"apa kamu sudah siap?" leon menghampiri alice di kamar, dia berjalan perlahan sambil mengenakan kaos overlosenya.
"ya.. ayo.."
Mereka keluar dari rumah dan memasuki mobil leon, tampilan leon sedari tadi terus menarik perhatian alice, pria di sampingnya itu begitu segar dan tampan, rambutnya yang basah setelah mandi sehabis mereka berolahraga di tata rapi ke atas, kulit pria itu terlihat dingin putih pucat, aromanya segar dan dengan pakaian kasualnya leon terlihat berkelas muda dan maskulin.
"bukankah kita akan ke rumah sakit? Tapi kenapa kita mengarah ke nite bar?" Tanya alice tersadar
"ya, kita akan menjemput Kevin sebentar disana, dia akan ikut kita ke rumah sakit"
"kenapa?" alice tau bahwa dean dan Kevin tinggal di lantai atas bangunan nite bar, tapi untuk apa Kevin ikut mereka ke rumah sakit? Pikir alice
"kamu akan tau nanti" leon menghentikan mobilnya tepat di jalan samping nite bar. Dari mobil dapat terlihat dua pria jangkung yang tampan sedang berdiri menunggu.
"Kevin.. masuklah" teriak leon dari dalam mobil. Kevin mengikuti perintah leon dan segera memasuki mobil.
"siang kak.." sapa dean dari balik jendela mobil leon yang terbuka, tangan kirinya mengambil sebatang rokok yang sedari tadi dihisap dimulutnya. Dia terlihat seperti lelaki tampan bermulut manis namun nakal. Para wanita yang melihat dean seperti itu pasti tidak akan menolak jika mereka di goda oleh dean.
"apa kau tidak ikut dean?" Tanya alice dari sebrang.
"hehehe aku ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan hehehe"
"kami pergi dulu" kata leon singkat sambil mulai mengemudikan mobilnya.
Di perjalanan alice lebih banyak diam setelah beberapa kali menyapa Kevin. Di pikirannya ketika mendengar kata rumah sakit membuatnya selalu teringat tentang bunda. Tidak mudah melupakan kenangan itu bagi alice, rumah bsakit adalah rumah keduanya selama enam bulan terahir telah merawat bundanya yang koma.
Belum usai kesedihan yang teringat di hati alice dia harus di kejutkan dengan hal lain, dilihatnya rumah sakit yang sama yaitu rumah sakit tempat ibunya dahulu di rawat.
"leon, kenapa kita ke rumah sakit ini" kata alice cemas dia mulai berkeringat dingin
"kenapa? Ini adalah rumah sakit milik xing grup, lagipula rumah sakit ini adalah rumah sakit terbaik disini bukan begitu?" kata leon dengan santainya.
"eh.. kau benar" alice menelan ludahnya dan menyeka keringat dikeningnya,
Ya benar rumah sakit ini adalah yang terbaik di kota ini bahkan di Negara ini, bunda bisa dirawat disini juga karna uang asuransi perusahaan yang menanggung semua biaya rumah sakit. Namun bagaimana aku bisa kuat memasuki rumah sakit ini? Setiap aku memikirkannya aku selalu berharap bunda masih ada di dalam sana dan bangun dari komanya.
"apa kamu baik-baik saja kak? Kamu terlihat pucat. Apa kamu tidak menyukai rumah sakit?" Tanya Kevin yang memperhatikan alice dari kursi belakang mobil
"hehehe ya begitulah" jawab alice getir
"tenang saja, kalian hanya akan menjalani medical checkup keseluruhan hari ini"
Kevin yang memang sedari tadi sudah mengetahui hanya menggangguk
"kenapa aku dan Kevin harus melakukan itu?"
"karna sejak pertama kali datang tubuhmu sangat lemah dan juga luka memar di sekujur tubuhmu pasti menyisakan luka dalam, aku khawatir dengan kesehatanmu" leon teringat dengan mimpinya semalam.
"tenang saja kak, aku akan menemanimu nanti, kita akan bersama-sama" kata Kevin seolah menyakinkan alice. Tanpa dia sadari kedua pipinya merona memikirkan dia akan bersama alice beberapa jam nanti
Sudah beberapa bulan lalu leon menyuruh Kevin untuk melakukan medical checkup namun dia selalu enggan meninggalkan ruang komputernya. Dia tau Kevin orang yang sangat tidak suka keramaian dan orang-orang baru, namun ketika leon mengatakan alice hari ini akan melakukan medical checkup tanpa pikir panjang Kevin memutuskan ingin melakukannya juga. Ntah apa yang difikirkan Kevin namun leon merasa tidak ada ruginya dan malah mendapatkan keuntungan. Setidaknya alice tidak akan bosan sendirian menunggu deretan tes kesehatan nanti.
"ayo kita masuk" leon membuka pintu mobil untuk alice. Dia menggenggam tangan mungil gadis itu.
Dingin… ya tangan alice terasa sangat dingin dan berkeringat, sama seperti seseorang yang sedang gugup. Kenapa kamu sangat takut kerumah sakit alice? Gumam leon dalam hati serasa mereka memasuki salah satu ruangan.
