Asia terpaku dan baru sadar saat Alexi sudah menapaki tanah. Rupanya pria itu turun melalui pohon besar yang letaknya berada dekat dengan balkon kamar milik Asia.
Ketika Asia menatap ke bawah, dia bisa melihat Alexi tersenyum bahkan pria itu memberikan kecupan jauh. Asia merutuk bodoh sebab bisa terlena dalam ciuman Alexi dan dia pun hanya bisa gigit jari.
Sementara itu Alexi masuk ke dalam mobil di mana Adya sudah menunggu. "Puas Tuan lihat calon istri Tuan?"
"Iya." jawab Alexi singkat. Dia lalu mengambil sebuah buku catatan dan menulis. Adya bisa melirik apa yang ditulis oleh Alexi.
Lamaran : 3 Cercaan : 1 Penolakan tegas : 3
Terima : 0
"Kok Tuan menulis seperti itu?"
"Supaya jadi kenang-kenangan." ujar Alexi sambil terus menggerakkan pena di atas kertas. Ternyata dia belum selesai. Alexi masih menulis tentang bagaimana cara dia melamar dan apa yang terjadi pada hari ini.
Mata Adya melebar melihat tulisan Alexi. "Iyuh ... Tuan itu menjijikan."
"Tapi itulah terjadi." Adya lantas bergidik dan berkonsentrasi dalam mengemudi.
Esok harinya, Asia berjalan dengan lingkar hitam di bawah matanya. Ini semua karena Alexi yang mencium bibirnya dengan liar, dia sampai tak bisa tertidur karena kepikiran dan berujung dia terjaga sampai pagi.
Dia berharap sekali bahwa hari ini dia tak akan bertemu dengan pria sialan yang telah mencuri ciuman pertama sekaligus kedua. Langkahnya yang lesu mendadak terhenti melihat jenjang kaki dengan sepatu yang mengkilap. "Selamat pagi," Asia membuang napas kasar baru saja dia memohon pria itu sudah berada di depannya sekarang.
Kenapa dia harus selalu bertemu dengan Alexi. Asia mendongak disertai tatapan galak untuk Alexi. Pada awalnya wajah pria itu ceria tapi melihat kantung mata Asia, Alexi terpaku. "Asia, kenapa wajahmu pucat sekali lalu kantung matamu ... apa kau sakit? Jika iya ayo kita ke rumah sakit," Asia memandang sebal pada Alexi yang menaruh perhatian padanya.
Kedua tangan Alexi menangkup kedua pipi gadis itu. Asia lalu mendorong Alexi agar menjauh. "Kau pikir ini salah siapa? Salah kau! Karena kau menciumku aku tak bisa tidur tahu! Sedang kau ... wajahmu sangat segar. Kau pasti bahagia." Alexi tak menampakkan cengengesan dia lebih tertuju pada Asia.
Gadis itu telah melangkah lemas masuk ke dalam kampus. Semua mahasiswi yang satu jurusan tampak terkejut dengan wajah kusam. Pasalnya Asia selalu tampil cantik beda sekarang dia tampak buruk.
"Asia, nona cantik. Kenapa kau terlihat beda sekali? Ada apa?"
"Aku begadang semalaman." jawab Asia tidak berbohong namun juga tak jujur. Tidak lama, dosen datang dan mulai mengajar. Semua orang tampak memperhatikan dengan saksama hanya Asia yang terus saja menguap sampai ketika matanya mulai berat dan akhirnya menutup.
Bukk!!
Teman-teman Asia lalu menoleh serentak bersamaan pada gadis itu. Dia sudah tertidur lelap di atas meja. Dosen berdeham keras tapi Asia tak terbangun. Akiko-nama dosen wanita itu berjalan menghampiri Asia hendak menggebrak meja milik Asia.
Sebelum itu terjadi, sosok pria tampan datang dan menghentikan maksud dari Akiko. "Anda siapa? Kenapa anda masuk ke kelas ini? Tidakkah anda tahu kalau pelajaran masih berlangsung?"
"Ya saya tahu tapi saya mau mengambilnya. Dia calon istri saya." Mata Akiko membulat.
"Asia sebenarnya sedang sakit dan tak bisa tidur semalaman. Apa boleh saya membawanya pergi? Kasihan Asia."
"Ok, jaga dia baik-baik." Alexi tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia lalu menggendong Asia ala bridal style kemudian pergi. Seluruh siswi dari jurusan kesenian tersenyum geli. Mereka saling berbisik tentang bagaimana tampannya Alexi dan gagahnya pria itu ketika menggendong Asia yang menurut mereka terlihat keren.
Adya menunggu dengan gusar di dalam mobil. Ada rapat penting yang tak bisa dilewatkan oleh Alexi tapi dia malah lebih memperhatikan gadis gila yang sukses mencuri hati Tuannya itu. Kalau begini terus, pekerjaan Alexi sekaligus perusahaan akan terancam.
"Adya, buka pintunya." Mata Adya membelalak melihat Alexi berjalan dengan Asia yang digendong. Dia lalu keluar dan membuka pintu mobil yang belakang. Alexi menaruh Asia dengan hati-hati lalu meletakkan kepala gadis itu ke pahanya.
"Tuan, gadis gila itu kenapa?!"
"Dia hanya tertidur. Ayo kita pulang ke rumah dulu, di sana dia bisa beristirahat."
"Tapi Tuan rapat pentingnya,"
"Kau mau membantahku?" Adya menggeleng.
"Kalau begitu jalanlah cepat. Kita bisa ke sana secepat mungkin namun kita prioritaskan dulu calon istriku." Sekretaris Alexi itu mendengus.
"Baik Tuan."
******
Asia menggeliat pelan beberapa saat dan membuka matanya secara perlahan. Dahinya membentuk kerutan ketika melihat langit-langit yang asing. Bukan itu saja semua tampak tak biasa bagi Asia.
Gadis itu berangsur duduk dan memperhatikan sekitar. Dia bukan di dalam kamar atau mungkin, dia tak berada di rumah. Asia lalu bangkit kemudian keluar sambil terus berjalan melihat-lihat.
Sampailah dia di ruang tamu yang disatukan dengan dapur. Interior modern menambah kesan bahwa dia tengah berada di rumah orang kaya. Karena tak berhati-hati, Asia menabrak Adya yang berjalan seraya menelepon. "Matamu itu taruh di mana?!"
"Maaf aku tak senga-- ... kau! Bukankah kau sekretaris Alexi?!" Dengusan pelan keluar dari Adya.
"Yah, memangnya kenapa?"
"Kau sudah bangun rupanya! Selamat pagi eh maksudku adalah selamat malam!" Asia menoleh dan di situlah dia berdiri seorang pria yang paling dia benci. Alexi!