ดาวน์โหลดแอป
62.5% HOTEL THE LUNA / Chapter 10: Mencari Karyawan Baru 1

บท 10: Mencari Karyawan Baru 1

Gue membuka mata pagi itu, dan menggeliatkan tubuh gue. Dan kemudian turun dari tempat tidur, sudah gue bilang kamar gue luas ada jendela besar disamping kiri dan kanan gue dan itu berjarak sementara tempat tidur gue yang king size terletak di tengah. Di sebelah sana jendela kaca dan pintu balkon menghadap depan rumah dan satunya sama tapi menghadap halaman belakang. Jadi kalau bolak balik bisa jadi olah raga.

Setelah mandi dan ganti baju gue turun ke bawah sarapan pagi, karena akan ke kantor untuk pertama kalinya, Amelia baru memberitahu ternyata gue punya kantor dan perusahaan sendiri.

"Pagi Samuel !" sapa gue, dia tidak pernah membangunkan gue karena selalu bangun pagi, kecuali libur.

"Pagi tuan muda !" seperti biasa tersenyum ramah dan melakukan tugasnya sebagai kepala pelayan di rumah ini.

"Bagaimana dengan hotelnya tuan muda ?" tanyanya sambil meletakan makanan di depan gue, dia sudah tahu kesukaan dan kebiasaan gue.

"Baik Samuel, banyak kejutan di sana! dan aku sudah bertemu kakek !" jawab gue.

"Syukurlah tuan muda !" ucapnya.

"Samuel katakan dengan jujur, kamu tahu semua tentang kakek bukan ?" tanya gue penasaran, karena bisa disebut Samuel sangat dekat dengan kakek tidak mungkin tidak tahu apa-apa.

"Betul, tuan muda !" jawabnya.

"Kok engga bilang sama aku ?" tanya gue.

"Saya ini hanya kepala pelayan rumah saja! dan manut kepada peraturan dan semua kerahasiaan tuan besar dan sekarang anda tuan muda! itu karena semua permintaan tuan besar sendiri, saya hanya menjalankan saja !" jelasnya, gue mengangguk.

"Samuel apa kamu dan lainnya ..." gue tidak melanjutkan pertanyaan takut menyinggung.

"Bangsa jin ?" tanyanya, gue mengangguk.

"Maafkan aku Samuel !" ujar gue.

"Tidak apa-apa, karena tuan muda sudah resmi tinggal disini! izinkan saya dan semua memperkenalkan diri !" jawabnya dan entah kapan, sudah ada 12 pegawai berkumpul disini termasuk pak Udin. Dan secara mengejutkan mereka berubah rupa menjadi berbagai bentuk jin. Termasuk Samuel yang ternyata .... buto ijo !

"Nah bagaimana tuan? kami belum bisa memperkenalkan diri, sebelum tuan muda tahu Hotel The Luna !" ujar Samuel dan memberi tanda mereka kembali seperti manusia termasuk dirinya.

"Waw, aku tidak terkejut lagi Samue !" jawab gue tersenyum.

"Apa rumah ini kosong di mata yang lain ?" tanya gue.

"Tidak, kan ada penghuninya! dan rumah ini dibangun oleh kakek ada sendiri !" jawab Samuel.

Setelah sarapan gue pamitan menuju kantor, gue sempat bertanya sedang mencari orang atau karyawan buat di Hotel The Luna mungkin dia mempunyai orang yang bisa menjadi pegawa.i

"Maaf tuan saya tidak punya !" jawab Samuel.

"Yah sudah saya pergi dulu !" Samuel kini yang menutup pintu mobil dan pak Udin duduk manis di depan, kembali pergi menuju kantor.

-----------------------------

Tak lama gue mendapat telpon dari Dewi yang sudah hampir 5 bulan tidak ketemuan sejak gue berhenti dari Cafe tempat gue bekerja.

"Pagi, lo dimana And ?" tanyanya.

"Gue, lagi memuju kantor Dew !" jawab gue.

"Lo di Bali ?" tanyanya, gue pernah cerita kalau warisan gue hanya satu hotel di Bali saja.

"Engga, gue di Jakarta! gue punya kantor di daerah Sudirman !" jawab gue.

"Oh kirain di Bali !"

"Ada apa Dew ?" tanya gue.

"Engga gue pengen ngobrol aja! tapi lo sibuk ya udah nanti saja, kapan waktu luang lo ?" tanya Dewi.

