ดาวน์โหลดแอป
0.36% Jika Takdir Berkehendak / Chapter 1: Ospek
Jika Takdir Berkehendak Jika Takdir Berkehendak original

Jika Takdir Berkehendak

นักเขียน: SA_20

© WebNovel

บท 1: Ospek

<p>Tahun ajaran baru sudah di mulai, anak-anak yang baru saja lulus dari SMA akan memasuki kisah yang baru sebagai mahasiswa ataupun mahasiswi. Tapi sebelum benar-benar diakui, ada beberapa tes yang dirangkai dalam kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau yang biasa di sebut OSPEK. <br/><br/>Dalam kegiatan ini, para mahasiswa dan mahasiswi baru akan di ajarkan untuk mengenal lingkungan kampus dan sekelilingnya. Ada juga acara mengerjakan misi seperti mencari sesuatu, meminta tanda tangan kakak tingkatan, mengitari gedung kampus, dan acara-acara lainnya yang cukup bermanfaat untuk mereka yang baru datang ke kampus. Setidaknya mereka bisa mengenal lebih jauh area kampus dan memiliki kenalan baru yang bisa di jadikan tempat untuk bertukar pikiran.<br/><br/>Hari ini para mahasiswa dan mahasiswi baru akan mencapai akhir dari masa OSPEK setelah menjalani tugas terakhir. Tugas itu adalah mengumpulkan tanda tangan kakak panitia OSPEK yang berjumlah 30 orang dan tersebar di seluruh area kampus. Mereka yang ingin mendapat stempel kelulusan OSPEK dari panitia harus bisa mengumpulkan tanda tangan itu. Jika berhasil maka mereka di anggap sukses menjalani semua misi, sedangkan jika gagal maka akan mendapat poin minus.<br/><br/>Untuk stampel yang dimaksud adalah tiket untuk acara malam yang diadakan di halaman kampus. Lebih tepatnya acara penyambutan anak baru non-formal, acara ini ide dari ketua panitia OSPEK tahun ini. Tentu semua anak baru menginginkan stempel itu, karna mereka ingin lebih mengenal satu sama lain dalam acara penyambutan malam hari di halaman kampus.<br/><br/>Ketua OSPEK mulai menaiki podium, dia adalah Muhammad Ali Khadafi. Mahasiswa semester 6 yang sangat dikenal semua anggota kampus, bahkan ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi baru yang sudah mengetahui siapa dirinya. Mengingat dia pernah menjuarai lomba debat nasional dan mewakili negara ke ajang internasional, tentu hal itu membuat namanya dikenal banyak orang di sana.<br/><br/>Selain pintar, Ali juga ramah dan baik hati. Ia suka membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya. Dari segi fisik juga Ali memang tampan dan gagah. Intinya, Ali itu idaman para wanita sekali.<br/><br/>"Assalamualaikum, semua?" salam Ali pada semua calon mahasiswa dan mahasiswi yang ada di sana.<br/><br/>"Waalaikumsallam," jawab Semua yang ada.<br/><br/>"Baiklah, hari ini adalah hari terakhir kalian menjalani Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau OSPEK. Untuk tugas terakhir kalian, kalian harus mengumpulkan semua tanda tangan kakak panitia OSPEK yang akan menyebar ke seluruh bagian kampus. Bagi mereka yang berhasil, akan ada hadiah tambahan spesial untuk acara penyambutan malam nanti. Tapi tenang saja, semua akan kebagian stempel kok. Syaratnya mengumpulkan minimal 15 tanda tangan panitia, kalau kurang dari itu mohon maaf kalian tidak bisa ikut acara penyambutannya. Baiklah, kalian paham dengan syarat dan ketentuan misinya?" Jelas Ali dengan tegas dan lantang.<br/><br/>Semua mahasiswa dan mahasiswi baru itu mengangguk paham, lalu mereka sama-sama menjawabnya.<br/><br/>"Mengerti kak!" Jawab semuanya.<br/><br/>"Bagus, kalau gitu misi akan di mulai 5 menit dari sekarang. Persiapkan diri kalian, dan semoga sukses." Balas Ali memberi semangat.<br/><br/>"Baik kak." Jawab semua, lalu mereka membubarkan diri.<br/><br/>Di satu sisi, ada dua orang gadis yang sedang duduk di kursi taman sekolah. Mereka adalah Fatimah dan Putri, dua mahasiswi baru yang datang dari SMA yang sama. Mereka berteman baik dan terlihat begitu akrab, kini mereka sedang bersantai sejenak sebelum misi terakhir masa OSPEK mereka di mulai.