🌹🌹🌹
Intan yang melihat Aini berlari dengan air mata yang mengalir jadi kebingungan.
"Kamu kenapa???" Intan mengguncang bahu Aini yang semakin terisak.
"Siapa yang menyakitimu, Aini?" tanyanya lagi dan Aini masih belum mampu menjawabnya.
Pertemuannya dengan Ahmar sungguh menyiksa, Aini tak menyangka akan bertemu dengan lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu.
Aini tak mampu untuk menutupi perasaannya. Sungguh ia masih begitu merindukan Ahmar. Namun janji pada ibu mertuanya tak mungkin akan ia langgar.
"Ada apa sebenarnya, Aini?" Intan mengulangi pertanyaannya dengan pelan Aini mengangkat wajahnya lalu tersenyum untuk menutupi segalanya.
"Aku baik-baik saja, Ntan! Aku hanya sedikit kelelahan!" sahur Aini berbohong.
"Tidak mungkin tanpa sebabnya kamu menangis seperti itu!"
"Sungguh aku tak apa-apa!" ucap Aini meyakinkan.
"Apa hubunganmu dengan laki-laki itu, Aini! Pria itu adalah tamu special di kedai kita ini! Jika kamu berbuat kesalahan, maka kamu akan saya pecat!" tegur Siska yang tiba-tiba muncul di ruangan itu.
Aini menghapus air matanya dan segera mendekat ke arah Siska.
"Dia bukan siapa-siapa, Kak!" gugup Aini.
"Aku melihatmu memperlakukan tamu tidak sopan! Kamu harus meminta maaf!" ujar Siska. Memang wanita itu sempat melihat Aini yang menepis kasar tangan Ahmar dan berlari meninggalkannya.
"Minta maaf!"
Siska mengangguk
Aini menggeleng tak mungkin ia melakukan itu, untuk bertemu dengan Ahmar kembali hatinya belum siap. Mana mungkin ia harus minta maaf dan mendatangi Ahmar begitu saja.
"Kenapa diam! Aku lihat pria itu masih di teras dan pasti menunggumu, jadi temui dia atau kamu akan saya pecat!" tandas Siska memberi perintah.
"Kak ...." Aini tak sanggup melanjutkan ucapannya melihat tatapan Siska yang begitu tajam membuatnya semakin dilema.
"Ayo sekarang, tunggu apa lagi!" Siska mendorong tubuh Aini agar mulai melangkah. Mau tidak mau wanita itu melangkah juga akhirnya.
Aini melihat Ahmar di sudut kedai dengan wajah lusuhnya. Bagaimana pria itu bisa memporak-porandakan hatinya dalam satu hari ini.
Aini berjalan mendekat dengan perasaan gelisah ia duduk di samping Ahmar tapi pria itu tak menyadari kehadirannya.
"Apa yang membuatmu masih di sini!" tegur Aini pelan.
Ahmar mengangkat wajahnya saat mendengar suara wanita yang begitu ia rindukan terasa begitu dekat.
"Aini ...." seru Ahmar saat melihat wanita itu duduk di sampingnya. Ahmar mengucek matanya seakan tak percaya.
Ahmar segera memeluk erat wanita itu dan tak ingin melepaskan.
"Jangan pergi lagi, Aini! Aku tak ingin kehilanganmu, aku mencintaimu!" ungkap Ahmar dan itu membuat Aini semakin tak berdaya.
Semua itu tak luput dari tatapan tajam Siska yang sengaja mengawasi Aini dari dalam.
"Siapa sebenarnya, Aini! Tamu itu, seperti begitu mencintainya!" gumam Siska dan tetap mengawasi dengan teliti.
"Lepaskan pelukanmu, Mas! Ini tempat umum, ini terakhir kalinya kita ketemu! Berjanjilah untuk tidak mencariku!" kata Aini mencoba melepaskan diri dari pelukan itu.
"Aku tidak akan melepaskanmu! Bertahun-tahun aku mencari dan sekarang aku telah menemukanmu, semua itu tak akan mudah aku lepaskan!" tukas Ahmar dengan memandangi wajah Aini penuh kerinduan. Kedua tangannya perlahan membelai wajah wanita itu.
"Mas, cukup!" bentak Aini dan menepis tangan Ahmar.
"Aku sudah menikah, jangan ganggu kehidupanku lagi. Pergilah! Diantar kita hanyalah masa lalu!" ungkap Aini dengan bergetar.
Ahmar menatap Aini tak percaya. Dan pria itu yakin Aini hanya membohonginya.
"Kamu masih sah istriku! Sampai kapanpun kamu masih istriku!" teriaknya saat melihat Aini telah menjauh.
Siska mempertajam pendengaran dan apa yang diucapkan oleh Ahmar, benar-benar membuatnya shock. Bagaimana mungkin seorang Aini bersuamikan seorang pengusaha kaya.
"Ini tidak mungkin! Pasti pria itu salah orang!" geleng Siska enggan meyakini pendengarannya tadi.
Ahmar terdiam lama dan akhirnya ia memutuskan kembali ke kantor, saat sekretarisnya mengatakan ada rapat dadakan lagi.
"Aku tak akan melepaskanmu, Aini!" tandasnya dan segera masuk ke dalam mobil.
****
Tasya dan Soraya bertemu di tempat yang telah mereka janjikan.
"Kuharap kamu bisa menjaga Ahmar, buat dia tidak bisa menceraikanmu! Kalau perlu kamu hamil lagi!" cetus Soraya memberi ide pada menantunya agar Ahmar tak punya jalan serta alasan untuk berpisah.
"Bagaimana aku bisa hamil, Bu! Mas Ahmar menyentuhku saja tidak! Apa cintanya pada wanita miskin itu begitu besar!" sendu Tasya dengan wajah masam.
"Kamu harus pintar, Sya! Jika kamu tidak ingin kehilangan Ahmar!"
"Maksud ibu, aku harus menggunakan cara licik itu lagi!" Tasya mengajukan pertanyaan yang pada mertuanya itu. Ia masih ingat saat pertama bertemu Ahmar dan ia menggunakan cara licik untuk mendapatkan pria itu. Hingga Ahmar tak mampu berkutik. Tanpa alasan lagi mereka menikah.
Soraya tersenyum dan menganggukkan kepala.
Tasya menelan ludah, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering.
"Ibu yakin cara ini akan kembali berhasil!" Tasya seolah tak percaya diri. Jika ia akan mampu melakukannya lagi.
Semua kebutuhan Ahmar, Pembantu yang siapkan bagaimana bisa ia mengambil alih semuanya.
"Kamu harus bisa, Sya! Hanya dengan cara itu Ahmar tak akan macam-macam lagi! Dia akan mempertimbangkan keputusannya untuk menceraikanmu!" tandas Soraya meyakinkan.
Tasya merenungi apa yang diucapkan Soraya dan semua itu sedikit ada benarnya, dengan memiliki satu anak lagi Ahmar tak akan mungkin menceraikannya. Dia yakin pria itu tak akan tega menyakiti darah dagingnya hanya untuk wanita di masa lalu.