepala dan sanggup membuat Celia merasa jantungnya terasa diremas-remas dengan kuat.

"Aku menyambutmu untuk datang kembali ke kota Dorthive!" Celia terkekeh, ia membuang rasa malu dan mengulurkan tangan menyentuh tangan Leo, tapi laki-laki itu dengan lugas menghindarinya.

"Terima kasih."

"Oh, siapa wanita cantik ini?" Arthur yang ada di belakang Dylan dan Leo muncul, ia menatap Celia dari atas sampai ke bawah, membuat wanita itu merasa jijik. "Aku tidak tahu kalau keluarga Fern mempunyai putri yang sangat cantik."

Celia melirik Leo, laki-laki itu tidak menunjukkan satu kepedulian pun padanya, ia menatap ke dalam, menunggu sang Ayah atau Ibunya menyambut kedatangannya.

"Terima kasih," kata Celia dengan senyum palsu di wajahnya, ia menatap Arthur dan menyipitkan matanya. "Saya juga baru pertama kali bertemu anda."

Laki-laki berambut pirang ini juga memiliki hal yang sama dengan Ivana, ia juga memiliki kegelapan di hatinya.

"Ah, itu menyakiti hatiku." Arthur bergumam dengan perasaan dramatis, ia menggerutu pelan dan Leo melangkah masuk melewati Celia.

Wanita berambut pirang itu menggigit bibirnya, tidak dulu, tidak sekarang. Sikap Leo masih sama, bahkan saat ia menghapus sedikit ingatan tentang dirinya dan menunjukkan kalau ia adalah orang yang benar-benar bertemu dengan Leo, laki-laki itu tetap tidak terpesona sama sekali.

"Duchess, silakan masuk." Seorang Pelayan berambut pirang dan memiliki senyuman yang indah berkata dengan lembut.

Celia menatap Pelayan itu, ia mendengkus.

Ternyata di sekitar cintanya, ada banyak kegelapan yang bersarang. Hanya cintanya saja satu-satunya yang murni.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, kau Pelayan baru di Mansion ini?"

"Ya."

Pelayan itu mengangguk, rambut pirangnya hampir mirip dengan milik Celia dan itu membuatnya tidak senang.

"Anda hanya tamu, seharusnya tidak perlu banyak tanya di Mansion ini."

Pelayan itu bergumam dengan suara rendah, tanpa menunggu jawaban Celia ia langsung berbalik pergi ke dalam Mansion.

"Di mana sopan santunnya sebagai seorang Pelayan." Celia ikut bergumam, ia masuk ke dalam dan memasang senyuman cerah di wajahnya, menyapa sang Marquis dan istrinya, ikut bergabung di meja makan bersama para bangsawan di kota Dorthive, menyambut kedatangan putra sang Marquis.

Di kota Dorthive yang selalu hujan sangat langka mendapatkan sinar matahari yang bersinar cerah sampai sore, sang Marquis memanfaatkan kesempatan langka itu untuk mengadakan pesta dan bangga dengan pencapaian yang dilakukan oleh anaknya.

Celia juga ada di sana, sebagai perwakilan keluarga Fern dan orang yang sangat dekat dengan sang Ratu, ia tersenyum pada semua orang dan semua orang akan selalu membalas senyumannya.

Kecuali Leo.

Celia menahan emosinya, padahal ia sudah mempercantik dirinya sejak seminggu yang lalu dan hasil yang ia dapatkan adalah kesia-siaan.

Menyebalkan.

Pelayan yang tadi bersikap tidak sopan itu terlihat semakin tidak sopan di mata Celia, ia sepertinya sengaja melayani di dekat Leo dan Dylan, matanya itu tidak berhenti menatap keduanya dengan aneh.

Celia mendengkus, ada dua orang yang harus ia singkirkan rupanya. Tapi wanita pertama itu tidak ada di kota ini dan sepertinya ia dan Leo tidak banyak berinteraksi, Celia tidak perlu melakukan hal yang berlebihan.

Yang perlu ia waspadai adalah pelayan genit yang sekarang sedang tersenyum ada cintanya.

Celia meremas garpu yang ia pegang, jika saja saat ini bukan makan siang bersama para bangsawan di kota Dorthive, ia akan menghancurkan wajah pelayan itu dalam satu kali kibasan tangannya.

"Ah, sepertinya Duchess Celia ingin berbicara dengan Leo?" Sang Marquis menyadari tatapan Celia yang tidak biasa pada putranya, ia tahu kalau hal-hal seperti ini pasti akan terjadi pada anaknya, cepat atau lambat. "Setelah makan siang, kalian bisa berkenalan untuk lebih dekat."

Celia tertawa dan bertingkah seperti putri kecil yang malu, ia mengangguk dan melirik Leo. Laki-laki itu melirik Ayahnya, sebagai anak yang berbakti, ia tidak membantah sama sekali.

Suasana makan siang itu berlangsung hangat ditambah dengan cerita tentang pertunjukan teater terakhir kali, Celia mendengarkannya dengan seksama dan mau tak mau merasa kesal.

Tanpa banyak kata pun, ia tahu kalau Leo terkesan dengan wanita yang menari itu. Sial, kalau saja ia bisa mengikuti Leo ke akademi militer, ia akan melakukannya.

Ketika makan siang usai, Leo memenuhi keinginan Ayahnya untuk membawa sang Duchess ke samping taman.

"Apa kita memang belum pernah bertemu sebelumnya?" tanya Leo duduk di kursi seberang Celia, ia memegang cangkir teh dari porselen. "Wajahmu sangat familiar."

Leo kadang merasakan ia tidak memiliki ingatan yang bagus jika ia ada di Mansion, wanita di depannya ini sepertinya memang pernah ia temui, tapi di mana dan kapan, ia tidak ingat.

"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu." Celia terkekeh pelan, tentu saja apa yang ia katakan itu tidaklah benar, ia hampir menemani Leo sepanjang masa kanak-kanaknya sampai ia remaja.

Ia tahu segalanya tentang Leo.

Tapi kalau ia mengatakan hal itu, Leo pasti ketakutan dan membencinya, ia menggunakan sedikit kekuatannya pada cintanya, hanya sedikit dan tidak berdampak apa-apa.

"Aku pikir aku menyukaimu." Celia berjalan di belakang Leo dengan senyuman lebar di wajahnya, ia menatap laki-laki itu dengan penuh harap.

"Apa yang kau katakan?"

"Aku menyukaimu!" Celia berseru dan di sekitarnya terlihat bercahaya, rambut pirangnya itu bergoyang mengikuti angin yang terus berhembus.

Bagi orang biasa, apa yang terlihat saat ini adalah kecantikan alami yang dimiliki seorang wanita, seperti seorang Dewi yang baru saja turun dari langit.

Semua orang pasti akan tunduk dan mengatakan 'ya' untuk Celia.

Tidak ada yang bisa mengalahkan pesonanya.

"Maaf, tapi aku tidak tertarik padamu," tolak Leo dengan cepat dan mata hitamnya itu terlijat jijik pada Celia. "Sama sekali … tidak tertarik denganmu."

Celia terdiam, ia merasakan hatinya semakin sakit, seperti jarum yang terus dihujam berkali-kali ke hatinya.

Ia tidak pernah semurka ini karena penolakan.

Tidak, tidak ada yang boleh menolaknya, satu pun tidak ada yang boleh.

Ia tidak bisa, sama sekali tidak bisa memaafkan Leo.


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C95
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