"Santai aja kali Dew, boleh! bagaimana kalau nanti makan siang bersama! lo masih di Jakarta !" ajak gue.

"Iyalah, walau sebenarnya gue juga sudah berhenti bekerja dari Cafe !" jawabnya.

"Berhenti? kenapa? oh mau usaha itu ya ?" tanya gue.

"Gue belum memikirkan itu And, banyak yang keperluan yang lain! oh iya boleh jam berapa, di mana ?" ujarnya. Gue pun memberi tahu jam berapa ketemuannya.

"Oke deh, sampai nanti !" gue mengangguk dan telpon pun putus.

"Kebetulan !" gue tersenyum.

"kita sudah sampai tuan muda !" ujar pak Udin, gue mengangguk dan dia membukakan pintu buat gue dan terima kasih. Amelia sudah menunggu di lobby kantor.

"Pagi tuan muda !" sapanya, gue tersenyum.

"Pagi Amelia !" jawab gue dan mengikuti dia, karena ini pertama kalinya masik ke gedung kantor gue sendiri, gedung yang bagus. Dia membawa gue ke lift khusus sehingga tidak berdesakan.

"Tuan muda anda tahu berita besar hari ini ?" tanya Amelia, gue tertegun.

"Berita apa ?" tanya gue. Dia memberikan tabnya ke gue.

"Oh itu, sudah kemarin di dalam mobil waktu mau kerumah !" jawab gue memberikan tab itu kepada Amelia.

"Jadi anda tahu pelakunya ?" tanyanya.

"Entah, gue seperti mulai berubah melihat sesuatu hal yang diluar akal pikiranku sendiri Amelia, sejak pergi ke Hotel The Luna! tapi anehnya tidak terkejut dan kaget lagi, sama seperti melihat peristiwa itu pasti paman Ridwan pelakunya !" jawab gue, lift tetbuka dan bertemu semua orang mereka membungkuk memberi hormat ke gue dan dibalas.

"Amelia mereka manusia atau ..." tanya gue.

"Tentu saja semua manusia !" jawab Amelia tersenyum.

Ruangan kantor gue luas dan elegan, gue suka interiornya. Jendela kaca besar terlihat gedung pencakar langit, terus terang setiap gue pulang pergi kerja di Cafe dengan naik motor dan melihat gedung perkantoran, kapan ya gue bisa kerja di sana dan kini mimpi gue terwujud.

"Ada apa tuan muda, kalau tidak suka interiornya bisa di rubah sesuai dengan keinginan anda ?" ujar Amelia.

"Engga, aku suka kok! hanya gue tidak menyangka bakal bekerja di gedung perkantoran sentra bisnis terkenal dan bahkan punya kantor sendiri! seperti mimpi !" jelas gue sambil menyentuh meja kerja gue dan duduk di kursi yang nyaman.

"Oh !" Amelia hanya tersenyum.

"Oh iya, nanti siang aku mau makan siang dengan Dewi temanku! mungkin saja ada teman yang bisa aku ajak kerja !" kataku, Amelia mengangguk.

"Oke kerja ku hari ini apa ?" tanya gue, Amelia menggeleng kepala.

"Jadi tidak ada apapun ?" tanya gue lagi.

"Betul tuan muda !" jawabnya.

"Lalu tugas mereka apa ?" tanya gue sambil menunjuk para karyawan kantor.

"Tentu saja, mereka ada tugas masing-masing! anda hanya mendapat laporan mengenai aktivitas The Luna Co saja !" jawab Amelia.

"Oh oke !" ucap gue, tak bisa berbuat apapun.

-------------------

Akhirnya waktu makan siang pun tiba, gue pamit pada Amelia. Gue akan makan siang di restoran Korea di salah satu mall di Jakarta, Dewi sangat menyukai drama Korea, setiap ketemu pasti cerita tentang hal itu semuanya.

Gue sudah tiba di mall, dan melihat jam tangan. Gue memutuskan menunggu di lobby mall, banyak pengunjung yang datang, Hp pun berdering dan gue melihat Dewi melambai, gue balas lambaiannya.

"Wow, Andrian! lo berubah banget !" pujinya dan memperhatikan gue dari rambut sampai kaki.

"Ah lo bisa saja Dew !" jawab gue, kita pun melepas kangen tapi katanya harus menunggu beberapa orang dulu, bisa disebut ini reuni pegawai Cafe, tanpa di duga setelah gue pergi Cafe pun tutup.

Bersambung ....


next chapter
Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C10
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