ดาวน์โหลดแอป
1.46% I Love You, My Best Friend / Chapter 4: Chapter 4 - Rencana Menjadi Kekasih Bos

บท 4: Chapter 4 - Rencana Menjadi Kekasih Bos

Mungkin aku bisa menggunakan Steven sebagai tameng agar perasaanku pada Hendrick hilang. Seperti sebelumnya. Lagipula, kalau dipikir-pikir, Steven tidak pernah menyakitiku selain sifatnya yang galak jika ada hasil pekerjaan yang tidak cocok untuknya.

"Yah, jemput aku jam tujuh kalau begitu," kataku akhirnya.

Saat itu Steven berhenti di depanku. Dia begitu tinggi dan menatapku dengan senyum bahagia. "Oke, kalau begitu kau bisa keluar sekarang."

Aku segera pergi begitu ia menyuruhku keluar. Sangat mudah, bukan? Steven bukanlah tipe pria yang akan mengagungkan wanita yang disukainya jika pekerjaan wanita yang disukainya belum selesai.

Begitu sangat profesional.

Aku kembali duduk dengan napas lega. Grace kemudian menggeser kursinya ke mejaku dan berbisik, "apa? apa yang terjadi? Apa dia memarahimu?"

Nah, itulah Grace. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi pada rekan kerjanya yang dipanggil Steven, yang mana ruangannya begitu gelap dan tidak bisa dilihat dari luar.

"Tidak, kita akan berkencan," jawabku santai.

Mata Grace bersinar dan berkobar. Mulutnya terbuka dan dia melihat sekeliling, berharap ekspresinya tidak mengganggu yang lain.

"Kau serius? Kapan? Errr, maksudku siapa yang bertanya duluan?" tanyanya memberondongku.

"Malam ini dan tentu saja dia yang bertanya dulu. Sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu ia bertanya, dan dia meminta jawabanku sekarang karena saat itu, aku meminta beberapa hari untuk memikirkannya," jelasku.

"Ah, kau ini bagaimana, sih? Dia seksi dan tampan! Bagaimana kau bisa memikirkan waktu untuk menjawab ajakannya?"

Grace menggerutu kesal dan itu membuatku tertawa. Dia memang menyukai Steven, yah, lebih tepatnya, semua orang menyukai Steven dengan sikapnya yang dingin, arogan, kaku dan mereka pikir Steven sangat seksi.

Bagaimana penilaianku? Yah, aku sama seperti yang lain dan itu normal. Tapi aku tidak menyangka pria sepertinya bisa menyukaiku sebagai bawahannya.

Jam kerjaku selesai pada jam empat sore. Aku langsung keluar dan pergi ke minimarket terdekat untuk membeli beberapa kebutuhanku ang sudah habis.

"Hei, Mayleen!" teriak seseorang saat aku hendak memasuki minimarket. Aku berbalik dan melihat sekeliling. Lalu aku melihat Anthony, Dexa, Roy, dan Hendrick berkumpul. Laki-laki yang tadi memanggilku adalah Anthony. Aku pun mendekat ke mereka.

"Nah, lihat wanita karir ini!" cibir Dexa.

"Berisik kau! Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyaku tanpa memandang Hendrick. Aku malu melihat Hendrick karena semalam akhirnya kami bercinta setelah sekian lama tidak melakukannya.

"Menunggu kau. Bergabunglah dengan kami," kata Anthony.

"Maaf, mungkin lain kali. Aku ada janji jam tujuh malam ini."

Hendrick menatapku dengan serius. Aku yakin, tatapan itu adalah tatapan penasaran, dengan siapa aku akan pergi malam ini.

"Ah, itu kan, masih jam tujuh. Belilah minuman atau apapun dan duduk di sini bersama kami, Mayleen," kata Roy.

Sayangnya, aku benar-benar tidak bisa menolak mereka. Jadi aku setuju dan kembali ke minimarket untuk menyelesaikan yang tadi ingin kulakukan.