"selamat pagi tuan, semua sudah siap" salah satu perawat menyambut mereka, dia sudah mengerti maksud kedatangan malaikat tampan ini.
"Kevin alice kalian bisa mengganti baju, aku akan menunggu disana" leon memerintahkan keduanya dan meninggalkan keduanya.
"baiklah.. ayo kak"
"iya" dengan nafas berat alice mulai mengganti bajunya. Setelah memakai pakaian pasien alice tampak seolah melihat bundanya dari refleksi kaca di kamar ganti ini. Alice terus mengambil nafas dalam sambil menguatkan hatinya. Bukan karna dia ketakutan untuk melakukan beberapa tes kesehatan hari ini tapi karna dia takut kenangan bersama bunda menucul lagi dan juga perasaan ketika hari dimana bunda pergi akan terngiang lagi.
"kak, apa kamu sudah selesai?" teriak Kevin di sisi lain pintu.
"iya, aku akan keluar sekarang" alice menjawab Kevin cepat seraya mengusap menghapus sedikit matanya yang basah.
"wah.. kita terlihat seperti pasien bukan? Hehehe" tawa Kevin ceria, alice menyadari ekspresi Kevin sedikit berubah tidak sedatar saat pertama kali bertemu meski tidak seratus persen berubah tapi cukup terlihat dia mengangkat sudut bibirnya untuk membuat senyuman di bibirnya.
"em.. ayo" alice merasa sedikit tenang sekarang. Dia menggandeng Kevin seperti kakak beradik yang sangat akrab.
Ada apa dengan mereka berdua? Gumam leon. Dia melihat alice dan Kevin dari kejauhan yang terlihat senang dan menghampiri leon.
"ehem.." leon mencoba menahan ekspresi dinginnya. Dia merasa sedikit tersipu melihat alice mengenakan baju pasien. Kamu terlihat seperti boneka yang menggemaskan pikir leon.
"aku harus menemui seseorang,bisakah kalian melakukannya berdua saja?"
"tenang saja bos, aku akan menjaga kakak"
"yap, aku juga akan menjaga Kevin hehehe" alice mengeratkan gandengannya pada Kevin.
"oke,.. nanti aku akan menemui kalian…" leon menuju ke arah alice dan melepaskan gandengan alice pada Kevin. Dan berbisik "jangan terlalu dekat dengan pria lain, atau aku akan cemburu" kemudian mengecup lembut pipi alice sebagai suatu peringatan.
"mari tuan, nona saya akan mengantarkan anda ke ruang tes"
"ba..baiklah" jawab alice mengikuti perawat tadi dengan tersipu.
-------
Knock knock.. pintu ruangan di ketuk leon
"masuk"
"dokter.."
"oh leon… lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu? Apa kau mau memastikan luka tembak di perutmu itu?" jawab dokter rian dengan senang.
"tidak perlu.. ini baik-baik saja" jawab leon dingin
"haha.. aku kira sejak kau meguasai pengobatan medis kau tidak membutuhkanku lagi dan tidak akan menemuiku lagi" dokter rian menyadari betapa hebatnya pria tampan didepannya ini, dia bisa menguasai permedisan umum yang diajarkan dokter rian hanya dalam beberapa bulan. Bahkan luka tembak di perutnya sendiri saja dia sendiri yang mengeluarkan peluru dan menjahit lukanya.
"oke, jadi untuk apa kamu kemari?" Tanya dokter rian dengan nada seriusnya. Meski umur keduanya berberda duapuluh tahunan leon tidak segan bersikap dingin padanya. dokter rian dapat memakluminya, dia tau leon anak yang baik
"dokter aku ingin menanyakan sesuatu dan meminta bantuanmu"
"oke, apa itu" jawabnya santai sambil menyenderkan tangannya di meja
"apa yang akan terjadi jika seorang wanita muda terkena tembakan di tubuhnya?"
"apa?" dokter rian merasa janggal dengan pertanyaan leon.
Leon tidak menjawab, dia mengambil sebatang rokok dari meja dokter rian dan menyalakannya.
"hei, ini masih di rumah sakit bahkan di ruangan seorang dokter"
Ceh.. leon menyeringai sambil menjauh menuju jendela. Dia bersender pada jendela itu sambil menghisap rokok di tangannya.
"begini?"
"ya itu lebih baik" jawab dokter rian, dia paham dari sifat leon. Leon hanya akan mau merokok saat dia dalam keadaan frustasi memikirkan sesuatu. Apa yang bisa membuat pria ini begitu frustasi? Terahir kali dia hanya melihat leon stress ketika dia bertengkar dengan papanya untuk keluar dari xing grup. Lalu apa sekarang? Dan pertanyaan tidak masuk akal tadi? Hm..
"ya banyak kemungkinan yang akan terjadi, melihat yang tertembak adalah wanita.. kemungkinan terkena shok sangat besar juga tegantung posisi tertembaknya dimana" jawab dokter rian dengan serius.
