Semalaman ini ia tak memejamkan matanya walau hanya sesaat. Tak ada istirahat. Sampai akhirnya tubuh Wili yang sudah lusuh terbaring begitu saja di sofa ruang tamu sesampainya di rumahnya setelah Mery membuka pintu.
"Tuan, apakah mau saya buatkan minuman susu atau sarapan? Tuan terlihat lemas sekali." Mery bertanya tampak mengkhawatirkan Wili.
"Tak usah, saya hanya mengantuk saja," tolak Wili lalu ia segera masuk ke dalam kamarnya. Langkahnya terlihat berat karena sedikit kekuatan yang masih tersisa.
"Ya ampun, Tuan Bos. Kasihan sekali. Tapi, bagaimana dengan Nona Jeni ya? Apakah ketemu?" desis Mery bertanya-tanya sendirian. Ia masih berada di ruang tamu. Matahari belum benar-benar menampakan sinarnya karena hari masih terlalu pagi. Mery pun segera menutup kembali pintu utama di rumah itu. Dia akan kembali memulai pekerjaannya walau isi dadanya masih resah berbalut rasa penasaran dengan keadaan Jeni saat ini.