<br/><br/>"Ma, kak Ali keren, ya? Udah pintar, tampan, tegas, keren deh pokoknya." Ungkap Putri dengan senyumannya.<br/><br/>Fatimah ikut tersenyum melihat ekspresi Putri, lalu ia pun menutup mata Putri dan mengingatkan temannya itu.<br/><br/>"Zina mata, tuh. Jaga dong tatapannya," balas Fatimah dengan tawa kecilnya.<br/><br/>"Ya ampun, Ma, sekali-sekali gak apa kan." Jawab Putri dengan wajah di tekuknya.<br/><br/>"Tetap tidak boleh, dosa Ri dosa." Balas Fatimah mengingatkan.<br/><br/>"Iya deh iya, lagian cuka kagum aja kok gak lebih." Jawab Putri masih mengelak.<br/><br/>"Sama aja, intinya suka kan?" Balas Fatimah menekankan.<br/><br/>Putri tersenyum lebar, lalu tiba-tiba suara peluit mengalihkan perhatian mereka. Itu adalah tanda, jika misi terakhir sudah di mulai.<br/><br/>"Sudah di mulai tuh, yuk kita cari kakak panitianya." Ajak Fatimah pada Putri.<br/><br/>"Iya ayo, jangan sampai ketinggalan." Jawab Putri semangat.<br/><br/>Akhirnya semua mahasiswa dan mahasiswi baru mulai berlarian ke sana kemari untuk mendapatkan tanda tangan kakak panitia, mereka sangat antusias demi mendapatkan hadiah spesial dari ketua panitia yaitu senior Ali. Padahal nyatanya hadiah itu dari panitia OSPEK, bukan dari Ali pribadi. Tapi para mahasiswi menganggapnya hadiah itu dari Ali, sehingga mereka begitu antusias mencari tanda tangan untuk melengkapi semuanya.<br/><br/>Hal yang sama terjadi pada Putri, ia begitu semangat lari ke sana kemari demi mendapatkan tanda tangan dari semua kakak panitia. Namun tidak dengan Fatimah, ia malah terlihat santai dan sedikit mengobrol dengan kakak senior perempuan. Hal itu membuat Putri sedikit kesal, pasalnya ia ingin segera mendapatkan semua tanda tangan senior agar tugas itu bisa di selesaikan.<br/><br/>"Ma, ayo dong. Jangan lama-lama ngobrolnya, kita masih harus minta tanda tangan yang lainnya lagi." Bisik Putri pada Fatimah.<br/><br/>"Sabar dong Ri, aku kan sedang pendekatan dengan kakak senior kita." Balas Fatimah dengan tenang.<br/><br/>"Iya tapi jangan kelamaan, nanti waktunya keburu habis." Tukas Putri tidak sabar.<br/><br/>"Ya sudah iya bentar, kita pamit dulu." Balas Fatimah akhirnya mengalah.<br/><br/>Fatimah pun berpamitan pada kakak senior perempuan di sama, setelah itu ia mengikuti langkah Putri yang begitu terburu-buru seperti ingin mengantri sembako.<br/><br/>"Ri, pelan-pelan. Nanti kamu jatuh, santai saja." Ingat Fatimah pada temannya itu.<br/><br/>Tapi Putri tetaplah Putri, ia tidak mendengarkan nasihat Fatimah dan malah berjalan semakin cepat. Hingga akhirnya ia menabrak salah satu senior, hal itu membuatnya jatuh di lantai dalam posisi duduk.<br/><br/>"Ya Allah Ri!" Teriak Fatimah khawatir.<br/><br/>Bukan hanya Fatimah, tapi senior yang di tabrak Putri pun ikut terkejut. Lalu ia berbalik, dan mencoba untuk membantu Putri. Tapi Fatimah lebih dulu membantu Putri untuk bangun, sehingga senior itu hanya memperhatikan saja yang terjadi di sana.<br/><br/>"Tuh kan, apa aku bilang? Kamu sih tidak mau dengar, jatuhkan." Omel Fatimah pada Putri.<br/><br/>"Ya maaf, aku kan tidak sengaja." Balas Putri dengan wajah menyesalnya.<br/><br/>"Minta maaf dulu sama kakak senior, tadi kamu menabraknya." Titah Fatimah pada Putri.<br/><br/>Putri pun menatap senior itu, lalu ia meminta maaf karna sudah menabraknya.<br/><br/>"Maaf ya kak, aku tidak sengaja." Ucap Putri sambil menunduk.<br/><br/>"Iya tidak apa, tapi lain kali jangan di ulangi lagi ya?" Jawab senior itu dengan santai.<br/><br/>"Iya kak." Jawab Putri mengerti. </p>


next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C1
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