Setelah itu, aku bergabung dengan mereka. Duduk di depan Hendrick tepatnya. Aku merasa canggung menatap Hendrick seperti itu. Lagipula, kenapa dia diam seperti ini? Tidak mungkin karena semalam, kan? Aku jadi penasaran.

"Ada apa dengannya? Dia diam saja selama ini," tanyaku pada yang lain.

"Kami juga tidak tahu. Dia minta berkumpul, tapi setelah berkumpul, dia diam. Aneh kan?"

Aku melirik Hendrik. Kemudian aku mendapatbpetunjuk di matanya agar aku segera memeriksa ponselku. Tapi aku mengabaikannya karena Hendrick pasti menanyakan sesuatu dan aku memilih untuk tidak melakukan perintahnya.

Tak terasa satu jam lagi aku akan menepati janjiku pada Steven, jadi aku pamit untuk pulang meski ada adegan drama dari ketiga sahabat Hendrick yang menahanku. Tapi pada akhirnya, aku berhasil pergi.

Steven menjemputku pukul tujuh malam. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, dia telah tiba. Aku segera meninggalkan rumah tanpa menyuruhnya singgah. Setidaknya aku ingin menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan, seperti bercinta atau berciuman. Karena aku tahu Steven akan melakukan itu jika momennya mendukungnya.

"Wow, kau terlihat cantik dengan gaun itu!" puji Steven.

Aku melihat gaunku dan tertawa. Ini hanya gaun biasa yang yah, harus kuakui bahwa aku jarang memakainya.

"Terima kasih, tapi ini gaun yang sangat kuno," kataku.

"Orang yang menilai, Mayleen. Jadi jangan anggap kau terlihat jelek," katanya.

Tidak ada adegan Steven membukakan pintu mobil untukku. Yah, setidaknya dia melakukan itu karena aku memintanya sendiri. Aku tidak suka dimanja seperti itu. Aku masih memiliki tangan dan kakiku. Jadi tidak ada alasan untuk aku harus bergantung pada seseorang? Benar, kan?

"Kudengar kau putus dengan Demico," tanya Steven di dalam mobil.

Percayalah, Steven di dalam dan di luar kantor adalah orang yang berbeda. Baik nada maupun perbuatannya. Jadi aku juga bisa menilai orang ini.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku.

"Aku hanya baru tahu."

Aku tertawa. Tentu saja, Steven akan mencari tahu sesuatu tentangku. Tapi kuharap dia tidak mencari tahu tentang Hendrick. Aku tidak ingin Hendrick terlibat dalam percakapan ini.

"Lalu mengapa kamu bertanya sesuatu yang kau bahkan sudah tahu jawabannya?" jawabku kesal.

"Yah, setidaknya aku ingin mendengar jawaban langsung darimu, Mayleen."

"Ya, itu benar. Apakah kau puas dengan jawabanku?"

Steven tertawa. Tawa yang jarang kudengar di kantornya. Dia bahkan terlihat lebih seksi di kantornya daripada di luar seperti ini. Well, menurutku Steven saat ini adalah sosok yang humoris dan penuh kekonyolan.

Kali ini aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Karena seringkali Steven yang selalu bertanya padaku. "Steven, apakah kamu punya kekasih?" Aku bertanya tanpa malu.

Dia menggelengkan kepalanya. "Tapi seseorang menyukaiku, Mayleen. Hanya saja aku tidak terlalu tertarik padanya."

Kata 'tidak terlalu' membuatku berpikir, mungkin sebagian dirinya menyukai wanita itu, atau mungkin sesuatu sudah terjadi di antara mereka.

"Tapi pasti ada yang menarik padanya," katakum

"Ya, memang ada. Apakah kamu ingin tahu?" pertanyaannya terdengar begitu mendominasi.

