🌹🌹🌹
Berhari-hari Ahmar mencari Aini kembali, namun tak juga ia temukan. Perasaannya semakin hancur dan rasa kehilangan semakin membuatnya terpuruk.
"Aku harus mencarimu dimana lagi, Aini! Aku merindukanmu." lirih Ahmar sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah.
Bayangan Aini tak pernah mampu ia singkirkan. Cintanya pada wanita itu begitu besar. Meski ia juga berusaha membuka hati untuk Tasya. Namun kehadiran wanita itu tak mampu menggantikan posisi Aini di hatinya.
Seperti pagi ini, Ahmar memiliki janji untuk mengantar Tasya belanja dan menemani wanita itu. Ahmar memutuskan untuk belajar mencintai Tasya pelan-pelan.
Ahmar meraih kunci mobil dan meminta ijin pada Aliya untuk keluar.
"Mas Ahmar mau kemana?" tanya Aliya sambil tetap berkutat dengan laptopnya.
"Tasya memintaku untuk menemaninya belanja!" sahut Ahmar dan segera berlalu.
Aliya menaikan alisnya, tak percaya akan pendengarannya, sejak kapan kakaknya begitu dekat dengan wanita itu.
"Aku tak yakin, Mas Ahmar pasti hanya menjaga perasaan Arya saja!" gumam Aliya. Memang akhir-akhir ini sikap Ahmar sedikit berubah. Selalu pulang tepat waktu dan tak pernah mengulur-ulur waktu untuk segera pulang.
Aliya semakin penasaran dengan sikap Ahmar. Iapun memutuskan untuk mengikuti kakaknya ke pusat perbelanjaan.
"Aku harus cari tahu," desis Aliya dan segera melangkah keluar dari kantor.
Sebelum mengantar Tasya, pria itu terlebih dahulu menjemput Arya di sekolah. Ia memang sengaja meluangkan waktu hari ini untuk bersama keluarganya. Ahmar ingin membuka lembaran baru, setelah berhari-hari tak menemukan Aini.
"Mungkin kita memang tak berjodoh!" putus Ahmar dengan raut wajah kecewa.
Ahmar segera turun saat melihat Arya telah menunggu di teras sekolah. Ia berlari kecil.
"Hay jagoan Ayah," seru Ahmar dengan senyum manis.
"Ayah ...." teriak Arya kegirangan melihat ayahnya datang menjemput setelah sekian lama tak pernah ada waktu untuknya.
Ahmar memberi kecupan pada Arya dan menggendongnya.
"Kenapa baru sekarang ayah menjemputku?"
Ahmar tersenyum, tak bisa dipungkiri selama ini dirinya terlalu sibuk mencari Aini hingga lupa akan kewajibannya pada putra semata wayangnya itu.
"Maafkan Ayah, Sayang!"
"Apakah sekarang ayah tak sibuk lagi!" tanya Arya dengan nada manjanya.
Ahmar menggeleng cepat. Arya tersenyum manis.
"Hore, Ayah akan selalu menjemputku sekarang!" sorak Arya. Ahmar menatapnya sendu.
"Sungguh aku telah membuat Arya kehilanganku!" pikir Ahmar.
"Hay Ruhi ...." panggil Arya saat melihat gadis kecil yang suka menjahilinya lewat.
Gadis itu menoleh sekilas lalu mencibirkan bibirnya.
"Kamu mau pamer, Ya!" sungutnya lalu berjalan mendekat ke arah Arya.
"Aku hanya ingin mengenalkan ayahku padamu!" Arya meminta turun dari gendongan ayahnya.
"Dasar manja!" ejek Ruhi geli melihat tingkah Arya.
"Uuuh ... Kamu selalu saja mengejekku! Kamu pulang bersamaku saja, nanti ayah akan mengantarkanmu sampai di rumah!"
"Maaf, aku tidak boleh sembarang menumpang. Kata ibu kita harus waspada pada orang asing!" tolak Ruhi dan itu membuat Ahmar tersenyum. Anak kecil di depannya ini begitu lucu dan menggemaskan.
"Dia ayahku, bukan orang asing!" kilah Arya memajukan bibirnya.
"Tapi tunggu ... Sepertinya aku pernah bertemu dengan ayahmu!" Ruhi mengetuk-ngetuk keningnya coba mengingat sesuatu.
Ahmar semakin tersenyum lebar melihat tingkah Ruhi. Ahmar ingat bahwa gadis ini pernah diantarkan pulang waktu itu.
"Aduh aku lupa ... Maaf ya, Om!" sesal Ruhi Karena tak dapat mengingatnya.
Ahmar segera menunduk menyamai tinggi Ruhi dan mengelus rambut panjang gadis cilik itu.
"Tidak apa-apa, Sayang! Nanti kalau sudah ingat beritahu Om, Ya, dan Ruhi akan dapat hadiah!"
"Hadiah apa, Om?" Ruhi menaikan alisnya.
"Rahasia dong! Kan, Om ingin tahu sampai dimana ingatan Ruhi!" Ahmar mengacak rambut Ruhi dengan gemas.
"Hmmm ... baiklah!" putus Ruhi mengalah lalu berpamitan untuk mencari Mila sepupunya.
Ahmar dan Arya mengangguk mengiyakan.
Arya menceritakan semua pada ayahnya tentang Ruhi. Dengan semangat Ahmar mendengarkannya.
"Anak Ayah, tidak boleh nakal, Ya!"
"Siap!" Arya memberi hormat pada Ayahnya. Ahmar tertawa serta menggelengkan kepala melihat tingkah lucu Arya.