Chris merasa kesal saat mendengar jawaban Merry itu. Dia menyadari bahwa bagi Merry, yang terpenting hanyalah dia dapat makan enak dan bermain sepuas hatinya. Wanita itu sama sekali tidak peduli padanya. Tapi tentu saja Chris tidak dapat mengungkapkan kekesalannya itu pada Merry.
Pria itu menghela nafas sambil menyisirkan jari ke rambut hitamnya yang masih setengah basah. Chris mulai mempertanyakan mengapa dia repot-repot datang ke Jakarta. Mungkinkah dia ternyata tipe orang yang suka menyiksa dirinya sendiri?
Saat Chris tengah tenggelam dalam pikirannya, Merry menatapnya dengan heran. Dia tidak tahu kenapa Chris terus berdiri di depannya sambil mengusap-usap gelas anggurnya. Ekspresi pria itu terus berubah-ubah, namun semakin lama dia makin terlihat muram.
"Kak Chris?" Panggil Merry khawatir, tapi pria itu tidak menjawabnya. Dia mengerutkan kening dan mencoba lagi, kali ini suaranya lebih keras. "Kak Chris!"
Namun pria itu tetap bersikap seolah dia tidak mendengar Merry.