"Selamat ya Asia, karya anda akan dipajang di galeri kami." ucap seorang pemilik galeri. Mereka berjabat tangan sebagai ucapan selamat.
"Terima kasih. Ini juga berkat anda lukisan yang saya ciptakan bisa dipamerkan." balas Asia sambil tersenyum cerah.
"Oh iya anda akan datang bukan ke pameran besok?"
"Iya."
"Sekalian ajak juga keluarga anda." Untuk beberapa saat Asia terdiam sebelum akhirnya memamerkan senyuman tipis.
"Tentu aku akan datang bersama keluargaku. Saya permisi dulu." Asia lantas berjalan meninggalkan si pemilik galeri masih dengan senyuman mengembang.
Ini memang bukan pertama kalinya lukisan dipajang di suatu galeri tapi Asia benar-benar bersemangat. Karena ada Aikara dan Sky, rencananya Asia akan meminta mereka datang sebagai perwakilan keluarga.
Kalau dia menghubungi Ayah dan Ibunya sepertinya tak mungkin sebab Asia adalah istri Alexi sementara Alexi dia tak mau merepotkan pria itu.
Asia tahu bagaimana pekerjaan Alexi yang kadang-kadang lembur karena banyak sekali yang harus dilakukan. Setibanya di kediaman Denzel, Asia kebingungan saat mendapati rumah yang awalnya agak ramai sebab kedatangan Sky dan Aikara mendadak sepi.
"Kau pulang ternyata," sepasang mata Asia langsung menatap pada suaminya kemudian tersenyum.
"Di mana kakak Aikara dan Kakak Sky?"
"Mereka sudah pulang." jawab Alexi.
"Hah? Mereka sudah pulang? Kenapa?"
"Mereka mau menyelesaikan permasalahan." Asia mengembuskan napas berat. Ini artinya tak akan ada yang pergi ke galeri.
"Asia? Apa ada masalah?" pertanyaan dari Alexi membuyarkan lamunan Asia. Dia memberikan senyuman palsu seraya menggeleng.
"Tidak ada masalah kok. Aku mandi dulu." Alexi tidak memaksa Asia untuk menjawab dan hanya mengangguk saja meski pria itu sedikit merasa janggal.
Alexi lalu menghabiskan kopi yang dia minum lalu masuk ke dalam kamar di mana Asia tengah mandi. Dia kemudian mencari sesuatu di dalam tas milik sang istri dengan tenang sampai menemukan suatu undangan pagelaran lukisan di galeri.
Oh iya Alexi lupa kalau Asia adalah seorang pelukis. Mungkin saja Asia memiliki karya yang dipamerkan dan Alexi paling tak suka istrinya itu bersedih.
Baiklah dia akan melakukan sesuatu.
Alexi kembali keluar lalu duduk sambil membaca beberapa dokumen seolah-olah dia tak pernah masuk ke kamar dan memeriksa isi tas istrinya.
Asia lantas ke bawah menemukan Alexi. Tak ada pilihan lain Asia harus membicarakan perihal ini pada suaminya, mungkin saja dia memiliki waktu untuk pagelaran lukisan.
"Alexi, apa kau punya waktu besok?"
"Mm ... sepertinya tidak. Aku harus bertemu dengan beberapa investor. Ada apa?"
"Tidak hanya bertanya saja." ucap Asia. Dia berusaha untuk menyembunyikan kekecewaannya pada Alexi dengan senyuman palsu.
"Aku mau bantu dulu Bibi Ti--" Alexi segera mencekat pergelangan tangan Asia dan memaksanya untuk duduk kembali.
"Katakan padaku, kau ingin aku melakukan apa?"
"Aku sudah bilang hanya bertanya saja."
"Benarkah?" Seringai ditampakkan oleh Alexi sambil merapatkan tubuhnya pada Asia yang jelas merasa tertekan.
"Kau mau apa, Alexi? Jangan macam-macam ya, aku akan melaporkanmu pada Ibu!" Tawa kecil dari Alexi makin membuat Asia terintimidasi.
"Silakan saja aku juga akan mengadukanmu karena merahasiakan sesuatu dariku. Ingat, aku suamimu!" Asia mendecih kemudian mendorong tubuh Alexi agar menjauh darinya.
"Aku tak merahasiakan apa pun darimu. Kalau kau tak percaya ya sudah aku juga tak butuh!" Gadis itu bergegas pergi meninggalkan Alexi yang tertawa kecil dan setelahnya mengambil ponsel.
"Halo, Adya. Ubah jadwalku, besok siang aku punya acara penting."
❤❤❤❤
Keesokan harinya, Asia menghadiri acara galeri namun sayangnya dia datang seorang diri. Sebenarnya dia sudah menghubungi Karma dan Rani juga para saudaranya. Mereka tidak bisa datang karena urusan pribadi masing-masing yang makin menambah kekecewaan Asia.
Namun Asia tak larut dalam kesedihannya dia memutuskan untuk berpusat saja pada pengunjung yang menikmati hasil karyanya. Orang-orang baru berdatangan sedang Asia tampak sibuk menjelaskan beberapa hasil lukisan yang dia pajang.
Asia tersenyum saat dua orang berjalan meninggalkannya untuk melihat karya lain. "Wah, karya yang bagus!"
"Teri--" Asia langsung terpaku melihat sosok pria yang tengah melihat hasil lukisannya dan mendadak rona merah tampak di wajah saat pria itu memberikan sebuah buket bunga.
"Lukisanmu sangat cantik, sayang." ucap pria itu.
"Terima kasih Alexi." balas Asia pelan.
"Kenapa kau tak memberitahukan aku kalau mau datang?"
"Biasalah sebagai kejutan. Apa hanya ini lukisanmu?"
"Ah tidak masih banyak yang lain. Ayo akan aku antar kau berkeliling." Alexi patuh saja lalu berjalan beriringan dengan istri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri melihat beberapa lukisan unik sedang Asia tersenyum manis.
Dia tentu saja senang kalau Alexi datang untuknya. Alexi meninggalkan pekerjaan yang sangat penting sekadar menemani Asia di sini. "Kenapa memandangku begitu? Apa kita sudah sampai?"
Asia menggeleng. "Aku merasa sangat senang kau ada di sini, aku pikir tak akan ada yang ke galeri karena tak ada yang peduli."
"Hei jangan bilang seperti itu. Jika menyangkut kau, aku akan datang sebisaku jadi jangan sungkan mengatakan sesuatu padaku. Mengerti?"
"Iya aku mengerti."
"Nona Asia." panggilan dari pemilik galeri menghentikan pembicaraan mereka berdua. Si pemilik galeri menatap sebentar pada Alexi kemudian beralih kembali pada Asia.
"Lukisan Nona ternyata ada beberapa orang yang suka. Mereka meminta agar beberapa di antaranya dijual."
"Mm ... bagaimana ya? Bukankah nanti lukisanku akan dilelang minta saja mereka mengikuti perlelangannya nanti."
"Baiklah, saya mengerti. Kalau boleh siapa di samping anda ini?" Mendengar itu senyuman nakal menghiasi wajah tampan Alexi. Dengan gaya, Alexi merangkul Asia yang langsung memberikan tatapan galak.
Sama halnya seperti biasa, Alexi tak menghiraukan Asia. "Aku suaminya."