Aditya membawa Nisa ke sebuah distro, dan menyuruh Nisa memilih beberapa pakaian di sana.
Nisa menolak dengan halus, tapi Aditya memaksanya dan mengatakan bahwa Nisa butuh pakaian yang pantas untuk meeting besok. Akhirnya Nisa menerimanya. Untung saja berat badan Nisa tak seperti sebulan yang lalu, jika masih seperti itu, mungkin tak akan ada pakaian yang cocok dengannya di distro ini.
memang, pakaian yang di belikan Aura beberapa waktu yang lalu sudah longgar, karna berat badan Nisa memang sudah turun banyak, dan dia masih belum gajian sampai saat ini, karna belum sebulan bekerja.
Nisa mencoba pakaian itu, Aditya menyuruhnya keluar kamar pas, agar dia bisa melihatnya.
"Coba lagi yang lain" Kata Aditya setelah beberapa saat mengamati Nisa memakai baju itu.
Ini adalah kali kelima dia mengganti pakaiannya, dia merasa frustrasi, apa segitu jeleknya tubuhnya, sehingga tak ada satu pakaian pun yang terlihat pantas saat dia pakai.
Nisa keluar lagi dengan pakaian yang lainnya, mukanya tampak di tekuk, " Bagaimana sekarang? Jika tidak cocok lagi, mungkin aku tidak pantas memakai pakaian yang ber merek," katanya sedih.
Aditya mengernyitkan kening melihat Nisa sedih, dia heran, kapan dia mengatakan Nisa tidak pantas memakai pakaian itu, dia hanya ingin Nisa mencoba semuanya, karna dia bermaksud akan membelikan semua pakaian itu.
"Apa kau tidak ingin mencoba yang lainnya? " Tanya Aditya lagi.
"Tidak, aku capek", kata Nisa cemberut.
Melihat itu Aditya tertawa.
"Tolong bungkus semuanya, semua terlihat bagus di tubuhnya" Kata Aditya sambil memberikan kartu kreditnya
Nisa kaget, tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Apa pak? Bapak ingin membelikan semuanya? Apa tidak kemahalan? " Tanya Nisa cemas.
"Setelah kau gajian, kau beli sendiri" kata Aditya menjawab semua pertanyaan Nisa.
Nisa tampak bingung, dia sedang menghitung hutang yang harus dia bayar, belum lagi hutang pada Aura, hampir sebulan ini dia hanya numpang hidup sama Aura, ini udah nambah lagi..
" Pak.. berapa aku harus membayar semua ini nantinya? gajiku nggak cukup membeli semua pakaian itu Pak," katanya cemas, karna dia yakin semua baju-baju itu hampir dua puluh juta rupiah, sementara gajinya tak sampai segitu.
"Apa aku memintamu untuk menggantinya? " Kata Aditya lagi.
"Ini Pak, terima kasih banyak, Anda suami yang baik pada istri anda" Kata pelayan toko itu tersenyum.
Nisa :"...."
"Terima kasih banyak " Kata Aditya tersenyum bahagia, karna pelayan toko itu mengira dia adalah suami Nisa. Sementara Nisa melirik wajah Aditya dengan takut, dia takut kalau-kalau bosnya ini akan marah.
Aditya membawa semua pakaian Nisa, melihat itu Nisa sedikit segan.
"Pak.. biar aku bawa semua, berat" Kata Nisa.
Aditya memberikan sebuah pada Nisa, dan membawa sisanya.
"Kita akan mencari sepatu mu. " Sambung Aditya.
"Pak.. cukup ini saja" Nisa benar-benar tak enak hati dengan bosnya ini.
Aditya terus saja berjalan masuk ke toko sepatu seolah -olah tidak mendengar perkataan Nisa, melihat itu Nisa hanya mengikutinya dengan perasaan canggung.
Nisa benar-benar merasa tak enak hati dengan bos nya ini.
'Aku akan melakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan padaku sepuluh tahun yang lalu, bahkan lebih' Batin Aditya,
Sepuluh tahun yang lalu, Aditya adalah senior Nisa saat mereka masih kuliah, meski dia seorang putra bangsawan, dia sangat kuper dan kolot, dia sama sekali tidak bisa mengikuti mode, sehingga dia tampak culun ditambah lagi tubuhnya amat kurus dan ceking di tambah kaca mata bundarnya yang cukup tebal membuat dia terlihat aneh. .
teman-temannya selalu mengolok-oloknya, dia sering di buli, sehingga masa-masa itu sangat menakutkan. Saat dia sedang di buli, Nisa datang membantunya, meski baru tahun pertama, gadis mungil itu dengan beraninya memarahi senior pria yang berbadan jauh lebih besar darinya, dan membawa Aditya menjauh dari mereka, sejak hari itu, Nisa selalu ada di samping Aditya, sehingga tidak ada yang berani mengganggunya karna takut dengan cewek sangar ini.
"Adit.. apa kau tak ingin merubah penampilanmu? Jika ku perhatikan kau cukup tampan. Sini, coba ku dandanin" kata Nisa.
Nisa membuka kancing Baju bagian atas Aditya.
" Nah.. mulai sekarang jangan mengancingkan bajumu sampai ke atas lagi ya"
Lalu Nisa menggulung lengan baju Aditya yang juga di kancingkan sampai ke bawah.
" Nah lengan bajunya juga kayak gini, jangan sampai bawah lagi" Katanya lembut.
Kemudian .
Nisa kemudian menyisir rambut halus Aditya dengan jarinya, hambut yang berponi itu disisirnya menyamping, sehingga membuat pria ini terlihat tampan setelah di robahnya.
"Lihat... kau cukup tampan.. hanya saja kau tak bisa merias dirimu sendiri, andai saja kaca matamu bisa di lepas.. pasti semua wanita akan antri di dekatmu.
" Boleh aku melepasnya? " tanya Nisa. Aditya hanya mengangguk. kemudian Nisa melepas kaca mata Aditya.. dan hampir bersorak..
" Ya Tuhan... kau benar-benar tampan " Serunya..
Aditya yang sedari tadi diam saja saat didandani Nisa layaknya bermain boeka, menjadi memerah karna pujian Nisa itu.
" Tapi aku tak bisa melihat apa-apa" Jawabnya.
"oh.. maaf, maaf, " kata Nisa sambil memasangkan kembali kaca mata Aditya.
"Nah.. mulai besok, coba kayak gi ya.. Oh ya, lebih baik kamu mengobati matamu dari sekarang, agar sakitnya tidak tambah parah " kata Nisa menasehati.
Semenjak ada Nisa di sisisnya, hidupnya terasa lebih indah, dan tampa dia sadari setiap hari dia semakin mencintai gadis itu, hanya saja dia tidak berani untuk mengungkapkannya, sampai akhirnya, Nisa menikah dengan orang lain membuat dia sangat terpukul dan memilih melanjutkan studynya di luar negri. Aditya tidak bisa mencintai wanita lain, meskipun banyak gadis-gadis yang menyukainya, terlebih lagi sekarang, setelah dia jauh merubah penampilannya gadis-gadis bahkan rela mati untuknya, tapi dia bahkan rela mati untuk Nisa.