Leon terdiam, dia terus menghisap rokok di jari-jari manisnya dengan cepat seakan memikirkan sesuatu dengan keras. Sosoknya yang berdiri di samping jendela seperti sesosok iblis tampan yang memiliki kemarahan teramat sangat namun tidak bisa dia keluarkan.
"ada apa sebenarnya?" sela dokter rian memecah pemikiran leon
"aku tidak dapat menceritakanya, tapi bisakah kau membuat satu ruangan khusus disini dan memberikan peralatan lengkap untuk kemungkinan pasien terkena tembakan?"
"tentu saja, lagipula ini rumah sakit milik keluargamu"
" ya,.. tapi berjanjilah dok, jangan katakan apapun tentang hal ini" tatapan leon tajam pada dokter rian.
"hahahaha di keluargamu hanya kaulah yang aku percayai, jadi untuk apa aku menceritakannya pada mereka?"
"trimakasih" jawab dingin leon.
"bukankah kamu kemari bersama Kevin? Apa dia mau melakukan medical checkup sekarang? Tidak seperti biasanya"
"ya begitulah" leon masih terus menghisap rokok di tangannya.
"anak satu itu, sejak kejadian itu dia selalu mengurung diri di kamarnya dan hanya berfokus pada komputernya, aku merasa khawatir dengan kesehatannya" dokter leon teringat kejadian beberapa tahun lalu.
"ya" pandangan leon juga mulai mengingat kejadian itu.
Untuk itulah aku mempersiapkan semuanya, agar kejadian seperti itu tidak terjadi pada alice.
"ayo temui dia, aku akan melihat hasil pemeriksaannya"
"kurasa kamu akan memeriksa dua lembar kertas" leon menyeringai sambil mematikan api di rokoknya dan membuangnya ke tong sampah
"ada dua orang?"
"siapa?" Tanya dokter rian sambil mengikuti leon keluar
Sementara di ruang pemeriksaan, alice dan Kevin menungunggu satu lagi pemeriksaan.
Di ruang tunggu-
"kak kamu baik-baik saja?" melihat bekas jarum di tangan alice
"tidak apa-apa, jika hanya jarum itu tidak akan menyakitkan hehehe" senyum alice.
Pukulan preman itu bahkan lebih sakit dari pada ini. Pikir alice.
"kak kita akan melalukan satu pemeriksaan lagi, apa kau siap?"
"tentu saja"
Ahirnya ini akan berahir, ini sangat membosankan kan?" kata Kevin legia
"ya sedikit, tapi dengan adanya kamu aku sedikit terhibur hehehe" alice mengusap kepala Kevin lembut. Kevin sangat menggemaskan dimata alice. Andai dia memiliki pilihan untuk mempunyai adik lelaki pasti dia akan memilih Kevin menjadi adiknya.
"kak.." suara Kevin lirih
"iya" jawab alice lembut
"bisakah aku memanggilmu kakak?"
"em?"
"maksudku, menganggapmu sebagai kakak perempuanku, bisakah?"
"apa? Tentu saja aku mau,… dari dulu aku ingin sekali memiliki adik lelaki menggemaskan sepertimu…" teriak alice senang
"benarkah? Terimakasih kak!" Kevin memeluk alice
"ehem, nona tuan kita akan melakukan pemeriksaan sekarang, mari" suara perawat memecah pelukan hangat Kevin.
"ayo.." kata alice lembut sambil menggandeng adik lelaki yang baru dia dapatkan beberapa detik tadi.
"untuk pemeriksaan ini kami akan membius kalian karna kami akan memeriksa organ dalam dengan chip kecil, bisa kami memulai membius sekarang?"
"tentu"
Kedua kakak beradik itu perlahan tertidur di kasur rumah sakit yang bersebelahan dan hanya di tutupi tirai sebagai pembatas. Karna pemeriksaan organ bagian dalam tidak lama jadi dosis bius yang diberikan sangat ringan. Dalam beberapa belas menit saja pemeriksaan selesai dan tinggal menunggu Kevin dan alice sadar
-----
"Kevin.." panggil leon halus
"mmm.. bos, ada apa?" Kevin masih lemah karna efek bius di badannya
"dimana alice?" Tanya leon panik
"dia di sampingku" Kevin ngarahkan pandangannya ke tempat tidur di sampingnya.
"loh dimana kakak?" dengan nada lemah Kevin panik
"sudah tenaglah aku akan mencarinya" leon dengan panik meninggalkan ruangan itu.
Di perjalanan dia berpapasan dengan dokter rian. Dokter rian tidak bisa pergi dengan leon tadi karna ada sedikit masalah dengan pasiennya namun ketika dia berpapasan dengan leon yang panik dia menghentikan leon
"hei leon, bukannkah kamu tadi bilang ingin menemu Kevin? Kenapa malah keluar ruangan itu?"
"aku harus mencari seseorang dok,.. bantu aku!" ekspresi pria tampan itu sangat panik sambil mencengram lengan dokter rian. Tidak pernah dia melihat leon sepanik ini.
"oke kamu harus tenang.. siapa yang kamu cari?"