Wow! Aku tidak tahu mengapa aku tiba-tiba merasa panas saat ia menatapku seperti itu. Dia terlalu tampan jika aku menolaknya. Oh sial! Apa yang aku pikirkan?!

"Tidak. Aku tidak ingin tahu," jawabku akhirnya. Sebaiknya aku menghindari jawaban yang pasti mengarah pada sesuatu yang indah.

Steven terkekeh dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Kau sangat mudah ditebak, Mayleen. Asal kau tahu, aku tidak seperti yang kau pikirkan," katanya.

"Err... apa yang aku pikirkan?" tanyaku menantangnya.

"Kau pasti mengira aku tertarik dengan cara wanita itu membuatku orgasme, bukan?"

Skakmat kau, Mayleen!

Aku benci mengetahui dia tahu apa yang aku pikirkan. Apa wajahku terlihat seperti memikirkan itu? Atau itu semua karena efek semalam aku bercinta dengan sahabatku? Aku bahkan tidak tahu mengapa aku terus memikirkan Hendrick, padahal ketika aku bersama Demico aku tidak pernah memikirkannya sama sekali.

"Kita sudah sampai, ayo keluar dari mobil," katanya ketika akhirnya kami sampai di restoran Italia.

Aku tidak tahu banyak tentang makanan Italia, tapi aku suka spageti dan pizza. Jadi, aku hanya memesan itu daripada memilih sesuatu yang kuketahui.

"Jadi, kau tahu aku menyukaimu, Mayleen. Sejak dulu. Tapi kenapa kau selalu menolakku?" tanyanya tanpa merasa malu atau canggung.

Aku tersedak dan Steven segera memberiku minuman. "Maaf, pertanyaanku pasti terlalu terburu-buru," katanya kemudian.

Sebenarnya aku tidak keberatan jika Steven terlalu terbuka seperti ini. m Artinya jika kita berkencan nanti, tidak akan ada hubungan yang canggung atau semacamnya.

Tapi kenapa aku terus menolaknya? "Yah, kau tahu saat itu bahwa aku masih bersama Demico, Steven," jawabku, terdengar normal.

"Tapi sekarang kalian putus," potongnya.

Aku mengangguk. "Dan sekarang, aku tidak tahu apakah aku menyukaimu atau tidak."

Steven menghela nafas. "Mayleen, perasaan itu bisa tumbuh nanti, tahu?"

Ya, tentu saja, aku tahu. Tapi jika aku berkencan dengan Steven, apakah aku dapat sepenuhnya menghilangkan perasaan lamaku terhadap Hendrick? Haruskah saya mencobanya?

"Cobalah denganku, Mayleen. Aku berjanji kita akan melakukannya dengan lambat. Aku akan bersabar."

Tawaran yang terdengar mudah. Tapi aku butuh lebih banyak waktu untuk berpikir. "Biarkan aku berpikir lagi dan beri aku waktu," jawabku. Karena aku perlu berdiskusi dengan Hendrick terlebih dahulu.

Aku tidak tahu kenapa aku harus membicarakannya dengannya. Mungkin karena sebagian diriku berharap Hendrick menghentikanku dan menjadi kekasihku? Kau gila, Mayleen!

Kurasa aku sudah seperti ini sejak Hendrick dan aku bercinta tadi malam. Jadi aku merasa sangat berbeda dari biasanya. Bahkan Hendrick memiliki ekspresi berbeda sebelumnya. Brengsek! Aku harus menemuinya malam ini!


ความคิดของผู้สร้าง
KAREN_DN KAREN_DN

selamat datang, selamat membaca.

di buku ini, aku mau memberitahu bahwa chapter 1-25 akan memakai point of view dari Mayleen, si pemeran utama, ya. kemudian chapter 26 ke atas akan memakai point of view orang ketiga. jadi, nikmati ya kak, karena cerita ini akan berlangsung panjang.

jangan lupa dukungannya dan terima kasih. ^^

next chapter
Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C4
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