"leon jangan mendekat lagi.." suara alice mulai gugup
"kenapa? Aku akan semakin mendekat jika kamu tidak mengatakan hubunganmu dengan david" senyum pria tampan itu merebak bagai binatang buas yang sedang memainkan mangsa di dekapannya
"huh.. oke oke aku akan mengatakannya, apa kamu puas? Cepat menyingkir dari atas tubuhku" pinta alice
Leon hanya tersenyum nakal dan menjauhkan sedikit wajahnya dari wajah gadis manisnya itu
"tidak mau, aku lebih suka seperti ini… ayo ceritakan, baru aku akan melepaskanmu"
Ada apa dengan pria tampan satu ini, jika seperti ini terus jantungku terasa akan meledak karna kegugupan ini, bahkan benteng pertahananku selama ini mungkin akan memudar, tidak ada pilihan lain..
"oke..oke, jadi kak david adalah pemuda yang ayah temui secara tidak sengaja saat ayah mengunjungi pameran penciptaan game di salah satu even, ketika itu kak david tidak melakukan banyak inovasi menarik tentang aplikasinya tapi ayah bisa melihat potensi tersembunyi darinya, jadi ayah mengajaknya kerjasama dan membuat game yang kemarin dia berikan padaku dan menjadi salah satu game terpopuler saat itu. Ayah dan david mengerjakannya dengan sangat serius dan paman jo memberi mereka semangat ya walau sekarang aku tau maksud aslinya dia hanya untuk mengambil game itu."
"hm.. oke, lalu" Tanya leon sambil terus ,memandang wajah alice membuat gadis itu semakin gugup
"jika kamu berfikir bahwa kami saling menyukai itu salah, aku hanya menganggapnya sebagai kakakku begitupula dia, sebelum memulai kerjasama dengan ayah,kak david sudah memiliki keluarga kecilnya sendiri, yap mereka memutuskan menikah muda meski tidak direstui keluarga, jadi kak david dan istrinya berjuang sendiri untuk menghidupi keluarga kecil mereka, setiap kali aku dan ayah berkunjung kerumah mereka tidak sekalipun aku melihat raut kekecewaan diwajah keduanya, mereka sangat bahagia walau kesulitan keuangan. Kak david juga orang yang sangat tekun dan dapat dipercaya, ayah dan aku tau itu. Ketika game yang mereka ciptakan laku dipasaran, kak david tidak pernah menuntut keuntungan meskipun ayah memaksannya. Jadi ketika ayah memutuskan keluar dari perusahaan dia meminta paman jo untuk tetap memperkerjakan dan tidak mengganggu kak david. Yah begitulah"
"hm.."
"apa kamu puas sekarang!? Menyingkirlah dari sana kalau begitu" teriak alice
"tunggu sebentar" raut wajah leon menjadi serius dan mulai mendekat dan semakin dekat ke wajah alice
"e..eh a.d.a aapa?" Tanya alice lirih. Kegugupannya mulai timbul kembali, tampa sadar alice mulai membayangkan yang tidak-tidak, dia memejamkan kedua matanya, bibirnya secara tidak sadar mulai mengerucut
"apa ini?" tanya leon mengejutkan alice
"eh?" alice membuka matanya karna tidak terjadi apa-apa. Sial kenapa aku membayangkan sesuatu yang sangat tidak masuk akal, aarrgg.. ini memalukan
"apa?!" Tanya alice kesal
"hahaha kenapa kamu tiba-tiba kesal? Apa kamu pikir aku akan menciummu?"
"Tidak" jawab alice malu
"benarkah? Aku bisa melakukannya jika kamu mau" leon mulai mendekati alice dengan bibir yang mengerucut seakan siap mencium si putri tidur
"tidak.. sana menyingkir" alice mendorong dada bidang leon dengan sekuat tenaga membuat pria itu tersingkir ke sisi lain ranjang
"hahaha baiklah tuan putri, tapi luka apa itu di pelipis kepalamu" Tanya leon, dia mulai menyentuh lembut luka di kepala alice, luka yang tidak terlalu terlihat jika dari kejauhan, hanya dari jarak beberapa senti saja mereka dapat melihat luka alice dengan jelas
"oh ini" alice memegang luka yang tertutup rambutnya
"aku juga tidak tau, aku tidak ingat apapun saat itu, aku hanya ingat aku sudah terbaring dirumah sakit dan ayah mengatakan bahwa aku terjatuh dari tangga dan kepalaku terbentur keras, hal itu membuat aku melupakan kejadian beberapa bulan sebelum kecelakaan itu terjadi" jelas alice
"kapan itu terjadi?" Tanya leon lagi sambil memandang gadis manisnya itu.
"em pada saat liburan sebelum masuk kuliah, ah jika dipikir-pikir setelah kecelakaan itulah aku hanya bisa melukis jika aku sendirian di satu ruangan"
"dan kupikir setelah itu banyak kejadian tidak terduga seperti keluargaku mulai bangkrut"
"leon!" alice seperti menyadari sesuatu
"em.." Tanya leon santai
"apa ini ada hubungannya dengan masalah yang keluargaku rahasiakan?"
"…" leon hanya tersenyum lembut
"kita akan tau besok, lebih baik sekarang kamu tidur" leon mulai menyelimuti tubuh gadis kecilnya itu dan mematikan lampu, meski ia bersikap tenang namun firasat yang dikatakan alice tadi sama seperti yang ia pikirkan.
Siapapun itu kamu tidak perlu khawatir lagi alice, aku akan selalu ada disisimu.
-----
Keesokan pagi, diruang direktur jo grup paman jo sudah terududuk rapi di kursi direktur. Sesekali dia megelap keningnya yang berkeringat meski udara pagi ini sangat dingin.
"alice.. silahkan duduk" sapa paman jo melihat dua sosok yang memasuki ruangannya
"hai paman, apa kamu sudah siap menceritakan semuanya padaku?" Tanya alice santai, dia mulai duduk disalah satu kursi begitupula leon duduk disampingnya.
"tentu saja sesuai dengan keinginanmu, tapi kamu juga harus menepati janjimu" paman jo memastikan barter ini tidak merugikannya
"tenang saja, aku akan menghapuskan semua bukti korupsimu dan juga saham jo grup, aku bisa memberikannya padamu. Sebenarnya aku tidak tertarik lagi dengan perusahaan ini. Jika ayah saja memberikan ini padamu berarti ini tidak berharga sama sekali baginya, begitupula untukku" jawab alice dengan raut wajah yang tegas.
Mendengar itu paman jo menjadi berbinar, dia seperti mendapatkan jacpot.
Jika aku menceritakan semuanya maka aku akan terbebas dari korupsiku dan bukan hanya itu, aku bisa mendapatkan jo grup secara sepenuhnya lagi. Tapi apakah tuan tidak marah? Ah.. kemarin dia menyuruhku untuk melakukan apapun yang aku mau, ini sangat mencurigakan tapi tidak ada salahnya berprasangka baik pada tuan yang kejam itu.
"baiklah alice, kamu sudah mengatakannya.. kamu tidak boleh menarik kata-katamu lagi" jawab paman jo senang
"tentu saja" tidak ada keraguan di wajah alice
"sebelum itu, apakah sekertarismu harus ada disini?" paman jo melihat sekilas pada pria tampan di sebelah alice. Meski sedari tadi leon hanya duduk diam memperhatikan mereka, namun aura pria tampan itu tidak kalah menguasai ruangan itu membuat paman jo semakin terintimidasi secara tidak langusung
"…" alice hanya diam, begitu pula leon yang masih diam dengan mandangan tajam pada paman jo.
"baiklah.. alice aku akan menunggumu diluar" raut wajah tajam leon seketika berubah menjadi senyuman dan meninggalkan ruangan. Ketika menutup pintu ruangan leon kembali menjadi dingin wajah tampannya seolah berubah menjadi iblis tampan yang kesal. Tangannya mulai memasang earphone di telinga kanannya.
"Kevin, apa kamu bisa mendengarku?"
"iya bos" jawab Kevin
"sambungkan aku dengan audio yang kamu pasang di anting anting alice"
"baik". Sesuai dengan rencana, meski leon tidak berada diruangan itu dia masih bisa mengawasi situasi di dalam ruangan dengan mendengarkan percakapan mereka.
"baik panam apa kamu sudah puas sekarang? Hanya ada kita berdua sekarang"
"hehehe jangan terlalu tengang alice, mari minum kopimu dulu"
"paman cepat selesaikan ini atau aku akan berubah pikiran" ancam alice. Dia merasa paman jo hanya memperlambatnya dari tadi
"oke oke, jadi begini.. kamu ingat dengan luka di pelipis kepalamu itu?"
"luka?.. darimana kamu tau itu?"
"hahah tentu saja aku tau, aku bersama ayahmu waktu itu"
"saat itu sudah hampir tengah malam, kami pulang dari perjalanan bisnis dan ayahmu ingin menjemputmu dari tempat les melukismu, jadi kami pergi menjemputmu saat itu"
"apa? Les melukis? Paman apa yang kamu bicarakan?! Aku.. aku.. jatuh dari tangga rumah, dan aku tidak pernah ingat aku pernah mengikuti les melukis saat itu"
"tentu saja kamu tidak akan ingat, setelah kecelakaan itu kamu kehilangan ingatanmu kan? Dan ayahmu memutuskan untuk tidak pernah menceritakan yang sebenarnya"
"kamu tidak menipuku bukan?" Tanya alice yang semakin bingung
"hahaha alice bahkan jika aku menipumu, tubuhmu sendiri akan mengatakan yang sebenarnya bukan? Kamu tidak lagi bisa melukis jika ada yang memperhatikanmu, dan juga kamu ketakutan jika ada seseorang yang berjalan dibelakangmu ketika kamu sendirian kamu merasa di ikuti padahal itu hanya perasaanmu saja"
Alice mencerna perkataan paman jo untuk beberapa saat…Paman jo sepertinya tidak berbohong, dia tau semua itu.
Dilain sisi, leon mendengarkan percakapan mereka, namun ada sedikit yang mengganggu pikirannya saat itu.
"Kevin"
"iya bos" sahut Kevin dari balik panggilan telfon leon
"cari tau kamera cctv yang dapat melihat gedung tepat disebelah gedung jo grup, ada yang harus ku konfirmasi"
"oke, beri waktu aku lima menit"
"oke paman aku akan mencoba percaya omonganmu, tapi kenapa ayah menyembunyikan kejadian yang sebenarnya" Tanya alice
"apa kamu siap mendegarnya," paman jo tersenyum jahat
"tentu" jawab alice pasti
Sebelum itu,pria paruh baya itu mengambil gelas berisi kopi dihadapannya dan meminumnya sebelum memulai ceritanya lagi
Pada saat yang sama, Kevin mengirim pesan pada leon
Leon memeriksa video rekaman cctv yang dikirimkan Kevin padanya.
"sial! Sudah kuduga!" dari video itu dia melihat sesosok pria berbaju hitam dengan topi dan masker hitam menutupi wajahnya. Dia mengarahkan senapan snipernya kearah ruangan direktur tempat alice dan paman jo berada. Belum sempat leon masuk ke ruangan alice dia mendengar bunyi tembakan yang keras dari dalam ruangan
"aarrh!" suara jeritan dari dalam ruangan
Dengan segera leon masuk keruangan
"alice!!!"